Tokoh penggagas arisan persahabatan
santunan yatim dan dhuafa Perempuan Bangsa (dulu PPKB)
|
Hj. Marsunah Fardiyati Fauzan. |
Di lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama
(NU) nama Hj Marsunah memang tidak begitu mentereng. Akan tetapi dibalik kegigihan
dan naluri yang dimiliki, membuat perempuan kelahiran Desa Kesamben, Kecamatan
Plumpang selalu giat berkiprah dalam organisasi sosial masyarakat.
Pengalaman
organisasinya terbilang luas, sebab selain mengikuti fatayat dan muslimat
perempuan yang lahir 22 Maret 1948 itu juga giat di organisasi sosial kemanusiaan lainnya.
“Sebelum gabung di muslimat saya lebih dulu ikut fatayat,
kala itu sebagai bendahara dan ketuanya Istiana Cholil (istri KH.
Cholilurrohman) itupun karena disuruh almarhum Kiyai Murtadji, dari situlah
mulai senang dan ada naluri untuk selalu mengikuti kegiatan,” ujar Hj. Marsunah
Fardiyati Fauzan saat ditemui di kediamannya, Jalan Pramukan Tuban.
Menurutnya, setelah di fatayat pada tahun 1982 hingga 1985, ia
melanjutkan perjuangannya di PC Muslimat NU Tuban mulai tahun 1985 hingga
sekarang. Ketika berkecimpung di muslimat, dipercaya sebagai bendahara yang saat itu diketuai Nyai Munir Maliki. Kemudian pada periode berikutnya dipercaya menjabat wakil
ketua muslimat tepatnya tahun 1994 hingga 1999. Meskipun usianya hampir
memasuki kepala tujuh, namun tak membuatnya kendor untuk berjuang dimuslimat.
Kini selain sebagai pembina di Muslimat, juga aktif diikatan hajah milik muslimat.
Tidak berhenti
disitu, perempuan yang pernah belajar di pondok pesantren Denanyar,
Jombang selama 4 tahun tersebut kini aktif juga di organisasi Perempuan Bangsa (PB) dulu Pergerakan Perempuan Kebangkitan
Bangsa (PPKB) dan sudah berganti nama sejak hasil munas III pada Agustus lalu. Di salah satu organisasi
sayap PKB itu, Hj. Marsunah termasuk sebagai pendiri Perempuan Bangsa di
Kabupaten Tuban. Bahkan dengan giatnya, saat ini telah dipercaya sebagai
penasihat sekaligus sebagai penggagas dan koordinator kegiatan arisan
persahabatan santunan yatim dan dhuafa Perempuan Bangsa di Kabupaten Tuban.
“Alhamdulillah sampai
saat ini, saya masih bisa mengikuti kegiatan di muslimat maupun di Perempuan
Bangsa, selama mendapat undangan, Insya Allah akan datang kok,” ucapnya dengan
senyum.
Meskipun pernah aktif
di fatayat dan kini menjadi pengurus
muslimat serta Perempuan Bangsa, namun tak membuat Hj. Marsunah menutup diri untuk ikut kegiatan organisasi lainnya. Buktinya,
pernah bergabung dan menjadi ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI)
mulai tahun 1990 hingga 1995. Selain itu, juga ikut bergabung di
organisasi Penyelenggara Taman Kanak indonesia (GOPTKI) sejak 1985 hingga
sekarang. Bahkan karena saat itu PKB belum berdiri, sempat pula aktif di salah satu sayap organisasi milik partai
Golkar. Namun ketika pada tahun 1998 NU membentuk PKB, dengan terang-terangan
dan secara resmi telah keluar dari organisasi tersebut. Kemudian melanjutkan
perjuangannya di muslimat NU serta aktif di PPKB sekarang PB.
“Karena saya merasa
kader NU, saat NU mendirikan PKB, ya saya menyatakan keluar dari organisasi yang ada di partai golkar itu, lalu
saya melanjutkan perjuangan di PKB yaitu di PPKBnya,” terangnya.
Pendidikan
Hj. Marsunah Fardiyati
Fauzan merupakan kader NU yang kependudukannya asli Tuban. Ia dibesarkan dan dididik
ayahnya yang bernama KH. Moch Taslim dan ibunya bernama Hj Siti Zainab. Sebelum
belajar di ponpes Denanyar, Kabupaten Jombang, semasa kecil telah mengampu di
sekolah dasar. Bahkan setelah selesai sekolah pagi, pada sore harinya
melanjutkan belajar di madrasah diniyah atau
dikenal dengan sekolah sore. Kemudian setelah lulus dari sekolah dasar,
melanjutkan proses belajarnya di ponpes selama 4 tahun. Ketika keluar dari
pesantren, lalu dipersunting oleh KH. A. Fauzan Umar. Dari hasil pernikahannya,
ia dikarunia seorang 3 putra bernama Zainal arifin, Yoni Anshori, Mirza Ali
Mashur, sedangkan putrinya bernama Luky sa’adah.
“Karena ayah seorang
PNS, jadi sering pindah-pindah, otomatis sekolah saya ketika SD pun
pindah-pindah. Pernah di SD Pelumpang, Bulu dan Tuban,” ceritanya
Meskipun sudah
memiliki cucu, namun tak membuatnya berhenti belajar dalam dunia pendidikan.
Buktinya, saat ini perempuan pemilik CV Shita Jaya ini tetap mengurusi yayasan
pendidikan TK FAST Tuban. Diyayasan pendidikan tersebut Hj Marsunah sebagai
pembina sekaligus ikut menghendel dilembaga pendidikan itu.
“Umi ini adalah sosok
yang peduli lingkungan, selain menjadi pembina diyayasan penddidikan FAST, juga
aktif ikut mengurussi pendidikan disitu,” ujar Hj. Ratna Juwita menantunya.
Menurut Hj. Ratna,
dimata keluarga sosok Umi adalah seorang aktifis yang penuh semangat
diorganisasi. Meskipun saat ini usianya sudah tua, namun kegigihan dan
nalurinya untuk aktif diorganisasi tetap semangat. Hal itu dibuktikan, dengan
ikutnya dimuslimat yang menjabat sebagai pembina dan aktif pula diPerempuan
Bangsa dimana berperan sebagai penggagas sekaligus koordinator arisan
persahabatan santunan yatim dan dhuafa.
“Alhamdulillah dengan
adanya arisan untuk yatim dan dhuafa ini pesertanya tidak hanya dari ibu-ibu NU
dan PKB saja, tetapi dari luar partai juga ikut, bakhan warga muhamadiyah dan
tionghoa juga ikut dikegiatan arisan utnuk yatim dan dhuafa itu,” terangnya.