Rabu, 29 Oktober 2014

Mengintip ‘’Lezatnya’’ Bisnis Kepala Manyung di Tuban

 
Cukup Rp 25 Ribu, Lidah Bisa Bergoyang
 
Selain dikenal dengan sebutan Bumi Wali, Tuban juga dikenal makanan khas kulinernya. Salah satunya kepala manyung atau masyarakat menyebutnya “ndas manyung”. Warung penjual makanan khas pesisir tersebut hampir setiap hari tidak pernah sepi pengunjung.
 
Menjual menu “Ndas Manyung” atau kepala ikan manyung yang diolah garang asem atau mangut sangat laris dan diburu pembeli. Para pembelinya tidak hanya asal Tuban saja, para pelancong yang kebetulan singgah di Bumi Wali banyak pula yang memburu. Selain harganya yang terjangkau, cita rasanya yang khas dan menyegarkan juga menjadi alasan konsumen untuk membeli dan mencicipinya.
Tidak hanya itu. Ukuran yang porsinya jumbo dan bumbunya yang khas membuat para konsumen datang kembali untuk membeli dan menikmatinya. Maka dari itu, tidak heran jika penjual makanan khas kuliner Tuban itu sebagai lahan kerja dan bisnis yang sangat menjanjikan.
Di Tuban yang menjual menu tersebut dan cukup terkenal di antaranya warung yang berada di Kelurahan Mondokan, Kecamatan Kota atau arah ke terminal wisata Tuban dan satunya lagi berada di Desa Bulu Jowo, Kecamatan Bancar, Tuban persisnya di depan polsek Bulu-Bancar.Setiap hari menu mangut dan asem-asem kepala manyung selalu menjadi pilihan para pembeli, baik yang sudah menjadi konsumen langganan, maupun hanya sekedar lewat untuk mencicipi makanan khas daerah.
Salah satu orang yang sudah menikmati ‘’lezatnya’’ berbisnis ndas manyun adalah Joko Santoso (55), pemilik warung di Kelurahan Mondokan, Tuban. Di warungnya yang sederahana itu, dia telah menyediakan berbagai menu kepala manyung. Mulai dari mangut, asem-asem dan garang asem. Dalam penyajiannya satu porsi menu, terdapat setengah kepala ikan.
“Satu porsi, kepala ikan itu dijadikan dua. Jadi satu piring itu terdapat setengah kepala,” kata Joko.
Menurutnya, kepala ikan manyung yang menjadi bahan utama merupakan jenis ikan laut besar yang lebih dikenal dengan nama ikan duri. Membelinya ikan tersebut tidak secara utuh. Namun, dia mendapatkan pasokan dari nelayan yang menjadi langgananya sudah dalam bentuk potongan kepala.
“Untuk ikannya dikirimi dari Brondong (Lamongan) sudah dalam bentuk kepalanya saja,” ucapnya sambil melayani konsumen yang membeli.
Pelangganya sendiri, kata Joko, berasal dari banyak daerah seperti Bojonegoro, Lamongan bahkan Rembang yang kebetulan singgah di Kabupaten Tuban. Satu porsi asem-asem, mangut dan garang asem manyung dihargai Rp 25 ribu. Harga itu belum ditambah nasi Rp 3 ribu dan Rp 2 ribu hingga Rp 4 ribu untuk minumannya.
Dalam sehari, warung milik Joko mampu melayani sedikitnya 100 orang pembeli atau menghabiskan sekitar 4 kwintal kepala ikan manyung yang ditaksir menghabiskan 50 kepala manyung perhari. Sedangkan, pada saat akhir pekan Sabtu dan Minggu, menyiapkan sedikitnya 6 kwintal atau sebanyak 70 kepala ikan manyung untuk persedian 160 pembeli. Dengan banyaknya pembeli itu, Joko dalam seharinya omset warungnya mencapi Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta lebih.
Tidak hanya Joko, pemilik depot di depan Polsek Bulu-Bancar, Ahmad Mujahidin (28) yang melayani aneka menu kepala manyung juga tak kalah ramai pembelinya. Strategi menjualnya pun cukup unik. Jika ada pembeli tidak langsung dilayani, namun disuruh menunggu selama 10 hingga 15 menit karena menunggu kepala manyung tersebut dimasak dulu. Meskipun menunggu dipastikan tidak akan jenuh, karena di situ sudah disiapkan aneka camilan khas yaitu krupuk cumi.
“Ada yang membeli, baru dimasakkan. Itu yang kami tawarkan kepada pembeli. Karena kalau menunya masih panas santapannya pun dijamin tambah lezat,” kata Adin sapaan akrabnya saat ditemui di depotnya.
Menurutnya, cara itu dilakukan karena banyak pembeli yang mintanya variatif mulai dari yang super pedas, pedas biasa maupun agak pedas. Sehingga dari situlah pembeli bisa mencicipi menu sesuai dengan kesukaannya. “Semua tinggal permintaan pembeli, mulai menu yang seperti apa, pedes atau yang biasa, semuanya dilayani,” ujarnya.
Harganya pun tidak terlalu mahal. Untuk menggoyangkan lidah, para pembeli cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 25 ribu satu porsi. Dalam seporsi pembeli akan mendapatkan satu baskom yang berisikan kepala manyung, es teh dan sepiring nasi. Di depot tersebut selain memesan kepala, pembeli bisa memesan badan manyung. Karena pemilik depot tersebut saat membeli ikan manyung tidak hanya kepala saja, tetapi beserta badannya.
“Selain menyediakan kepala, di sini juga melayani aneka menu yang berasal dari badan manyung. Dipastikan juga tidak kalah enak. Tidak hanya itu, khusus menu mangut, di sini kepala manyung diasapin dulu baru setelah itu dimasak mangut,” tandasnya.
Selain menyediakan berbagai menu kepala manyung, di depot yang sederhana itu juga menyediakan menu makanan lain. Seperti bebek goreng, bebek bakar, ayam bakar, ayam goreng, lele goreng kremes,togek bakar dan yang baru ini telah menyediakan lele bakar.
Ingin tahu rasanya, silakan datang dan kunjungi serta cicipi masakan kuliner yang ada di Tuban.
Bagi yang ingin membuat usaha ini silakan belajar dulu. Pantang menyerah, ulet dan tekun. Juga, harus siap-siap tahan amis, sebab ikannya tidak sama dengan ikan lainnya. “Ya kudu telaten, dan siap-siap tahan amis,” tambah Adin
Sementara itu, Ahmad Arif (26) warga desa setempat mengaku kerap mencicipi menu khas mangut milik depot yang dinamai Kalijodo itu. Selain rasanya yang menggoyang lidah, harganya pun terjangkau. Tidak hanya itu, masakan yang gurih dan super pedas menjadikan ciri khas tersendiri.
 
“Tapi di sini masakannya beda, soalnya sebelum dimasak manggut, ikannya itu bukan dipanggang, tapi diasapin. Makannya rasanya beda dengan penjual kepala manyung lainnya,” ungkap pegawai di salah satu perusahaan yang ada di Kecamatan Sale, Rembang ini yang saat itu sedang menyantap makan malam. (wandi)

0 komentar:

Posting Komentar