RAPAT REDAKSI NUsa

Akhmad Zaini (Pimred Tabloid NUsa) memimpin rapat redaksi di halaman kampus STITMA Tuban.

DIKLAT JURNALISTIK

Peserta diklat jurnalistik dan crew Tabloid NUsa berpose bersama usai kegiatan diklat.

SILLATURRAHMI

Ketua LP. Ma'arif NU Kab. Tuban dan Pimred Tabloid NUsa berkunjung ke Rumah Gus Rozin (Putra KH. Sahal Mahfudz).

NUsa PEDULI SPESIAL

Mustain Syukur (Ketua PCNU Kab.Tuban) dan Fathul Huda (Penasehat LP. Ma'arif NU Tuban) berpose bersama siswa yang mendapatkan santunan NUsa Peduli.

STUDY BANDING LP. MA'ARIF NU KAB. TUBAN

Akhmad Zaini, ketua LP. Ma'arif NU Kabupatn Tuban saat menerima cinderamata dari LP. Ma'arif Kab. Pasuruan.

RAPAT BERSAMA

Pengurus PCNU, Pengurus LP. Ma'arif NU, PC.Muslimat Tuban, PC.Fatayat NU Tuban saat rapat bersama membahas pendidikan di Kabupaten Tuban.

GROUP SHOLAWAT SMK YPM 12 TUBAN

Group Sholawat Al-Banjari SMK YPM 12 Tuban melantunkan tembang sholawat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

TURBA MAARIF NU TUBAN KE RENGEL

Group Sholawat Al-Banjari SMK YPM 12 Tuban melantunkan tembang sholawat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

NUsa PEDULI EDISI 23

Tiga siswa berada di naungan LP. Ma’arif menerima santunan yang diberikan langsung oleh Dirjen Pendis (kanan) dan Kapala Kemenag Tuban.

PENGURUS PC. LP MA’ARIF NU

Beberapa Pengurus PC. LP Ma’arif NU Tuban siap bekerjasama demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Tuban.

AVANZA UNTUK OPERASIONAL MA’ARIF NU TUBAN

Zaini (Ketua PC. LP. Ma'arif) menerima hadiah mobil dari Bupati Tuban secara simbolis pada acara Rakor kepala sekolah dan pengurus yayaasan se-kabupaten Tuban.

PRESTASI FATAYAT

Fatayat NU Tuban Masuk 10 Besar Lomba Rias Provinsi.

JUARA MTK

Beberapa Crew Tabloid NUsa, mereka semua generasi dari NU berasal dari Tuban, Lamongan dan Bojonegoro.

TIM TABLOID NUsa

Beberapa Crew Tabloid NUsa, mereka semua generasi dari NU berasal dari Tuban, Lamongan dan Bojonegoro.

Kamis, 19 Juli 2012

Duet KH Djunaidi-Khusnan Pimpin NU Bancar

H. Husnan

BANCAR-Konferensi MWC NU Kecamatan Bancar masa bhakti 2012-2017 yang diadakan pada Kamis (19/07/2012) di gedung KGB (Bulu-Bancar) menempatkan KH. Djunaidi Abdillah sebagai Rais Syuriah dan H. Khusnan sebagai ketua tanfidziyah.
Setelah terjadi beberapa rapat pleno dan sekali sidang komisi, akhirnya tibalah pada acara pemilihan rais syuriah dan ketua tanfidziyah MWC NU Kecamatan Bancar. Proses pemilihan dua posisi ini dibedakan. Sehingga terjadi dua kali pemilihan posisi puncak kepemimpinan NU di tingkat kecamatan itu.
Setiap ranting memiliki 1 hak pilih rais syuriah dan 1 hak pilih ketua tanfidziyah. Dari 28 ranting yang memiliki hak pilih dalam pemilihan rais syuriah, 2 darinya tidak hadir. Dalam pemilihan Balon (Bakal Calon) KH. Junaidi harus bersaing dengan K. Abdul Wahid, SH. Setelah lolos dalam pemilihan bakal calon, KH. Junaidi yang telah menjadi rais syuriah pada masa bhakti 2005-2012 harus terganjal masalah rangkap jabatan karena saat ini dia masih aktif menjadi wakil ketua PC PKB (Partai Kebangkitan bangsa).
Namun, setelah menyatakan diri di depan para peserta konferensi yang memiliki hak pilih bahwa dia bersedia meninggalkan jabatan di partai politik apabila terpilih menjadi rais syuriah, akhirnya dia tetap melaju ke tahap pemilihan selanjutnya. Dia akhirnya terpilih menjadi Rois Syuriyah setelah mengungguli perolehan suara K. Abdul Wahid dengan perolehan suara 15-11.
Berbeda dengan peserta yang memiliki hak suara dalam pemilihan rais syuriah, peserta yang memiliki hak suara dalam pemilihan ketua tanfidziyah berjumlah lengkap, 28 perwakilan ranting. Terpilihnya H. Khusnan, yang pernah menjabat ketua tanfidziyah masa bhakti 2000-2005, juga sedikit berbeda dengan terpilihnya KH. Djunaidi. Dia berhasil mendapatkan kursi tanfidziyah dengan lebih mudah dan tanpa hambatan. Dari 4 balon yang ada (yakni: H. Khusnan, Sutrisno, SH., M. Syaifudin dan Bari Rifa), hanya H. Khusnan dan Sutrisno saja yang berhasil melaju ke tahap pemilihan ketua tanfidziyah.
H. Junaidi
Setelah kedua balon ketua tanfidziyah itu mendapat restu dari KH. Djunaidi, H. Khusnan akhirnya terpilih menjadi ketua tanfidziyah MWC NU Bancar masa bhakti 2012-2017 setelah mengungguli perolehan suara dari Sutrisno, dengan hasil suara 17-11.
Sesaat setelah terpilih sebagai pimpinan MWC Bancar, KH. Djunaidi mengatakan bahwa dalam periode berikutnya dia akan menekankan program pada 5 hal. Yaitu, ekonomi, pendidikan, menejemen organisasi, penguatan paham ahlus sunnah wal jama’ah dan menyatukan warga NU yang terpecah belah akibat Pilkada. “Penguatan paham ahlussunnah waljama’ah akan menjadi prioritas,” tandasnya.
H. Khusnan menambahkan bahwa bidang kesehatan juga akan menjadi program priyoritasnya ke depan. Kedua pimpinan terpilih bersepakat akan menjalin hubungan yang harmonis untuk menjalankan roda kepemimpinan mereka ke depan. “Semua harus dirangkul bersama,” ungkap H. Khusnan dengan mantap

Saat disinggung terkait 7 dari 9 program yang belum terealisasikan pada periode sebelumnya, seperti yang jadi sorotan peserta konferensi, KH. Djunaidi mengatakan bahwa faktor penyebanya adalah ketidakpatuhan ketua tanfidyah pada rais syuriah. “Kalau ketua tanfidziyahnya mau diajak bekerja sama ya, pasti akan terlaksana,” ungkapnya optimis. (wakhid)

Rabu, 11 Juli 2012

Oleh-Oleh Ketua Maarif Tuban Mahfud Sepulang dari Swiss

LAWATAN: Mahfud (dua dari kiri) bersama Wabup Noer Nahar Hussein ketika berada di Geneva, Swiss beberapa waktu yang lalu.
Pada 11 Juli yang lalu Ketua PC LP Ma’arif NU Tuban Drs. Mahfud, M.Pd.I berlibur ke Geneva-Swiss bersama keluarganya. Makhrus, Mansur dan Yasin adalah tiga saudaranya yang berangkat ke Geneva bersamanya. Selain ketiga saudaranya itu, Ismail Amir, seorang konsultan LSM, turut serta dalam perjalanan ke negara teraman di dunia itu.
Sepulang dari Geneva Kamis (19/07) malam di rumahnya, kepada NUsa Mahfud berbagi pengetahuan yang dia bawa dari sana. Dikatakan, setidaknya ada tiga hal yang dia pelajari selama perjalanannya menuju negara markas PBB itu. Yakni tentang pengembangan pertanian, peternakan dan pendidikan lingkungan.
Dia bercerita sekitar  pukul 6 malam dia bersama rombongan terbang dari Surabaya menuju Jakarta. Tepat pukul 7 malam dia sampai di Jakarta dan transit ke penerbangan menuju Abu Dhabi. Berangkat dari Jakarta pukul 7 malam, mereka sampai di Abu Dhabi pukul 00.00 malam, kemudian transit lagi ke penerbangan menuju Geneva-Swiss.
Dari Abu Dhabi jam 00.00 WIB dia tiba di Geneva tepat pukul 07.00 pagi waktu Geneva Swiss. Satu hal yang mengejutkan baginya adalah ternyata dia bersama rombongan tidak sengaja bertemu Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussein yang sedang dalam perjalanan dinas ke negara tujuan yang sama. Namun, ketika sampai di Geneva mereka harus berpisah karena berbeda tempat tujuan.
Dari Bandara Geneva Mahfud kemudian melakukan perjalanan wisata ke sebuah kota bernama Lausan. Di kota inilah dia melihat keindahan tanaman pertanian. Dia melihat keindahan pertanian gandum, apel dan bunga matahari. Seluruh pertanian itu dikelola dengan sangat modern.
“Semua tahap penggarapan memakai mesin. Tahap pembajakan, penanaman, pengobatan sampai pemanenan telah memakai mesin. Tenaga manusia hanya sedikit sekali terpakai. Jadi, meskipun hanya seorang, petani di sana mampu menggarap lahan pertanian berhektar-hektar dan hasilnya pun cukup bahkan lebih untuk biaya hidup di sana,” ungkap Mahfud.
“Kalau di Indonesia, petani identik dengan kemiskinan, tapi kalau di sana petani bisa dibanggakan. Bahkan pertanian menjadi tulang punggung di beberapa kota di Swiss,” tambahnya.
Apalagi saat dia ada di Lausan, sedang terjadi musim panas, di mana pada musim panas bunga matahari sedang bermekaran. “Bunganya itu kuning dan indah sekali seperti permadani yang digelar,” ungkap Mahfud.
Dia mengatakan, selain sebagai bahan kuwaci, bunga matahari itu juga sebagai bahan pembuatan minyak wangi. Pohon apel di sana tidak terlalu tinggi, tapi buahnya sangat lebat. “Banyak sekali buahnya,” katanya.
Dari Lausan dia menuju Bern. Bern adalah daerah pegunungan yang sangat indah. Namun, dia tidak mempunyai banyak cerita di Bern. Dari Bern dia menuju Leng.
Leng berada di daerah dataran rendah yang diapit oleh pegunungan yang sangat indah. Di Leng banyak berdiri pohon pinus. Ternyata pohon pinus itu menjadi sumber pendapatan keuangan. “Semua rumah di sana terbuat dari kayu pinus. Makanya, bisa memberi penghasilan,” ungkapnya.
Di Leng itu pula tempat pusat peternakan. Di sana banyak terdapat peternakan sapi dan ada beberapa peternakan kambing. Peternakan-peternakan itu sudah dikelola secara moderen. Setiap peternakan mempunyai sebidang tanah yang cukup luas sebagai tempat tumbuhnya rumput. Setiap 2 minggu sekali rumput itu akan dipotong dan dibiarkan mongering. Setelah kering akan digulung dengan mesin dan setelah tergulung rapi, akan dimasukkan dalam gudang penyimpanan. “Rumput-rumput yang telah disimpan dalam gudang itu sebagai makanan ternak pada musim salju,” jelas Mahfud.
Dalam setiap lokasi peternakan itu pula telah didirikan semacam pabrik yang mengelola hasil ternak. “Kalau akan diproduksi sebagai keju ya, setelah susu diperah langsung diproses dalam pabrik dan kalau telah jadi langsung dipasarkan. Jadi waktunya sangat efektif,” ungkap Mahfud.
Menurut Mahfud perbedaan Indonesia dengan Swiss dalam mengelola peternakan adalah kalau di Swiss menyimpan makanan pada musim panas sebagai bahan makanan di musim salju. Namun, kalau di Indonesia seharusnya menyimpan makanan di musim hujan sebagai bahan makanan di musim kemarau. “Sayang orang Indonesia tidak ada yang mengerti ini,” Mahfud menyayangkan.
Setelah menikmati keindahan kawasan Leng, Mahfud beserta rombongan bergegas kembali ke Indonesia.
Dari ketiga kota yang dikunjunginya, Mahfud selalu mengamati masyarakat dan lingkungan dimana mereka hidup. Di sana lingkungannya sangat bersih dan sangat minim tindak kekerasan. Orang-orangnya sangat ramah. Meskipun dihuni oleh berbagai macam bangsa, mereka bisa hidup berdampingan dan rukun.

Ketika ditanya kemungkinan terciptanya pengelolaan pertanian, peternakan dan lingkungan sebagaimana di Swiss, Mahfud menjawab bahwa itu mungkin terjadi. “Indonesia harus memiliki langkah-langkah yang maju dalam bidang pertanian, peternakan dan kelautan. Hal itu bisa tercapai apabila ada sinergi antara masyarakat dan pemerintah setempat. Kebijakan pemerintah harus mendukung. Namun, kesadaran untuk bangkit dari warga sendiri juga sangat penting,” ungkap Mahfud. (Wakhid)

Senin, 02 Juli 2012

TABLOID NUsa EDISI 02

TABLOID NUsa EDISI 02

Anda bisa membaca Tabloid NUsa EDISI 02 di Layar Komputer, Laptop, HP/I-Pad File PDF silahkan Anda klik ikon download berikut ini ...




TOKOH INSPIRATIF NUsa EDISI 02//NUR AFIFAH

IN MEMORIAL: Nur Afifah (Almarhumah) bersama putrinya.


Di tengah kebahagiaan yang dirasakan oleh ribuan anggota Fatayat dan Muslimat NU pada acara Harlah PC Muslimat NU Tuban, (Selasa, 05/06/2012) di GOR Tuban, ternyata menyisakan kesedihan yang mendalam bagi anggota PAC Fatayat Singgahan Tuban, khususnya, dan seluruh anggota PC Fatayat dan Muslimat Tuban, pada umumnya. Hal ini dikarenakan PAC Fatayat Singgahan harus ikhlas melepaskan salah satu kader terbaiknya yang meninggal dunia akibat kecelakaan sepulang mengikuti acara harlah akbar itu.
Dia adalah Nur Arofah. Warga desa Lajokidul-Singgahan-Tuban RT II/RW I. Dia adalah sekretaris PAC Fatayat Singgahan yang sangat gigih dan aktif untuk memperjuangkan organisasi.
Ketua PAC Fatayat Singgahan Istianah mengungkapkan bahwa dia adalah seorang organisastoris tulen. Mulai belia dia sudah aktif di IPPNU. Bahkan riwayat organisasinya di IPPNU sudah mencapai pengurus PC IPPNU Tuban. Setelah menikah, dia naik pada jenjang organisasi banom NU yang ada di atasnya, yakni Fatayat. Di Fatayat pun dia memulainya dari level yang paling bawah, ranting Lajokidul. Setelah berjuang di tingkat ranting, dia naik menjadi pengurus PAC Fatayat Singgahan.
“Dia di PAC Fatayat Singgahan itu 4 kali menjadi sekretaris. 2 kali sebelum saya menjabat ketua dan dua kali setelah saya menjabat ketua,” ungkap Istianah.
Lebih lanjut Istianah menceritakan Nur Arofah sosok organisastoris yang mumpuni. Dia seorang orator. Cara bicaranya enak dan diplomatis, sehingga disukai banyak anggota Fatayat. Dia juga sangat aktif. Dalam setiap kegiatan PAC Fatayat Singgahan, dia sangat jarang tidak datang.
“Dia tidak datang itu kalau pas kepepet dengan jam kerjanya di kantor agen pupuk milik H. Muawanah. Tapi, kalau program kita sangat penting, dia pasti lebh memilih datang untuk membahas program bersama di kantor Fatayat,” tandas Istianah.
Satu hal lagi yang dikagumi Istianah pada diri Nur Arofah adalah dia ibu rumah tangga yang mampu me-manage waktunya untuk keluarga, pekerjaan dan organisasi dengan baik.
Kegiatan terakhir pra-harlah PC Muslimat yang diikutinya adalah seminar tentang “KDRT” yang diadakan oleh PC Muslimat NU Tuban. Dia ditunjuk Istianah untuk mewakili kecamatan Singgahan.
Istianah mengatakan, dia dan seluruh pengurus PC Fatayat Singgahan merasa sangat kehilangan dengan meninggalnya Nur Arofah. “Ini saja program olah raga bersama yang biasa kita lakukan saya liburkan dulu karena situasinya lagi duka,” ungkap Istianah.

Sokong Perekonomian Ortu
Kegigihan Nur Afifah tidak saja dirasakan oleh teman sejawatnya di PC Fatayat Singgahan, tapi juga dirasakan seluruh keluarganya. Titik Sumartini, ibunya, menceritakan dia adalah sosok yang luar biasa di keluarga. Dia sangat perhatian pada orang tuanya. Sejak umur 10 tahun dia sudah tidak malu dengan teman-temannya untuk membantu belanja keperluan jualan es ke pasar.
Karena kepintaran dari Nur Afifah, setelah lulus aliyah, dia diminta mengajar di MI dan TPQ Lajokidul. Setelah beberapa tahun mengajar, dia diminta Hj. Muawanah untuk bekerja di kantor agen pupuk miliknya. “Sebagai wartawan, suaminya tidak secara rutin memberi Afifah uang belanja, sehingga dia menerima tawaran bu Hj. Muawanah untuk bekerja di kantornya dengan gaji Rp. 800.000,- per bulan,” terang Sumartini untuk menjelaskan Nur Afifah adalah penyokong ekonomi keluarga.
Sejak bekerja di kantor agen pupuk itulah sokongan keuangan Afifah untuk biaya hidup ibunya semakin nampak. “Dulu saya masih cari orang ambil air untuk keperluan mandi dan yang lainnya, tapi suatu hari saya kaget sudah terpasang pipa paralon yang terhubung dengan sanyo milik Afifah. Setelah saya Tanya orang rumah ‘siapa yang masang paralon?’. Kemudian dijawab ‘Siapa lagi kalau bukan anakmu’,” cerita ibu yang nampak masih sedih ditinggal Afifah itu.
Tidak cukup hanya membantu men-supply air saja, biaya listrik rumah orang tuanya pun dia yang membayar tiap bulannya. Tidak jarang dia juga memberi uang belanja pada ibunya. Bahkan biaya arisan ibunya pun Afifah yang sering membayari. “Malah kalau waktunya bulan puasa, dia yang membayari arisan saya sepenuhnya, karena tahu saya tidak buka warung selama bulan Romadlan. Dia juga yang membelikan baju hari raya pada saya,” jelas Sumartini.
Oleh karena itu, saat mendengar kabar Nur Afifah meninggal, dia sangat shock. “Siapa kini yang akan membantu saya untuk membayar biaya listrik, biaya hidup setiap hari dan yang lainnya kalau kondisi saya seperti ini?” kata ibu beranak lima itu dengan raut muka sedih.
Sama halnya dengan ibunya, Wiji Saimuri, bapaknya juga menceritakan kepandaian Afifah. Mulai SD sampai MTs, kepandaian Nur Afifah belum nampak sepenuhnya. Baru setelah dia masuk bangku aliyah, dia selalu mendapat peringkat di kelas dan beasiswa dari sekolah. “Kalau waktunya pelajaran Bahasa Arab, Afifah bukan diajari gurunya. Tapi gurunya yang malah diajari Afifah,” dia bercerita. Sayang Afifah muda tidak bisa berkuliah karena faktor keuangan keluarga.
Tidak hanya itu, dia juga bercerita tentang kebaikan hati Afifah. “Dia itu anak yang muda tapi pikirannya sudah sangat dewasa. Dia bisa menjadi pemberi jalan keluar bagi keluhan-keluhan orang yang masuk padanya. Dia juga bisa berdiri di tengah pada perselisihan yang sedang dihadapi orang,” jelasnya.
Pada penjelasan sebelumnya pun Sumartini mengatakan bahwa Afifah melarangnya mengeluh padanya saat ada suaminya, agar tidak memunculkan perasaan-perasaan yang tidak diinginkan pada diri suaminya. Afifah hanya akan mengatakan sesuatu seperlunya.
Nur Afifah meninggalkan 5 anak, 3 putra dan 2 putri, yang pandai-pandai. Anak pertamanya bernama Bagus Farid Alfian Isfa Anuraga. Dia masih duduk di bangku MA Lajokidul. Anaknya yang kedua bernama Yafi Alfian Isfa Anuraga. Dia tahun ini lulus MTs Lajokidul dan ingin masuk ke SMK N 1 Tuban. Hasil ujiannya di MTs Lajokidul tahun ini memasukkannya pada rangking III. Anak ketiganya bernama Ika Trina Maulidia Riska Fahmia. Tahun ini dia naik kelas VI di MI Lajokidul. Dia berhasil mendapatkan rangking II pada ujian kenaikan kelas kemarin. Anaknya yang keempat bernama Irdina Fitra Nailya Rusyda. Dia kini naik kelas III MI Lajokidul. Hasil ujiannya pun membanggakan. Dia mampu meraih rangking I dalam ujian kenaikan kelas kemarin. Dan anaknya yang terakhir bernama M. Nabil Fahri Pamungkas. Dia baru bisa berjalan.
Bagus Farid Alfian Isfa Anuraga mengatakan bahwa ibunya adalah sosok yang tidak tergantikan. “Ibu itu sempurna buat saya,” ungkapnya.

Semua keluarga merasa sangat kehilangan. “Kita semua merasa sangat kehilangan,” ungkap Yafi Alfian, anak Afifah yang kedua. (wakhid)

Minggu, 01 Juli 2012

DARI KAMI TABLOID NUsa EDISI 02//Apresiasi untuk Tiga Tim NUsa

Ketua LP. MA’arif NU Tuban Drs. Mahfud, M.Pd.I (dua dari kiri), memimpin doa pada acara buka bersama dengan anak yatim di rumah Pem-impin Redaksi NUsa Akhmad Zaini, Karang Pucang Tuban.

Alhamdulillah, edisi kedua Tabloid NUsa bisa terbit tepat waktu sesuai dengan  target untuk terbit setiap awal bulan. Selain itu, rasa syukur juga harus kami panjatkan karena untuk edisi ini proses penerbitan bisa berjalan lebih lancar. Jauh dibanding edisi perdana yang masih harus melalui sejumlah likukan dan tanjakan terjal. Kami berharap, fenomena ini merupakan pertanda baik. Semoga itu sebagai isyarat bahwa ke depan NUsa akan bisa eksis, terbit rutin tiap bulan dan bisa memberikan pengabdian terbaiknya kepada warga NU di Tuban.
Terkait dengan lancarnya penerbitan edisi kedua, kami perlu memberikan apresiasi yang tinggi terhadap tim redaksi yang telah bekerja keras dan tanpa pamrih. Pasca penerbitan edisi perdana, mereka terlihat lebih bersemangat. Terkhusus, kepada tiga tim NUsa (Syihabuddin, Wakhid Khomari dan Kang Aidi) yang telah mengambil peran begitu besar terhadap penerbitan NUsa edisi kedua ini. Keberadaan mereka di jajaran tim redaksi benar-benar memberikan arti yang sangat besar.
Sungguh patut kami syukuri, kendati kehadiran NUsa pada edisi pertama masih penuh kekurangan, namun sambutan warga NU begitu tinggi. Kami menangkap kesan bahwa keinginan warga NU memiliki sebuah media cetak merupakan keinginan yang sudah lama terpendam. Sehingga begitu kami hadir, mereka merasa keinginan terpendam itu kini tersalurkan. Sejumlah harapan dan saran mereka berikan kepada kami.  Dan semoga, semua harapan dan saran tersebut ke depan bisa kami penuhi.
Pada edisi ini, selain tetap mempertahankan sejumlah rubrik seperti halnya edisi pertama, ada sedikit penambahan, yakni rubrik budaya dan puisi. Kami berharap, dua rubrik itu bisa menambah khazanah keindahan di NUsa. Sedang laporan PERGAMA yang kami muat, merupakan wujud keikutsertaan kami dalam mensukseskan pelaksanaan PERGAMA VII Jatim yang mengambil Tuban sebagai tempat pelaksanaan.
Untuk rubrik wacana (artikel), dengan berat hati masih kami isi dengan tulisan tim redaksi sendiri. Ini dikarenakan naskah kiriman dari luar belum ada. Semoga ke depan kalangan intelektual NU di Tuban ada yang mau mengirimkan artikelnya ke NUsa. Sehingga kondisi yang tidak kami inginkan tersebut bisa kami hindari.
Akhirnya, semoga edisi kedua ini bisa semakin bisa diterima, enak dibaca dan perlu!
Wassalam

Tim Redaksi       

Launching Tabloid NUsa LP Ma’arif Tuban






TUBAN KOTA- Edisi perdana Tabloid NUsa milik LP. Ma’arif Tuban resmi di-launching pada 11 Juni lalu. Demi menghemat waktu dan biaya, launching dilaksanakan bersamaan dengan  Pelatihan Pembelajaran Tematik yang bekerja sama dengan JP Book (Jawa Pos Group). Hadir dalam kesempatan itu Ketua LP Ma’arif Tuban Drs Mahfud M.Pd dan Pemimpin Redaksi Tabloid NUsa Akhmad Zaini.
‘’Kami tidak ingin lauching besar-besar, namun ke depan keberadaan tabloid ini tidak jelas. Jangan seperti orang nikah, resepsinya digelar besar-besaran, namun dua bulan kemudian keluarganya bubrah. Malu! Lebih baik sederhana, namun keluarganya rukun, langgeng dan sakinah,’’ kata Zaini dalam sambutannya.
Acara launching dilaksanakan di komplek Ma’arif Jl. Manunggal Tuban. Hadir sejumlah guru dan kepala sekolah yang menjadi peserta pelatihan dan ke depan diharapkan menjadi pembaca dan pelanggan Tabloid NUsa
Terkait dengan terbitnya NUsa, Mahfud mengatakan bahwa hal itu merupakan hasil komunikasinya dengan Akhmad Zaini yang merupakan mantan wartawan senior di Jawa Pos. “Pak Zaini ini bekerja di Jawa Pos selama kurang lebih 15 tahun. Setelah pensiun, dia akhirnya buka toko busana dan menjadi dosen di STITMA. Daripada ilmu jurnalistiknya tidak terpakai lagi, akhirnya saya ungkapkan keinginan agar dia mau menerbitkan tabloid bersama anak-anak muda NU di Tuban. Dan alhamdulillah orangnya setuju, ” kata Mahfud sembari melirik Zaini yang duduk di sampingnya.
Mengenai tujuan diterbitkannya NUsa, Mahfud menjelaskan bahwa hal itu sebagai sarana agar tulisan-tulisan ilmiah para guru yang ikut sertifikasi bisa dimuat dalam media masa. “Guru-guru yang ikut sertifikasi kan butuh tulisannya dimuat di media masa. Semoga nanti NUsa bisa menjadi sarana publikasinya,” terangnya. “Apalagi tabloid NUsa telah legal karena sudah memiliki ISSN.”
Selain itu, tabloid NUsa juga bisa dipakai sebagai media pembelajaran dan komunikasi antarwarga nahdliyin, khususnya yang berada di lingkungan Ma’arif. “Agar murid-murid, dewan guru dan yang lain bisa mengakses informasi terkait perkembangan LP Ma’arif, ujian-ujian madrasah, serta bisa dipakai sebagai media penuangan karya tulis anak maupun guru,” terang Mahfud.
Sementara, Zaini dalam sambutannya mengatakan bahwa tujuan diterbitkannya tabloid NUsa agar warga NU bisa lebih terpublikasikan dalam media masa. “Warga nahdliyin kan mayoritas di negeri ini, tapi mengapa berita terkait warga NU sangat minim diekspose di media masa? Itu tidak lain karena warga NU tidak memiliki media yang besar. Dulu ada Duta Masyarakat yang hebat. Sekarang media sebasar itu tidak ada di lingkungan NU.’’
Padahal, lanjur pria asal Kendal, Jawa Tengah ini, sekarang ini banyak sekali warga NU yang telah menjadi penulis handal di berbagai bidang. Karya mereka sudah sering dimuat dalam media masa nasional. Mereka seperti Ulil Abshor Abdallah, Mahfud MD, Masdar F. Mas’udi dan yang lain. ‘’Selama saya memegang halaman opini Jawa Pos selama 3 tahun, penulis-penulis NU banyak yang bermunculan. Ini bukan karena saya memprioritaskan mereka. Melainkan karena jumlah penulis dari NU memang banyak dan kualitasnya bagus.’’
Oleh karena itu, Zaini ingin membentuk penulis-penulis baru yang handal dari kalangan warga NU Tuban melalui tabloid NUsa itu. “Di NU sudah banyak sekali penulis handal yang karyanya sering diterbitkan di media nasional sejak jamannya Gus Dur. Oleh karena itu, semoga ke depan Nusa bisa menjadi sarana bagi mereka yang suka menulis agar kedepan semakin banyak tercipta penulis-penulis dari NU,” jelasnya. (wachid)