RAPAT REDAKSI NUsa

Akhmad Zaini (Pimred Tabloid NUsa) memimpin rapat redaksi di halaman kampus STITMA Tuban.

DIKLAT JURNALISTIK

Peserta diklat jurnalistik dan crew Tabloid NUsa berpose bersama usai kegiatan diklat.

SILLATURRAHMI

Ketua LP. Ma'arif NU Kab. Tuban dan Pimred Tabloid NUsa berkunjung ke Rumah Gus Rozin (Putra KH. Sahal Mahfudz).

NUsa PEDULI SPESIAL

Mustain Syukur (Ketua PCNU Kab.Tuban) dan Fathul Huda (Penasehat LP. Ma'arif NU Tuban) berpose bersama siswa yang mendapatkan santunan NUsa Peduli.

STUDY BANDING LP. MA'ARIF NU KAB. TUBAN

Akhmad Zaini, ketua LP. Ma'arif NU Kabupatn Tuban saat menerima cinderamata dari LP. Ma'arif Kab. Pasuruan.

RAPAT BERSAMA

Pengurus PCNU, Pengurus LP. Ma'arif NU, PC.Muslimat Tuban, PC.Fatayat NU Tuban saat rapat bersama membahas pendidikan di Kabupaten Tuban.

GROUP SHOLAWAT SMK YPM 12 TUBAN

Group Sholawat Al-Banjari SMK YPM 12 Tuban melantunkan tembang sholawat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

TURBA MAARIF NU TUBAN KE RENGEL

Group Sholawat Al-Banjari SMK YPM 12 Tuban melantunkan tembang sholawat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

NUsa PEDULI EDISI 23

Tiga siswa berada di naungan LP. Ma’arif menerima santunan yang diberikan langsung oleh Dirjen Pendis (kanan) dan Kapala Kemenag Tuban.

PENGURUS PC. LP MA’ARIF NU

Beberapa Pengurus PC. LP Ma’arif NU Tuban siap bekerjasama demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Tuban.

AVANZA UNTUK OPERASIONAL MA’ARIF NU TUBAN

Zaini (Ketua PC. LP. Ma'arif) menerima hadiah mobil dari Bupati Tuban secara simbolis pada acara Rakor kepala sekolah dan pengurus yayaasan se-kabupaten Tuban.

PRESTASI FATAYAT

Fatayat NU Tuban Masuk 10 Besar Lomba Rias Provinsi.

JUARA MTK

Beberapa Crew Tabloid NUsa, mereka semua generasi dari NU berasal dari Tuban, Lamongan dan Bojonegoro.

TIM TABLOID NUsa

Beberapa Crew Tabloid NUsa, mereka semua generasi dari NU berasal dari Tuban, Lamongan dan Bojonegoro.

Senin, 29 Desember 2014

Muhlisin: Punishmentnya BOS Tidak Cair

KEJAR DEADLINE: Khoirul Fatta, staf Pendma Kemenag Tuban memberikan arahan kepada dewan guru.

TUBAN KOTA- Seksi Pendidikan Madrasah  (Pendma) Kemenag Kabupaten Tuban dikejar deadline untuk meng-up load pendataan madrasah yang ada di Kabupaten Tuban melalui program EMIS (Education Manajement Information System). Hal itu disebabkan belum seluruh madrasah (RA, MI, MTs dan MA) yang ada di bawah komandonya menyelesaikan up load data via internet itu pada semester I tahun pelajaran 2014-2015 ini.
Staf Pendma Kemenag Tuban Khoirul Fatta mengatakan Kanwil memberi batas waktu sampai 30 Desember 2014. Karena itu, instansinya mengadakan kegiatan upload data tahap II pada Senin, 29 Desember 2014 lalu di MTs Negeri Tuban. Sejumlah 60 lembaga mengikuti acara itu. Menurut Fatta, kebanyakan lembaga yang belum menyelesaikan tugasnya itu disebabkan akses internet yang tidak ada. “Di desa-desa internet masih agak sulit,” kata dia. Dia mengharapkan lembaga bisa mematuhi aturan untuk rutin melakukan pembaharuan pendataan EMIS setiap semester.

Sementara itu, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah (Kasi Pendma) Kemenag Tuban M. Muhlisin Mufa, saat ditanya terkait imbas tidak menyelesaikan pendataan online itu, menegaskan bahwa berbagai bantuan tidak bisa cair. “Punishment-nya BOS tidak cair. Di Jabar sudah berlaku. Bantuan sarana apapun (informasinya) dari EMIS. Dana BOS, BSM, tunjangan fungsional non-PNS, tunjangan profesi. Semua dari EMIS,” jelasnya. Hal itu disebabkan EMIS berisi informasi tentang lembaga, sarana pra sarana, personal tenaga pendidik dan kependidikan, siswa serta lulusan lembaga yang bersangkutan. (wakhid)

Kamis, 25 Desember 2014

Gelar Raker Sekaligus Ziarah

LUAR KOTA: PAC IPNU-IPPNU Jenu berpose sebelum berangkat raker

JENU- Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU-IPPNU Jenu berhasil menggelar rapat kerja (raker) tahun kedua di tempat wisata Waduk Gondang, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan, sekaligus berziarah ke makam Sunan Bonang Tuban dan Sunan Ampel Surabaya.
Kegiatan yang digelar pada 25 Desember 2014 lalu itu diikuti sebanyak 36 pengurus. Ketika berada ditempat wisata waduk gondang, mereka disambut hangat oleh pengurus PAC IPNU-IPPNU kecamatan setempat. “Sebelum raker, kami mampir dulu di makam Sunan Bonang Tuban lalu menuju ke waduk gondang untuk raker. Di sana kami disambut hangat oleh pengurus PAC IPNU dan IPPNU Sugio, Lamongan. Setelah acara raker selesai, kami melanjutkan perjalanan untuk berziarah ke makam sunan Ampel Surabaya,” ungkap Ahmad Nur Huda, Ketua PAC IPNU Jenu.
Menurutnya, kegiatan raker yang diselingi dengan ziarah ini diharapkan bisa menjadikan pengurus lebiih aktif dan kompak. Selain itu, memotivasi kader NU agar selalu melaksanakan tradisi dan amalan NU. (suwandi)

Selasa, 16 Desember 2014

Siapkan Bibit Tangguh Hadapi Aksioma Propinsi


TUBAN KOTA- MTs Negeri Tuban menjadi tuan rumah Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah  (AKSIOMA) tingkat Kabupaten Tuban yang diadakan Kemenag Kabupaten Tuban. Acara tersebut digelar pada 16-17 Desember 2014 lalu. Sejumlah 822 peserta dari siswa-siswi MTs se-Kabupaten Tuban berkompetisi bersama secara terbuka.
Ketua Panitia H. Qomaruddin, MA mengatakan ada 13 cabang olahraga dan seni dilombakan untuk memunculkan jawara baru yang akan dikirim mengikuti AKSIOMA tingkat Provinsi Jawa Timur di Batu pada Februari 2015 mendatang. Ketiga belas cabang itu meliputi: kaligrafi, MTQ, pidato (Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris), atletik (lari 100 m, 500 m dan 5.000 m), lompat jauh, footsall, bulu tangkis, bola voli dan tenis meja.
Dalam acara pembukaan, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban Drs. Abdul Wahib, M.Pd.I mengharapkan adanya peningkatan potensi diri pada para peserta, sehingga muncul bibit-bibit generasi baru yang tangguh.

Sementara itu, Qomaruddin, saat dihubungi NUsa seusai pelaksanaan lomba menjelaskan  bahwa sebelum dikirim ke tingkat Provinsi, para juara dalam berbagai cabang lomba itu dibina terlebih dahulu di tingkat kabupaten. Bahkan untuk mendapatkan hasil maksimal, para juara lomba kategori olahraga harus diseleksi ulang. “Untuk yang juara I lomba seni, langsung kami kirim ke tingkat provinsi. Tapi, untuk yang juara olahraga, masih ada seleksi lagi, agar hasilnya maksimal,” kata Kepala MTs N Tuban, sekaligus Wakil Ketua PC LP Ma’arif NU Tuban ini. (wakhid)

Senin, 01 Desember 2014

NUsa Peduli 32// NUsa Gandeng LDNU Santuni Siswa MI Nurul Huda Becok

Santuni Siswa MI Nurul Huda Becok

HAL BARU: Enam peserta didik berpose bersama dewan Guru, Ketua LDNU dan agen Pemas­aran.

MERAKURAK-
NUsa peduli kali ini telah disalurkan di MI Nurul Huda Dusun Becok, Desa Tegalrejo, Kecamatan Merakurak. Kegiatan penyaluran itu dilaksanakan pada pertengahan Demeber 2014 lalu.
Ada yang istimewa pada santunan ini. Pasalnya tim NUsa peduli telah menggandeng Lembaga Dakwah Nadlatul Ulama (LDNU) Tuban, menggelar santunan pada siswa-siswi baik yatim maupun kurang mampu. Bahkan di sela-sela santunan tersebut LDNU telah membagikan buletin terbitannya yang berisikan tentang dakwah.
“Alhamdulillah kami bersama tim NUsa peduli bisa berbagi dengan siswa-siswi yatim maupun kurang mampu di MI Nurul Huda Becok ini. Mudah-mudahan kegiatan ini mendapatkan berkah dari Allah SWT,” ungkap Ketua LDNU Tuban, H. Ashabul Yamin, M.Pdi
Menurutnya, kegiatan ini merupakan langkah untuk memotivasi siswa agar bersemangat dalam belajar. Meski nominal bantuannya tidak besar, namun jika digunakan dengan semestinya maka akan berguna bagi penerima.
“Mudah-mudahan kedatangan kami kesini menambah semangat mereka untuk lebih giat belajar. Selain itu, menjadikan mereka agar termotivasi untuk semangat hidup dalam serba keterbatsan,” harapnya.
Sementara itu, Tim NUsa Peduli yang diwakili bagian pemasaran, Untung mengungkapkan, dengan adanya santunan ini semoga MI Nurul Huda dengan tim Tabloid NUsa bisa menjalin silturrahim. Bahkan, meminta pihak madrasah agar berlangganan tabloid NUsa guna menjalin komunikasi antara NUsa, Maarif dan MI Nurul Huda Becok.
“Selain santunan, kami berharap dewan guru juga berlangganan tabloid NUsa, guna menjalin komunikasi dengan kami serta update informasi seputar Maarif mapun NU di Tuban,” cetusnya.
Terpisah, Kepala MI Nurul Huda Becok, Tegalrejo, Kecamatan Merakurak mengatakan, turut senang dengan kedatangan tim NUsa peduli dan LDNU Tuban di madrasahnya. Sebab selain memberi motivasi kepada siswa-siswi, juga sebagai ajang silturrahim dengan guru.

“Terimaksih atas kedatangannya tim NUsa peduli dan LDNU, semoga kegiatan ini mendapatkan berkah dari Allah SWT,” ungkap pria beralamatkankan di perumahan Tasikmadu, Tuban ini. (wandi)

Wisata Budaya Sunan Bonang Raih Terbaik I Tingkat Jawa Timur

Mundzir, Pengurus Mabarrot Makam Sunan Bonang menunjukkan piala dan piagam penghargaan.
TUBAN KOTA- Makam Sunan Bonang meraih penghargaan terbaik 1 dari Gubernur Provinsi Jawa Timur, dalam rangka anugerah wisata Jawa Timur 2014 untuk kategori kelompok daya tarik wisata budaya.
Penghargaan yang diserahkan Pemprov Jatim tersebut langsung diterima Ketua Yayasan Mabarrot Sunan Bonang KH. Ahmad Mundzir dengan didampingi Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban.
Saat ditemui pada pertengahan Desember 2014 lalu di kantor Yayasan Mabarrot Sunan Bonang, KH. Ahmad Mundzir mengatakan, makam Sunan Bonang mendapatkan pemenang terbaik 1 di tingkat Provinsi Jawa Timur. Dia mengatakan yang dinilai bukan hanya budayanya, tapi kenyamanaan, penataan, pengelolaan, keindahan dan adiministrasinya juga ikut dinilai.
“Alhamdulillah makam Sunan Bonang telah memenangkan terbaik 1 tingkat jawa timur 2014 dengan kategori kelompok daya tarik wisata budaya,” cetus pria yang juga menjabat ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kabupaten Tuban ini.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid Kebudayaan Dinas Perekonomian dan Pariwisata Kabupaten Tuban, Sunaryo mengungkapkan, bangga karena salah satu wisata budaya yang ada di Tuban meraih juara 1 dengan kategori kelompok daya tarik wisata budaya. (suwandi)

TABLOID NUsa EDISI 31

Contoh Halaman Tabloid NUsa EDISI 31


Anda bisa membaca Tabloid NUsa EDISI 31 di Layar Komputer, Laptop, HP/I-Pad dengan mudah. Untuk download Tabloid NUsa Format PDF,  silahkan Anda klik ikon download di bawah ini ...

Meneropong Usaha Anyaman Pandan

Pasarkan Sampai Malang dan Mojokerto

DAUN PANDAN: Pengrajin anyaman membuat tas dari daun pandan.
Bermodal keterampilan, semua pun jadi lading usaha yang mampu menghasilkan uang. Motto ini yang selalu tertanam dalam hati Suryani, seorang ibu rumah tangga yang kreatif dalam mengayam daun pandan. Bagaimanakah peluang bisnisnya?

Usaha menganyam daun pandan telah menjadi warisan leluhur bagi Suryani, warga Desa Sumberjo Kecamatan Widang.“YaMas, ini semua bermula dari keluargaku dulu. Entah kapan mulainya. Aku tidak  tahu,” katanya saat ditemui NUsa. Suryani mengaku sejak dulu sudah terbiasa dengan tangan yang terampil, sehingga ide-idenya untuk menciptakan karya dari hasil olah tangannya dalam menganyampan dan kian mudah dikeluarkan.Tak pelak, anyaman yang terbuat dari daun sejenis pandan yang biasanya hanya bisa dirupakan tikar, kini mampu beralih wajah menjadi tas cantik yang bernilai ekonomis. Apalagi, tuturnya, daun panda khas desa asalnya, yakni Sumberjo, memiliki kualitas lebih baik daripada daun pandan pada umumnya. Akhirnya, kini usahanya itu telah semakin diminati oleh ibu-ibu Fatayat maupun Muslimat NU.
Usaha yang bermodal awal hanya 1 juta rupiah itu dikenal dengan julukan Surya PW. Julukan itu bermula dari Ibu Suryani (38) dan  adiknya, Rina Niswatin (27). Untuk memperbaiki kualitas warisan leluhur, Suryani dan Rina pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM di desanya. Karena bahan yang dipakai dalam pelatihan itu relative lebih mahal, maka Suryani mencoba mencari bahan yang terjangkau harganya, sesuaikan tong orang yang tinggal di sekitar rumahnya. Akhirnya Suryani memutuskan memproduksi tas cantik yang terbuat dari bahan sederhana, pandan. Meski demikian, kolaborasi antara hasil pelatihan dari PNPM, kemampuan pribadinya yang telah terbentuk daripara pendahulunya dan bahan pandan yang sederhana tapi berkualitas baik mampu menghasilkan karya kerajinan yang menarik.
Al hasil, usaha yang hanya dianggap sampingan itu ternyata berbuah manis. Ditangan terampil Suryani dan Rina, barang yang pada umumnya terkesan biasa, kini telah mendapat perhatian khusus dari para konsumen. Berbagai hasil karya mereka telah dibandrol dengan harga beragam. Seperti, tas dompet harganya sekitar 35.000 rupiah, tas ABG model harganya 50.000 rupiah, tas Hello Kitty harganya 60.000 rupiah dan tas belanja besar dihargai 70.000 rupiah. Bahkan ada bentuk lain, jika konsumen menghendaki bentuk yang berbeda.“Harga yang berbeda itu disebabkan oleh tingkat sesulitan dan bahan yang diperlukan waktu pembuatannya,” kata Rinadi sela-sela kesibukannya.
  
Beberapa tas dari duan pandan.

Konsumen Sampai Malang dan Mojokerto
Usaha anayaman daun pandan yang digeluti Suryani dan Rina ini kini telah terpasarkan sampai Malang dan Mojokerto. Ceritanya, pada awalnya system pemasaran produk kreasinya itu hanya melalui getok tular. Karena getok tular itu akhirnya usahanya mampu dipasarkan sampai di Babad, Plumpang dan Lamongan. Karena banyak yang minat, iseng-iseng, Juki seorang warga dari Desa Tunah Kecamatan Widang meminta keluarganya yang ada di Malang dan Mojokerto untuk ikut memasarkan hasil kreasi Suryani. Tak disangka, sambutan pasar di dua kota itu ternyata baik. Sehingga produk hasil olahan Suryani ini telah menemukan pasarnya di sana. “Karena banyaknya pesanan tapi tenaga kami minim, kami sampai menolak pesanan,” kata Rina.
Namun, kini produk anyaman Suryani dan Rina ini telah dipasarkan via online. Bahkan pengusaha wanita ini kini telah berani memamerkan hasil karyanya di Rest Area Tuban sampai sekarang. Dikatakan, usaha kerajinan ini harus ditopang oleh 3 hal, yaitu kemauan, modal dan yang terpenting pemasaran.

Rahasia dan Tantangan
Membuat kerajinan itu merupakan sebuah tantangan tersendiri di benak para pengrajinnnya. Usaha ini murni membutuhkan tenaga ekstra dari mulai pencari anbahan, membuat sampai cara agar produk diminati para konsumen. Inilah letak diminati atau tidaknya usaha ini oleh para pemula usaha, sehingga banyak sekali orang yang kurang minat dengan usaha ini.Namun, rina berbeda. Dia mengungkapkan bahwa berkarya itu tidak sulit dan bahkan baginya mudah sekali. Hanya butuh keuletan dan kesabaran saja.
Sebenarnya, kerajinan yang satu ini sama seperti kerajinan pada umumnya, tapi yang menjadikan berbeda adalah bahannya yang pilihan dan metode pembuatannya yang unik. Langkah pertama pembuatannya, yaitu mempersiapkan bahannya yang meliputi lemkayu, gunting, palu, benang dan alat jahit. Kedua, kayu yang sudah disiapkan dilem untuk menghilangkan jamur. Kemudian membuat pola atau gambar, setelah itu barang setengah jadi itu dijahit sesuai pola yang disiapkan. Setalah terbentuk, tas diberi milamin/diflitur agar terlihat halus. Kemudian terakhir dijemur agar terlihat bagus dan mengkilat.
“Rahasianya agar produktas ini awet dan tetap bagus warnanya, jangan sampai disimpan pada tempat yang kedap udara seperti lem aria tertutup,” jelas Rina. (edy)


TOKOH INSPIRATIF NUsa EDISI 31//KH. Kafrawi, Penghulu Tuban Masa Penjajahan Belanda

KH. R. Kafrawi.
KH. R. Kafrawi merupakan seorang ulama dari lingkungan Nahdlatul Ulama yang menjadi Ketua Pengadilan Agama atau Penghulu Tuban pada masa penjajahan Belanda. Beliau adalah ayah KH Fathurrahman (Menteri Agama Kedua RI). Penghulu pada masa itu merupakan jabatan administrasi di bidang keagamaan yang diangkat sebagai pegawai Belanda. Dengan demikian Kiai Kafrawi adalah seorang ulama sekaligus priyayi. Sebelum Kiai Kafrawi menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama (Penghulu), beliau adalah seorang yang alim yang diberi kepercayaan dalam segala bidang ilmu agama. KH. Kafrawi sendiri berasal dari Klopo Telu Merakurak dan masih keturunan dari Kiai Arifin bin Abdul Kodir (Mbah Diro).
 Kiai Kafrawi menikah dengan Siti Aisyah, dan dikaruniai empat orang anak. Mereka adalah: Munjiyat/Kaspiyatoen, Roesdiyah, Moesyarofah, dan KH. Fathurrahman. Menurut penuturan H. Masduqi, cucu keponakan dari KH Fathurrahman Kafrawi, sebenarnya Kiai Fathurrahman masih mempunyai kakak laki-laki tetapi meninggal ketika masih kecil. Konon, saudaranya itu pernah mengolok-olok ayahnya yang menjadi penghulu di Tuban dengan mengatakan jabatan penghulu dengan kata-kata “pang-pang diulu”. Anehnya, tak lama kemudian kakaknya itu meninggal dunia.
Kiai Kafrawi menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama pada masa kepemimpinan Raden Adipati Ario Koesoemodigdo (Bupati Tuban ke-35) yang memerintah mulai tahun 1892-1911. Raden Adipati Ario Koesoemodigdo telah berjasa membangun kembali Mesjid Agung Tuban pada tahun 1894. Mesjid Agung Tuban telah dibangun kembali oleh sang Bupati dengan gaya Eropa campur tradisional. Arsitek mesjid tersebut berkebangsaan Belanda bernama H.M.Toxopeus. Sang Bupati wafat pada tahun 1911, setelah memerintah Kabupaten Tuban selama 16 tahun dan dimakamkan di Astana Makam Pati Kebonsari, Tuban.
KH Kafrawi wafat tahun 1910 dan dimakamkan di pemakaman Desa Bejagung Lor Kecamatan Semanding, Tuban. Makam KH Kafrawi terletak di sebelah utara makam Syekh Abdullah Asy’ari (Sunan Bejagung). Lokasi makamnya sekarang sudah dipindahkan dan dijadikan satu dengan makam keluarga di pemakaman Desa Bejagung Lor. Sedangkan istrinya, Hj. Siti Aisyah, meninggal pada 1949 dan dimakamkan di kompleks Makam Sunan Bonang di Kelurahan Kutorejo, Tuban.

Guru Kiai Umar bin Harun Sarang
Menurut cerita yang lebih mashyur lagi, sumber ilmu yang menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Sarang (Rembang) konon berasal dari Kiai Klopo Telu. Karena banyak sekali para santri yang menimba ilmu di Kiai Klopo Telu pada saat itu berasal dari daerah Sarang, Jawa Tengah. Tampaknya hal itu bisa dibenarkan, terbukti KH. Umar bin Harun pernah berguru pada KH Kafrawi. KH. Imam Kholil, pendiri Pondok Pesantren MIS Sarang, dulu juga pernah berguru pada Kiai Badlowi di Santren, Merakurak. Sehingga ada anekdot kalau ada santri dari Merakurak yang ingin mondok di Sarang, maka oleh kiainya dikatakan bahwa ia bukan mau mondok melainkan mau mengambil ilmu leluhurnya yang telah ‘diambil’ oleh para Kiai Sarang.
Salah satu murid kinasih Kiai Kafrawi adalah Kiai Umar bin Harun dari Sarang (Rembang). Kiai Umar bin Harun (1855-1910) merupakan ulama yang terkenal sebagai salah seorang ulama Nahwu pada saat itu. Kiai Umar bin Harun lahir di Sarang pada tahun 1855 M /1270 H. Tumbuh dan belajar dalam bimbingan Kiai Ghozali (Sarang), lalu juga belajar kepada kiai-kiai lain seperti Kiai Syarbini (Sedan, Rembang), Kiai Kafrawi (Merakurak, Tuban) dan Kiai Sholeh (Langitan, Tuban). Beliau juga belajar agama di Mekkah, seperti Syekh Nawawi bin Umar al-Banteni (w. 1813 H/1897 M), dan Syeikh Abu Bakar asy-Syatho al-Makki, salah satu ulama Mekkah yang amat terkenal pada zamannya.
Setelah pulang ke tanah air pada tahun 1319 H dan mengabdikan hidupnya kepada pengajaran keagamaan, maka beliau berjuang dengan sangat gigih dan bekerja keras untuk mengangkat citra pondok pesantren menuju puncak kejayaannya sehingga bisa terkenal ke segala penjuru. Pesantren Sarang pun semakin bersinar, maju dan berkembang pesat dan menjadi tujuan para santri dari berbagai penjuru. Kiai Umar bin Harun merupakan pengasuh Ponpes Sarang pada periode kedua setelah penyerahan mandat dari guru beliau, Syekh Ghozali, yang tak lain adalah mertua Kiai Umar sendiri. Kiai Umar bin Harun wafat pada tahun 1328 H/1910 M, pada usia 55 tahun dan dimakamkan di kompleks pemakaman ulama Sarang. Beliau pernah menikah dua kali, namun dari keduanya tidak dikaruniai keturunan.(cholis)


DARI KAMI TABLOID NUsa EDISI 31//Saatnya yang Muda Ambil Tanggung Jawab



Situasi itu terulang lagi; hampir sama dengan ketika NUsa edisi 10 (Edisi Maret 2013) akan terbit. Di mana, ketika proses pembuatan tabloid dilakukan, pemimpin Redaksi NUsa Akhmad Zaini mendadak memiliki kegiatan yang luar bisa padat, sehingga tidak memungkinkan lagi baginya untuk menangani penerbitan tabloid secara penuh. Saat itu, agar tabloid NUsa tetap terbit, tidak ada jalan lain kecuali yang muda-muda harus mengambil alih tanggung jawab.
Layaknya dalam sebuah keluarga, keberadaan Pemimpin Redaksi Akhmad Zaini bagaikan orang tua. Berbagai persoalan penting, dialah yang harus menyelesaikan. Namun, bagaikan dalam sebuah keluarga juga, jika orang tua sibuk atau ada urusan yang sangat penting, maka mau tidak mau berbagai persoalan penting itu harus diambil alih oleh anak-anak yang sudah besar. Mereka harus mengambil alih tanggung jawab. Dan alhamdulillah, mereka ternyata bisa.
Dalam konteks NUsa, mereka yang bisa dianggap sebagai anak-anak yang sudah besar itu adalah Wakhid Qomari, Suwandi dan Suaidi. Sudah dua setengah tahun mereka digodok dalam pembuatan tabloid. Wakhid mengambil tanggung jawab  dalam  hal keredaksian yang meliputi pengeditan naskah dan pengkoordinasian naskah. Suwandi, selain menyiapkan naskah-naskah laporan, juga mencari terobosan-terobosan iklan. Sedang Suaidi mengambil bagian pada penataan halaman (lay out) dan percetakan.
Jadi, jika njenengan saat ini menikmati (membaca NUsa), maka sama saja dengan menyantap hasil masakan mereka. Tentu ada sedikit aroma perbedaan. Namun itu hanya soal cita rasa. Yang penting, masakan tetap tersaji. Yang muda bisa mulai mengambil tanggung jawab. Lama-lama mereka akan semakin lihai membuat masakan. Ini adalah kondisi yang patut disyukuri. Secara alamiah, berarti regenerasi di NUsa berjalan dengan baik. NUsa tidak lagi bergantung satu figur. Namun, telah berdiri di atas sebuah sistem yang ditopang oleh sebuah tim.
Dengan posisinya saat ini yang juga menjabat sebagai ketua LP Ma’arif NU Tuban, Pimred NUsa Akhmad Zaini memang semakin sibuk. Banyak urusan yang harus ditangani. Karena itu, sudah sekian lama, dia menghendaki regenerasi di NUsa dilakukan. Namun, karena satu dan lain hal, proses regenerasi itu berjalan relatif lamban. Akan tetapi, kini rasanya regenerasi itu sulit dihindari. Harus diterima sebagai hukum alam (sunatullah). Dan insya Allah, kondisinya sudah lebih kondusif. Semoga!