RAPAT REDAKSI NUsa

Akhmad Zaini (Pimred Tabloid NUsa) memimpin rapat redaksi di halaman kampus STITMA Tuban.

DIKLAT JURNALISTIK

Peserta diklat jurnalistik dan crew Tabloid NUsa berpose bersama usai kegiatan diklat.

SILLATURRAHMI

Ketua LP. Ma'arif NU Kab. Tuban dan Pimred Tabloid NUsa berkunjung ke Rumah Gus Rozin (Putra KH. Sahal Mahfudz).

NUsa PEDULI SPESIAL

Mustain Syukur (Ketua PCNU Kab.Tuban) dan Fathul Huda (Penasehat LP. Ma'arif NU Tuban) berpose bersama siswa yang mendapatkan santunan NUsa Peduli.

STUDY BANDING LP. MA'ARIF NU KAB. TUBAN

Akhmad Zaini, ketua LP. Ma'arif NU Kabupatn Tuban saat menerima cinderamata dari LP. Ma'arif Kab. Pasuruan.

RAPAT BERSAMA

Pengurus PCNU, Pengurus LP. Ma'arif NU, PC.Muslimat Tuban, PC.Fatayat NU Tuban saat rapat bersama membahas pendidikan di Kabupaten Tuban.

GROUP SHOLAWAT SMK YPM 12 TUBAN

Group Sholawat Al-Banjari SMK YPM 12 Tuban melantunkan tembang sholawat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

TURBA MAARIF NU TUBAN KE RENGEL

Group Sholawat Al-Banjari SMK YPM 12 Tuban melantunkan tembang sholawat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

NUsa PEDULI EDISI 23

Tiga siswa berada di naungan LP. Ma’arif menerima santunan yang diberikan langsung oleh Dirjen Pendis (kanan) dan Kapala Kemenag Tuban.

PENGURUS PC. LP MA’ARIF NU

Beberapa Pengurus PC. LP Ma’arif NU Tuban siap bekerjasama demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Tuban.

AVANZA UNTUK OPERASIONAL MA’ARIF NU TUBAN

Zaini (Ketua PC. LP. Ma'arif) menerima hadiah mobil dari Bupati Tuban secara simbolis pada acara Rakor kepala sekolah dan pengurus yayaasan se-kabupaten Tuban.

PRESTASI FATAYAT

Fatayat NU Tuban Masuk 10 Besar Lomba Rias Provinsi.

JUARA MTK

Beberapa Crew Tabloid NUsa, mereka semua generasi dari NU berasal dari Tuban, Lamongan dan Bojonegoro.

TIM TABLOID NUsa

Beberapa Crew Tabloid NUsa, mereka semua generasi dari NU berasal dari Tuban, Lamongan dan Bojonegoro.

Rabu, 29 Oktober 2014

Jejak perjuangan Pendidik Muda Asal Gresik di, Mlangi, Widang Tuban


Mengikuti Panggilan Jiwa

KELUARGA INTI: Khoirul Anam, S.Pd.I bersama istri dan putrinya.

Penampilannya sederhana. Namun, dibalik kesederhanaannya itu, dia telah mengukir perjalanan hidup yang layak diteledani oleh banyak orang. Dia rela menjadi guru dan berdakwah di kawasan cukup terpencil, Dermalang, Mlangi, Widang.

Nama lengkapnya, Khoirul Anam, S.Pd.I. Dia terlahir di Gresik pada 17 November 1984 sebagai putra keenam dari delapan bersaudara pasangan Utsman dan Karmani. Saat ditemui Tim NUsa di kediamannya, yang berada di belakang ruang kantor MI Tarbiyatul Islamiyah Dusun Dermalang, Mlangi, Widang, Anam menceritakan perjalanan hidupnya hingga akhirnya menetap di Dermalang.
Meski berada di wilayah Kecamatan Widang, Dermalang merupakan dusun yang terpencil. Dengan dusun lainnya di Desa Mlangi, Dermalang dipisahkan oleh kawasan tambak yang cukup luas. Dari dusun terdekat, jaraknya sekitar 3 kilometer. Akses menuju ke dusun itu hanyalah jalan bertanah yang lebarnya hanya 3 meter. Selain berkelok-kelok, jalannya juga sangat terjal. Pada saat musim hujan, jalan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan karena berlumpur. Sebagai penggantinya, masyarakat menggunakan perahu sebagai alat transpotasi.
Saat ini, Dermalang didiami oleh 87 KK. Namun, di antara 87 KK itu, banyak yang kepala keluarganya (laki-laki) merantau ke luar Jawa (kebanyakan ke Ternate). Sehingga, kawasan ini lebih banyak didiami kaum hawa dan anak-anak. ‘’Kalau Shalat Jumat paling 35 orang,’’ tutur Anam.
Bapak 1 anak ini lalu mengungkapkan, sebelum dia menetap di Tuban, terlebih dahulu kakaknya mengajar di Widang dan Rengel. Karena sering nyambang ke rumah kakaknya,  akhirnya dia pun tertarik untuk ikut berjuang  menyebarkan Islam di wilayah orang awam (baca: abangan). Dan, Dusun Dermalang-lah yang akhirnya dijadikan pijakan untuk berjuang tersebut.
” Inilah jalan hidup saya bersama keluarga dan kami sangat senang bisa menginjakkan kaki di bumi wali ini,’’ ujar Anam.
Dia mengungkapkan, di awal kedatangannya, masyarakat Dermalang kurang bisa menerima kehadirannya.  Namun, bisa menghadapi hal itu dengan baik. Anam selalu ingat petuah para pinisepuh agar dirinya  “kuat ati lan kuat kupinge”. ‘’Alhamdulillah tantangan itu bisa kami hadapi, sehingga kami  sekeluarga sampai sekarang bisa berjuang di sini,’’ ungkap Anam.

Panggilan Jiwa
            Anam mengawali pendidikannya di MI Al Amin Balung Panggang Gresik lulus tahun 1995. Setelah itu, dia meneruskan di Sekolah SMP 1 Balung Panggang yang selanjutnya  meneruskan di SMA Cerme Gresik. Setelah lulus pada 2001, Anam melanjutkan study di IAIN Sunan Ampel Surabaya (Sekarang UINSA) pada 2009 jurusan PGMI. Karir pendidik dan pengajarannya dimulai di sekolahnya yang dulu yaitu di MI Al Amin. Namun, karena faktor ekonomi dan harus mencari nafkah buat adik-adiknya dan keluarga sehingga pengabdiannya hanya 1 semester. Setelah itu Anam menjadi karyawan di salah satu prabik di Sidoarjo.
Selama berprofesi sebagai karyawan pabrik, Anam pernah menjadi karyawan di pabrik springbed selama 1 tahun. Setelah itu, dia pindah menjadi karyawan di PT. Unilever Pusat di Simo Pomahan Surabaya  bagian Marketing (Baca: sales) dan distributor  selama kurang lebih 7 tahun.Saat usia 25 tahun, Anam  dipindah di Cabang Lamongan. Setelah itu, Anam pindah lagi ke Petrokimia Gresik selama 2 tahun.
Meski sudah malang melintang di sejumlah perusahaan, Anam tidak bisa lupa dengan ajakan kakaknya yang tinggal di Tuban agar dia mau menjadi pendidik di Dermalang meneruskan kakaknya yang sudah terlebih dahulu mengabdi di kawasan itu. “Panggilan jiwalah yang membuat saya kembali menjadi pendidik,’’ tutur Anam.

Perjuangan di Dermalang
Meskipun kondisi Dermalang relatif terpencil, namun hal itu tidak menyurutkan semangat suami dari Ninik Erna Hidayati (30Thun) yang menikah sejak 2006 ini. Anam yang dikenal warga sabar dan santun itu mampu melestarikan ajaran aswaja di dusun yang hanya di huni 87 KK tersebut. Saat ini, suasana Dermalang cukup religius.
Pada 2008, Anam menjadi kepala sekolah menggantikan kepala sekolahnya yang berasal dari Widang. Sejak itulah dengan kegigihan dan kerja kerasnya bersama istrinya dan swadaya masyarakat, Anam berhasil menata Administrasi/Tata Usaha Madrasah, mendirikan gedung untuk MI pagi dan mendirikan TPQ dan Diniyah untuk sore harinya. Di dusun tersebut juga berdiri bangunan masjid cukup besar yang berlokasi di depan MI Tarbiyatul Islamiyah.
Anam bersyukur, pada 2009 dan 2013 lembaga yang dia pimpin mendapatkan Block Grant dari Kementrian Agama Tuban. Saat itu bantuan diserahkan langsung oleh Kakemenag Tuban Drs. Leksono, M.P.dI dan Pendma Tuban Drs. Muhlisin Mufa, M.Pd.I.
Anam menceritakan, untuk menuju seperti saat ini, dibutuhkan perjuangan sangat berat dan penuh tantangan. Namun, semua itu bisa diatasi dengan selalu mengingat motivasi dari Kiainya waktu mengaji di desa asalnya. ‘’Saya selalu dimotivasi, apa pun yang dilakukan dengan niat yang baik dan cara yang baik pula maka semua akan menjadi baik di masa yang akan datang,’’ ujarnya.
Anam menandaskan kalau materi duniawi baginya tidak menjadi tujuan nomor satu. Menularkan ilmu sebari hidup kesederhanaan menjadi pilihan hidupnya. “Hidup kudu nrimo opo sing dadi pandumani sing kuoso” katanya. Dengan gaji sebagai guru yang tak seberapa  buat menyambung hidup bersama istri dan satu anak  itu dia syukuri dengan ikhlas. Untuk mencukupi kebutuhan, perekonomian keluarga di topang dengan berjualan isi ulang air minum. Selain itu, dia juga berjualan air mineral segala merek untuk menyediakan serta membantu warga di dusun itu. “Alhamdulilah sedikit-sedikit bisa membantu jajan anak dan membantu perekonomian keluarga, ” tutur Anam sembari tersenyum.(edy/hafidh)

Motivasi dan Prinsip Hidup Khorul Anam
1.      Berjuang harus siap segalanya baik tenaga, pikiran dan harta benda bahkah nyawa Berani cumpleng kupinge, panas sirahe lan loro atine”
2.      Kalau ingin berjuang jangan melihat duniawi atau materi.
3.      Ikhlas berjuang akan dapatkan segalanya baik rizqi dan kepuasan/ketengan hati
4.      Setiap apapun yang baik harus dilakukan dan yang tidak baik harus ditinggal
5.      Kita tidak boleh fanatik dengan sesuatu hal, dan tetap hati-hati dengan apapun yang bertentangan dengan ajaran yang kita anut.
6.      Pemud harus berkiblatlah kepada para pendahulu atas perjuangan dan jerih payahnya dalam memperjuangkan bumi pertiwi dan agama.
7.      Alam adalah guru, maka tafakkur billah kepada alam akan mengingatkan kita kepada Allah SWT

8.      Tiga motivasi diri harus diingat; carilah ridho Allah, merebut kesalahan dan jangan merasa benar, selalu dzikrullah.

Memperkuat Pemahaman Aswaja NU

oleh: Muhammad Arifuddin, S.Pd.I//Ketua PC LBMNU Tuban

Assalamualaikum warohmatullah Wabarokatuh

Alhamdulillah puji syukur atas rahmat dan hidayah yang diberikan Allah SWT sehingga kita selalu dalam keadaan iman dan Islam.
Munculnya gerakan Islam liberal yang dimotori oleh JIL atau dikenal dengan gerakan Islam radikal transnasional seperti HTI, ISIS maupun yang lainnya disadarai atau tidak merupakan ancaman bagi faham Aswaja yang dikembangkan oleh NU.
Seperti yang disampaikan Al maghfurlah KH. Yusuf Hasyim dalam wasiatnya menjelang beliau berpulang ke rahmatulloh mengatakan, “kita harus dapat memotong laju gerakan ideologi kekerasan dari Timur Tengah dan liberalisme Barat, karena kedua gerakan tersebut akan merusak NU dan NKRI. Masuknya ideologi transnasional ke Indonesia dapat merusak tatanan NU dan Indonesia. Maka dari itu, pemerintah harus menggunakan Pancasila sebagai ideologi yang mambatasi masuknya ideologi transnasional. Sedangkan NU harus terus memperkuat pemahaman Aswajanya ke seluruh struktur dan kultur di bawah NU.’’
Apa yang dikatakan oleh KH. Yusuf Hasyim di atas telah mengindikasikan betapa bahayanya pengaruh ideologi transnasional radikalisme Timur Tengah dan liberalisme barat terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi mereka menguasai medan dan peta kekuatan politik Indonesia. Sehingga sasaran utama yang mereka bidik adalah NU. Karena NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dengan asumsi apabila NU bisa dilumpuhkan maka secara otomatis mereka akan mampu menguasai Islam di Indonesia sesuai dengan ideologi mereka.

Muhammad Arifuddin, S.Pd.I
Gerakan Islam radikal yang dipengaruhi oleh ideoloogi Salafi Wahabi mempunyai misi besar di bidang syariah yakni menghanguskan tradisi-tradisi keagamaan NU yang dituduh sebagai ajaran bid’ah yang menyimpang dari ajaran Rasululloh SAW. Gerakan tersebut menyudutkan NU seperti itu, karena tujuan akhirnya adalah ingin membersihkan NU dari keseluruhan tradisi-tradisi peribadatan dan keagamaannya. Slogan yang selalu mereka dengungkan adalah kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadits.
Sementara di bidang siyasah ( politik ) gerakan Islam radikal transnasioanal ini mencoba untuk mengembalikan sistem pemerintahan menjadi sistem Khilafah Islamiyyah sebagaimana pada zaman Khulafaur Rosyidin. Dalam pandangan mereka sistem pemerintahan negara tak terkecuali Indonesia adalah sistem pemerintahan yang menyimpang dari syari’ah. Pemerintahan negara Indonesia selama ini dianggap pemerintahan yang thoghut yang wajib diingkari. Selain itu, mereka juga berpandangan bahwa nasionalisme adalah bertentangan dengan ajaran Islam.
Makanya kelompok ini terus berdakwah mencari dan memperbanyak pendukung, dan yang menjadi sasaran mereka adalah orang-orang yang masih awam terhadap ajaran Islam, utamanya para pelajar, mahasiswa dan para intelektual yang tidak mempunyai basic ilmu keagamaan yang kuat. Bahkan, termasuk di antaranya generasi muda NU sendiri. Mereka juga selalu menyuguhkan dalil-dalil dari Al qur’an dan Al hadits yang diperkuat dengan retorika logis dan menarik. Tentunya dakwah mereka ini tidak sia-sia belaka. Banyak di antara anak-anak muda yang masih awam dalam pemahaman keagamaannya tergiur dan bergabung dengan kelompok-kelompok radikal ini.
Di samping gerakan Islam radikal di atas, NU juga mendapatkan ancaman dari kelompok Islam liberal. Gerakan kelompok liberal ini selalu mendengungkan tentang kebebasan berfikir dan berijtihad dalam memahami ajaran Islam. Mereka juga tidak segan-segan telah berani menentang beberapa konsep fiqh yang telah menjadi konsensus para mujtahid ( Ijma’). Bahkan berani mengatakan bahwa ada beberapa ajaran yang sudah dinash dalam al Qur’an sudah tidak relevan lagi dengan konteks sekarang ini. Misalnya tentang hukum potong tangan bagi pencuri, hukum rajam bagi pezina mukhshon dan lain sebagainya. Tentu saja pemikiran Islam liberal seperti ini sangat bertentangan dengan ajaran Aswaja NU.
Untuk menyikapi kondisi tersebut, marilah para pimpinan NU perlu mengambil langkah yang strategis yakni dengan memperkuat pemahaman ahli sunnah wal jama’ah an nahdliyyah (aswaja NU) ke setiap warga NU mulai dari pimpinannya sampai dengan lapisan bawah. Hal itu bisa dilakukan dengan cara selalu menggelar dan mengadakan kajian-kajian Aswaja. Baik bidang fiqih seperti memberikan penjelasan kepada warga NU yang masih awam tentang bid’ah yang selama ini selalu dijadikan alat untuk mendiskreditkan NU oleh kelompok Salafi Wahabi, serta penjelasan tentang dalil atau dasar amalan-amalan yang selama ini ditradisikan oleh ulama NU seperti tahlil, istighotsah, manaqiban, pembacaan al Barzanji. Hal itu bisa diterapkan dengan melalui pengajian di majlis Ta’lim dan Lailatul Ijtima’ yang biasa dilaksanakan di Ranting dan MWC. Selain itu, kita juga perlu mengadakan sarasehan, workshop dan halaqoh tentang Aswaja NU.
Maka dari itu, sebagai warga NU marilah menggugah kembali kesadaran pada diri kita untuk menanamkan pendidikan Islam ala ahli sunnah wal jamaah kepada putra-putri kita. Perlu diketahui, pendidikan Islam ahli sunnah wal jamaah yang saya maksud di sini adalah pendidikan pondok pesantren. Sebab, diakui atau tidak rapuhnya keyakinan aswaja di kalangan warga NU selama ini penyebab utamanya adalah tidak adanya lagi minat mereka untuk belajar di pondok pesantren. Lebih-lebih banyak dari warga NU bahkan para pimpinan NU sendiri yang enggan mendidik putra-putrinya di pondok pesantren. Akibatnya putra- putri mereka banyak yang tidak mengenal apa itu aswaja, apa itu NU. Apalagi untuk mengerti dasar-dasar amalan NU, sangatlah jauh dari mereka. Inilah sebenarnya yang sangat memprihatinkan di kalangan kita. Sebaiknya jangan sampai tidak belajar di pondok pesantren. Sebab, pesantren adalah gerbong pertahanan aswaja NU yang paling kuat. Maka dari itu, marilah mempercayakan semua putra-putri kita untuk belajar di pondok pesantren, sebab ini semua demi melestarikan ajaran Masyayikh NU, ajaran Salafus Sholih yang merupakan At Thoriqoh An Najiyat. Wallohu A’lam Bis Showab.

Wassalamualaikum warohmatulla Wabarokatuh.


Mengintip ‘’Lezatnya’’ Bisnis Kepala Manyung di Tuban

 
Cukup Rp 25 Ribu, Lidah Bisa Bergoyang
 
Selain dikenal dengan sebutan Bumi Wali, Tuban juga dikenal makanan khas kulinernya. Salah satunya kepala manyung atau masyarakat menyebutnya “ndas manyung”. Warung penjual makanan khas pesisir tersebut hampir setiap hari tidak pernah sepi pengunjung.
 
Menjual menu “Ndas Manyung” atau kepala ikan manyung yang diolah garang asem atau mangut sangat laris dan diburu pembeli. Para pembelinya tidak hanya asal Tuban saja, para pelancong yang kebetulan singgah di Bumi Wali banyak pula yang memburu. Selain harganya yang terjangkau, cita rasanya yang khas dan menyegarkan juga menjadi alasan konsumen untuk membeli dan mencicipinya.
Tidak hanya itu. Ukuran yang porsinya jumbo dan bumbunya yang khas membuat para konsumen datang kembali untuk membeli dan menikmatinya. Maka dari itu, tidak heran jika penjual makanan khas kuliner Tuban itu sebagai lahan kerja dan bisnis yang sangat menjanjikan.
Di Tuban yang menjual menu tersebut dan cukup terkenal di antaranya warung yang berada di Kelurahan Mondokan, Kecamatan Kota atau arah ke terminal wisata Tuban dan satunya lagi berada di Desa Bulu Jowo, Kecamatan Bancar, Tuban persisnya di depan polsek Bulu-Bancar.Setiap hari menu mangut dan asem-asem kepala manyung selalu menjadi pilihan para pembeli, baik yang sudah menjadi konsumen langganan, maupun hanya sekedar lewat untuk mencicipi makanan khas daerah.
Salah satu orang yang sudah menikmati ‘’lezatnya’’ berbisnis ndas manyun adalah Joko Santoso (55), pemilik warung di Kelurahan Mondokan, Tuban. Di warungnya yang sederahana itu, dia telah menyediakan berbagai menu kepala manyung. Mulai dari mangut, asem-asem dan garang asem. Dalam penyajiannya satu porsi menu, terdapat setengah kepala ikan.
“Satu porsi, kepala ikan itu dijadikan dua. Jadi satu piring itu terdapat setengah kepala,” kata Joko.
Menurutnya, kepala ikan manyung yang menjadi bahan utama merupakan jenis ikan laut besar yang lebih dikenal dengan nama ikan duri. Membelinya ikan tersebut tidak secara utuh. Namun, dia mendapatkan pasokan dari nelayan yang menjadi langgananya sudah dalam bentuk potongan kepala.
“Untuk ikannya dikirimi dari Brondong (Lamongan) sudah dalam bentuk kepalanya saja,” ucapnya sambil melayani konsumen yang membeli.
Pelangganya sendiri, kata Joko, berasal dari banyak daerah seperti Bojonegoro, Lamongan bahkan Rembang yang kebetulan singgah di Kabupaten Tuban. Satu porsi asem-asem, mangut dan garang asem manyung dihargai Rp 25 ribu. Harga itu belum ditambah nasi Rp 3 ribu dan Rp 2 ribu hingga Rp 4 ribu untuk minumannya.
Dalam sehari, warung milik Joko mampu melayani sedikitnya 100 orang pembeli atau menghabiskan sekitar 4 kwintal kepala ikan manyung yang ditaksir menghabiskan 50 kepala manyung perhari. Sedangkan, pada saat akhir pekan Sabtu dan Minggu, menyiapkan sedikitnya 6 kwintal atau sebanyak 70 kepala ikan manyung untuk persedian 160 pembeli. Dengan banyaknya pembeli itu, Joko dalam seharinya omset warungnya mencapi Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta lebih.
Tidak hanya Joko, pemilik depot di depan Polsek Bulu-Bancar, Ahmad Mujahidin (28) yang melayani aneka menu kepala manyung juga tak kalah ramai pembelinya. Strategi menjualnya pun cukup unik. Jika ada pembeli tidak langsung dilayani, namun disuruh menunggu selama 10 hingga 15 menit karena menunggu kepala manyung tersebut dimasak dulu. Meskipun menunggu dipastikan tidak akan jenuh, karena di situ sudah disiapkan aneka camilan khas yaitu krupuk cumi.
“Ada yang membeli, baru dimasakkan. Itu yang kami tawarkan kepada pembeli. Karena kalau menunya masih panas santapannya pun dijamin tambah lezat,” kata Adin sapaan akrabnya saat ditemui di depotnya.
Menurutnya, cara itu dilakukan karena banyak pembeli yang mintanya variatif mulai dari yang super pedas, pedas biasa maupun agak pedas. Sehingga dari situlah pembeli bisa mencicipi menu sesuai dengan kesukaannya. “Semua tinggal permintaan pembeli, mulai menu yang seperti apa, pedes atau yang biasa, semuanya dilayani,” ujarnya.
Harganya pun tidak terlalu mahal. Untuk menggoyangkan lidah, para pembeli cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 25 ribu satu porsi. Dalam seporsi pembeli akan mendapatkan satu baskom yang berisikan kepala manyung, es teh dan sepiring nasi. Di depot tersebut selain memesan kepala, pembeli bisa memesan badan manyung. Karena pemilik depot tersebut saat membeli ikan manyung tidak hanya kepala saja, tetapi beserta badannya.
“Selain menyediakan kepala, di sini juga melayani aneka menu yang berasal dari badan manyung. Dipastikan juga tidak kalah enak. Tidak hanya itu, khusus menu mangut, di sini kepala manyung diasapin dulu baru setelah itu dimasak mangut,” tandasnya.
Selain menyediakan berbagai menu kepala manyung, di depot yang sederhana itu juga menyediakan menu makanan lain. Seperti bebek goreng, bebek bakar, ayam bakar, ayam goreng, lele goreng kremes,togek bakar dan yang baru ini telah menyediakan lele bakar.
Ingin tahu rasanya, silakan datang dan kunjungi serta cicipi masakan kuliner yang ada di Tuban.
Bagi yang ingin membuat usaha ini silakan belajar dulu. Pantang menyerah, ulet dan tekun. Juga, harus siap-siap tahan amis, sebab ikannya tidak sama dengan ikan lainnya. “Ya kudu telaten, dan siap-siap tahan amis,” tambah Adin
Sementara itu, Ahmad Arif (26) warga desa setempat mengaku kerap mencicipi menu khas mangut milik depot yang dinamai Kalijodo itu. Selain rasanya yang menggoyang lidah, harganya pun terjangkau. Tidak hanya itu, masakan yang gurih dan super pedas menjadikan ciri khas tersendiri.
 
“Tapi di sini masakannya beda, soalnya sebelum dimasak manggut, ikannya itu bukan dipanggang, tapi diasapin. Makannya rasanya beda dengan penjual kepala manyung lainnya,” ungkap pegawai di salah satu perusahaan yang ada di Kecamatan Sale, Rembang ini yang saat itu sedang menyantap makan malam. (wandi)

Jumat, 03 Oktober 2014

TABLOID NUsa EDISI 29

Anda bisa membaca Tabloid NUsa EDISI 29 di Layar Komputer, Laptop, HP/I-Pad Anda dengan mudah.
Syaratnya antara lain:
1. Anda harus punya akun 4shared (www.4shared.com) 
2. Silahkan anda login atau masuk jika sudah punya akun 4shared, namun jika belum punya silahkan anda buat akun.
Catatan: Apabila ada kesulitan untuk download file kami, anda bisa menghubungi admin: kangaidi HP (0856-3301-799/0857-0628-2861) Fb: kangaidi

Contoh Halaman Tabloid NUsa EDISI 29


 Untuk download Tabloid NUsa Format PDF,  silahkan Anda klik ikon download di bawah ini ...

CREW TABLOID NUsa

Atas: Hisyam,Moh.Sumid,Suantoko, Wakhid, Habib,Kangaidi, Suwandi, Zainal Arifin
Bawah: Dion, Amin, Mega, 
Niswah
, Lina, Edi dan Hafidz.

PENGURUS PC.LP MAARIF NU TUBAN

Beberapa Pengurus PC. LP Ma’arif NU Tuban siap bekerjasama demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Tuban

GROUP SHOLAWAT SMK YPM 12 TUBAN


BTQ di Masjid Gandul Tiap Ahad

RELIGIUS: Santri saat mengikuti BTQ di Masjid At-Taubah Gandul

SEMANDING-Pengurus masjid At-Taubah Gandul, Kecamatan Se­manding, Tuban setiap Ahad sore selalu menggelar bimbingan tilawatil qur’an (BTQ) di kompleks masjid. Pesertanya tidak hanya santri dari sekitar Gandul. Akan tetapi, santri dari Kecamatan Palang dan Plumpang pun turut mengi­kuti bimbingan tersebut.
Dalam menjalankan bimbingan itu pengurus masjid menggandeng Pimpinan Cabang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PC LDNU) Tuban dengan mendatangkan para qori’ dan qoriaah yang berprestasi.
Pengurus masjid At-Taubah Gandul, Ahmad Imam Mutohir mengatakan, kegiatan yang digelar pada 28 Septem­ber 2014 lalu itu merupakan bimbingan tilawah pertama kali yang berada di masjid At-Taubah. “Meskipun baru per­tama dibuka, peserta BTQ sudah mem­bludak hingga sekitar 150 santri dan santriwati,” ungkap Imam.
Sementara itu, Ketua PC LDNU Tu­ban, H. Ashabul Yamin mengatakan, bangga pada para santri yang sangat antusias mengikuti kegiatan BTQ terse­but. Diharapkan dengan adanya kegiatan itu nantinya akan memunculkan peserta yang bagus dan bisa memberi manfaat pada lingkungan.

Ashabul Yamin juga berharap pada peserta agar termotivasi untuk belajar, membaca Al qur’an dan mengamalkan isinya. “Semoga ke depan para santri bisa termotivasi untuk belajar Al Qur’an, sehingga bisa mengamalkannya sesuai kaidah dalam Al qur’an.” Papar Pegawai Kemenag Tuban ini. (wandi)


Rabu, 01 Oktober 2014

DARI KAMI TABLOID NUsa EDISI 29//Penyesuaian Harga Tabloid NUsa


Aura positif terus kami rasakan terkait dengan keberadaan Tabloid NUsa. Dari hari ke hari, kami semakin merasakan kalau warga NU Tuban semakin menyatu dengan keberadaan NUsa. Beberapa pembaca mengungkapkan bahwa NUsa semakin enak di baca. ‘’Semakin menarik,’’ ungkap Muhlasin, dosen STITMA Tuban yang sudah lama berlangganan NUsa.
Namun, di tengah-tengah makin cintanya masyarakat, khususnya warga NU Tuban kepada NUsa, ada satu persoalan pelik yang belum berhasil kami pecahkan, yakni, soal distribusi atau pemasaran. Hingga kini, kami belum memiliki tim distribusi (pemasaran) yang handal, berdedikasi dan cekatat. Akibatnya, banyak pelanggan yang komplain gara-gara tidak mendapatkan NUsa.
Sungguh kenyataan itu patut disayangkan. Seperti sering kami singgung, bahwa pilar yang menopang sebuah media cetak adalah tiga hal, yakni, redaksi, iklan dan pemasaran (distribusi masuk di bagian ini). Untuk pilar pertama dan kedua, insya Allah kami sudah lebih baik. Namun, untuk yang ketiga rasanya masih sangat kurang.
Terkait dengan kenyataan di atas, saat menggelar Rapat Redaksi pada Selasa (30/9) lalu, kami secara khusus membahas persoalan tersebut. Dari pembahasan tersebut disimpulkan bahwa salah satu kelemahan di bidang pemasaran adalam minimnya anggaran yang kami miliki untuk dana operasional. Karena itu, pencarian dana dinilai menjadi salah satu alternatif yang bisa diambil.
 Dari sekian alternatif penggalian dana, menaikkan harga NUsa menjadi salah satu pilihan yang dianggap tepat. Sebab, sejak awal terbit pada April 2012 harga tabloid masih tetap Rp 5 ribu. Padahal, ongkos cetak sudah berkali-kali naik. Kenaikan ongkos cetak ini terkait erat dengan penurunan atau inflasi nilai tukar rupiah atas dollar Amerika. Jadi, mulai bulan ini eceran NUsa yang semula Rp 5 ribu menjadi Rp. 6 ribu. Sedang untuk langganan satu tahun, dari Rp 60 ribu menjadi Rp 70 ribu.
Perubahan harga NUsa ini, hakekatnya tidak tepat kalau disebut sebagai kenaikan. Lebih tepatnya disebut sebagai penyesuaian. Karena itu, kami berharap warga NU yang selama ini menjadi pelanggan NUsa bisa memahami kebijakan tersebut. Kami berharap, dengan penyesuaian harga itu, pemasaran yang selama ini kurang tertangani dengan baik, bisa diperbaiki kondisinya. Semoga!  
 Semoga  Kepedulian dan keikhlasan terpancar pada diri kita

NUsa Peduli 29//NUsa Peduli untuk Adit dan Meli

DIBAGIKAN SECARA TUNAI: Siswa dari MI Al-Falahiyah Jenu Tuban saat menerima santunan.


JENU – Kekurangan tidak menjadi penghalang untuk menuntuk ilmu. Itulah yang ditunjukan oleh dua siswa asal Desa Sumurgeneng Jenu ini. Mereka adalah Lucky Aditya Putra (kelas 4) dan Meli Mustika Sari (kelas 1). Keduanya adalah anak yatim dan hidup dalam kondisi yang serba terbatas.
Lucky dan Meli tercatat sebagai siswa di MI Al-Falahiyah. Untuk memberikan tambahan dorongan semangat kepada mereka, pada edisi ini NUsa Peduli menyalurkan dana kepada mereka berdua. Bantuan disalurkan pada Kamis (25/09) lalu. Bantuan diberikan dalam bentuk uang tunai, sebesar Rp. 30 ribu.
Ahmad Sulaiman, ketua yayasan di lembaga tersebut menjelaskan, Lucky Aditya Putra berasal dari keluarga yang benar-benar tidak mampu, dan dia bahkan sejak masih duduk di bangku RA sudah ditinggal oleh bapaknya. Adit sapaanya akrabnya, kini tinggal berdua dengan ibunya.
Sama seperti Aditya, Meli Mustika Sari berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ketika mau beranjak naik kelas RA A, Meli sudah ditinggal oleh bapaknya. Kini Meli tinggal bersama ibu dan neneknya.

Tetapi keterbatasan tidaklah menjadi penghalang untuk mereka berprestasi, “Mereka berdua termasuk anak-anak yang disiplin dan cerdas. Keduanya selalu mendapat peringkat di kelasnya masing-masing, ungkap salah satu ustadzah yang selalu memperhatikan belajarnya. (amin)