RAPAT REDAKSI NUsa

Akhmad Zaini (Pimred Tabloid NUsa) memimpin rapat redaksi di halaman kampus STITMA Tuban.

DIKLAT JURNALISTIK

Peserta diklat jurnalistik dan crew Tabloid NUsa berpose bersama usai kegiatan diklat.

SILLATURRAHMI

Ketua LP. Ma'arif NU Kab. Tuban dan Pimred Tabloid NUsa berkunjung ke Rumah Gus Rozin (Putra KH. Sahal Mahfudz).

NUsa PEDULI SPESIAL

Mustain Syukur (Ketua PCNU Kab.Tuban) dan Fathul Huda (Penasehat LP. Ma'arif NU Tuban) berpose bersama siswa yang mendapatkan santunan NUsa Peduli.

STUDY BANDING LP. MA'ARIF NU KAB. TUBAN

Akhmad Zaini, ketua LP. Ma'arif NU Kabupatn Tuban saat menerima cinderamata dari LP. Ma'arif Kab. Pasuruan.

RAPAT BERSAMA

Pengurus PCNU, Pengurus LP. Ma'arif NU, PC.Muslimat Tuban, PC.Fatayat NU Tuban saat rapat bersama membahas pendidikan di Kabupaten Tuban.

GROUP SHOLAWAT SMK YPM 12 TUBAN

Group Sholawat Al-Banjari SMK YPM 12 Tuban melantunkan tembang sholawat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

TURBA MAARIF NU TUBAN KE RENGEL

Group Sholawat Al-Banjari SMK YPM 12 Tuban melantunkan tembang sholawat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

NUsa PEDULI EDISI 23

Tiga siswa berada di naungan LP. Ma’arif menerima santunan yang diberikan langsung oleh Dirjen Pendis (kanan) dan Kapala Kemenag Tuban.

PENGURUS PC. LP MA’ARIF NU

Beberapa Pengurus PC. LP Ma’arif NU Tuban siap bekerjasama demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Tuban.

AVANZA UNTUK OPERASIONAL MA’ARIF NU TUBAN

Zaini (Ketua PC. LP. Ma'arif) menerima hadiah mobil dari Bupati Tuban secara simbolis pada acara Rakor kepala sekolah dan pengurus yayaasan se-kabupaten Tuban.

PRESTASI FATAYAT

Fatayat NU Tuban Masuk 10 Besar Lomba Rias Provinsi.

JUARA MTK

Beberapa Crew Tabloid NUsa, mereka semua generasi dari NU berasal dari Tuban, Lamongan dan Bojonegoro.

TIM TABLOID NUsa

Beberapa Crew Tabloid NUsa, mereka semua generasi dari NU berasal dari Tuban, Lamongan dan Bojonegoro.

Minggu, 10 Maret 2013

TABLOID NUsa EDISI 10

Anda bisa membaca Tabloid NUsa EDISI 10 di Layar Komputer, Laptop, HP/I-Pad Anda dengan mudah.
Syaratnya antara lain:
1. Anda harus punya akun 4shared (www.4shared.com) 
2. Silahkan anda login atau masuk jika sudah punya akun 4shared, namun jika belum punya silahkan anda buat akun.
Catatan: Apabila ada kesulitan untuk download file kami, anda bisa menghubungi admin: kangaidi HP (0856-3301-799/0857-0628-2861) Fb: kangaidi

Contoh Halaman Tabloid NUsa EDISI 10




Untuk download Tabloid NUsa Format PDF,  silahkan Anda klik ikon download di bawah ini ...


Jumat, 01 Maret 2013

DARI KAMI TABLOID NUsa EDISI 10//Mengawali Regenerasi

SERAGAM BARU: Sebagian Crew NUsa berpose baju baru.
Ini adalah sebuah kebetulan. Menjelang NUsa edisi 10 terbit, di saat proses penataan halaman (lay out) harus dimulai, Pemimpin Redaksi NUsa Akhmad Zaini, sedang dalam kondisi yang sangat sibuk. Sibuk pikiran dan tenaga. Sebab, selain ada pekerjaan menumpuk terkait dengan pengembangan usahanya, juga ada tugas dadakan  yang harus dia selesaikan.
Tentu kondisi ini kurang baik bagi NUsa. Tabloid milik L.P Ma’arif Tuban ini, bisa terbit terlambat. Tidak mau hal itu terjadi, pemimpin redaksi meminta tim NUsa yang muda-muda mengambil alih tugas. Mereka diminta melakukan proses editing naskah dan lay out. Alhamdulillah semua berjalan dengan baik. 
Peristiwa di atas, secara langsung telah mengantarkan proses regerasi terjadi di NUsa. Secara sekilas, itu kebetulan. Namun sebenarnya tidak. Sejak edisi ke-6 proses regenerasi telah dilakukan. Beberapa pekerjaan keredaksian –rapat redaksi, penugasan, editing naskah—yang semula ditangani langsung pemimpin redaksi, pelan-pelan telah dilimpahkan kepada dua redaktur NUsa, Syihabuddin dan Wahid Khomari. Kepada mereka telah diamatkan agar secara perlahan mengambil alih sebagian tugas keredaksian.
Beda orang beda pemikiran. Karena itu, bisa jadi pada edisi 10 ini, pembaca akan menemukan sejumlah perbedaan. Yang kita harapkan, semoga perbedaan itu tidak terkait dengan kualitas. Bahkan, harapannya kualitasnya semakin baik.
Regenerasi memang harus terjadi pada setiap organisasi. Itu sunatullah! Generasi pertama meletakkan dasar-dasar organisasi, generasi berikutnya mengembangkan dan mencari terobosan-terobosan inovatif.

Selain, proses regenerasi, pada edisi 10 ini, NUsa juga memiliki kabar menggembirakan. Seragam tim NUsa yang sudah digadang-gadang jauh hari telah selesai. Dengan seragam baru itu, diharapkan kepercayaan diri dan semangat tim NUsa bisa terbangun. Semoga!

Kartanu Senori, Optimalkan Madrasah



Proses Pemotretan Kartanu


BERITA NUsa EDISI 10//01 Maret 2013 Tulisan:Syihab

SENORI- Salah satu kecamatan di kabupaten Tuban yang terkenal sebagai kota santri adalah Senori. Potensi itu pun berhasil dimanfaatkan maksimal oleh MWC NU Senori untuk menggaet kader-kader NU masa depan agar bisa ikut ber-Kartanu. Meskipun pemotretan Kar-tanu Senori hanya berlangsung selama empat hari di pertengahan Februari lalu, MWC NU Senori berhasil mengkoordinasikan delapan lembaga pendidikan NU di sana.
Secara keseluruhan warga Nahdliyin Senori yang ikut Kartanu dan bangga mengakui dirinya sebagai orang NU mencapai 7.001 orang dari 17 Ranting NU. Jumlah ini menjadi prestasi yang bagus karena sudah melampaui target yang diinginkan oleh MWC NU. “Kami memperkirakan hanya 6.000 orang, tapi saya tidak menyangka kalau bisa melampaui seribu orang,” kata Kiai Mujami’, ketua tanfidziyah MWC NU Senori.Dari jumlah itu, semua siswa yang ada di delapan lembaga Ma’arif NU yang berada di sana sudah termas-uk di dalamnya. Hal ini memunculkan tanggapan dari 
PCNU bahwa hal itu merupakan jalan awal yang baik bagi IPNU dan IPPNU untuk meneruskan jalan melaku-kan kaderisasi. “Jika semua pelajar sudah mempunyai 
kartanu maka tinggal IPNU-IPPNU masuk dan melaku-kan kaderisasi intensif di dalamnya, sehingga kerjanya terlihat nyata,” kata Muhimmuddin, pembina PC. IPNU 
Tuban. (xhb)

Ikat Ukhuwah dengan Pengajian


MERIAH: Tim Paduan Suara Fatayat Parengan melantunkan mars.

BERITA NUsa EDISI 10//01 Maret 2013 Tulisan:Suwandi

PARENGAN- Muslimat-Fatayat Parengan telah berhasil menggelar acara rutin bulanan 16-an pada 24 Februari lalu di dusun Seluman-Karangbatu-Parengan. Acara ini dihadiri oleh Kapolsek, Muspika, MWC NU Parengan beserta banomnya dan masyarakat umum sekitar 3 ribu orang.Siti Maimunah, salah satu panitia, menuturkan kegiatan yang berisi acara tahlilan, istighosah dan pengajian tersebut bertujuan untuk mempererat ukhu-wah islamiyah khususnya pada muslimat, fatayat dan masyarakat umum. “Harapan saya dengan adanya kegiatan ini semoga masyarakat Parengan khususnya warga muslimat-fa-tayat bisa menjadi satu, rukun dan damai. Dan tetap 
bisa eksis dalam berkegiatan bareng,” ungkap Zakari-yah pengurus MWC NU arengan. (wandi)

Tenggerkulon Hauli Syeh Abdul Qodir Al-Jaelani

SANTAI: Habib Musthofa Ahmad saat memberikan ceramah.

BERITA NUsa EDISI 10//01 Maret 2013 Tulisan:Suwandi

BANCAR- Masyarakat Tenggerkulon telah ber-hasil mengadakan pengajian akbar dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Syeh Abdul Qodir Al-Jaelani pada Kamis (21/02) yang lalu di Lapangan Tengger Kulon-Ban-car.Acara yang telah rutin dilaksanakan sejak 2002 itu dihadiri oleh Muspika Kecamatan Bancar, Ka-polsek, Kepala KUA, ketua MWC NU Bancar serta banom-banomnya dan masyarakat umum yang men-capai 5 ribu orang.Hadir sebagai penceramah dalam pengajian itu Al Habib Mustofa Bin Ahmad Alydrus dari Bangilan Tuban dan KH. Mohammad Zaenuri Ahmad dari Kudus Jawa Tengah. “Alhamdulillah kegiatan ini tidak hanya menda-pat dukungan dari pemerintahan desa Tenggerkulon,tapi juga camat Bancar sangat antusias sekali dengan adanya kegiatan ini,” kata Madi. (wandi)

Manakar Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Tuban

Fasilitas Meningkat, Palayanan Masih Kurang


Fasilitas kesehatan di Kabupaten Tuban pada 5 tahun terakhir mengalami perkembangan baik. Sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta menyebar di berbagai pelosok di wilayah Kabupaten Tuban. Namun sayang, hal itu belum dibarengi dengan kualitas pelayanan yang baik.

Kendati fasilitas kesehatan di Tuban bermunculan, tapi banyak masyarakat Tuban yang lebih memilih berobat ke rumah sakit di luar Kabupaten Tuban. Ini terjadi karena selama ini sering terjadi persoalan di ruang lingkup kesehatan. Mulai dari tingkat pelayanan tenaga medis, para medis, salah memberikan obat pada pasien dan salah diagnosa.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun di lapangan, setidaknya rumah sakit di luar Kabupaten Tuban yang sering dikunjungi dan dijadikan tempat berobat oleh masyarakat Tuban adalah Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, Rumah Sakit di Lamongan dan Bojonegoro. Ada juga yang ke Rembang. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, dr. Syaiful Hadi, saat dikonfirmasi menuturkan, pihaknya membenarkan bahwa fasilitas kesehatan yang berada di kabupaten masih minim bila dibanding dengan miliknya kabupaten tetangga. Akan tetapi perlu diketahui dalam kurun waktu 5 tahun terkhir ini Kabupaten Tuban telah mengalami peningkatan secara drastis dalam bidang kesehatan.
Dari data yang berhasil dihimpun Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, setidaknya pemerintah saat ini telah menghimbau kepada instansi terkait agar selalu memegang prinsip 5 pilar yang harus dilakukan oleh dinas kesehatan. Di antaranya, mencegah dan mengurangi angka kematian pada ibu hamil atau bersalin. Kedua, mencegah kematian pada bayi. Ketiga, menangani  serius pada gizi buruk. Keempat, penanganan penyakit menular seperti HIV, AIDS dan malaria. Kelima, kesehatan yang harus dilakukan adalah kesehatan lingkungan atau perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) termasuk di antaranya persediaan air bersih dan tidak berak di sembarang tempat.
“Dari 5 pilar itu, yang menjadi PR oleh kami adalah point  yang keempat dan kelima.  Sebab mulai tahun 2005 hingga 2013 yang lalu, penyakit HIV atau AIDS di Kabupaten Tuban dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Sedangkan untuk kesadaran PHBS-nya untuk masyarakat Tuban masih minim. Pada PR itulah ke depan akan terus digarap oleh pemerintah Kabupaten Tuban,” kata pria lulusan UNAIR Surabaya ini.
Dijelaskan Syaiful, dari 5 pilar tersebut yang berhasil diaplikasikan dan direalisasikan adalah mengurangi angka kematian ibu hamil atau bersalin, mengurangi kematian bayi dan menangani gizi buruk. Dari ketiga poin tersebut, menurutnya di Kabupaten Tuban sudah teratasi dengan baik. Karena dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan hingga rata-rata 2,2 persen dari tiap tahunnya. Semua 5 pilar program itu tidak terlepas dari program nasional yaitu dengan sehat dan mandiri menuju Indonesia sehat. Dari program itulah, pihaknya selalu berupaya meningkatkan kesehatan di Kabupaten Tuban.
“Meskipun begitu, masih banyak lagi yang harus dikerjakan oleh pihak kami dalam meningkatkan fasilitas kesehatan yang dimiliki rumah sakit di Tuban. Apalagi saat ini era programnya Jaminan Kesehatan NAsional (JKN). Maka di era tersebut kami akan terus berupaya mengimbanginya demi tersuksesnya program JKN itu. Dan dalam mensukseskan program tersebut kami juga selalu berkerjasama dengan pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS),” imbuh Syaiful.

Kehadiran BPJS
Hadirnya BPJS ternyata belum dimengerti masyarakat dengan baik. Apalagi pada masyarakat yang berada di daerah pedalaman. Hal itu terjadi karena diindikasi kurangnya sosialisasi dari pihak terkait dalam membuat program jaminan kesehatan (JKN) yang ditangani oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Di lapangan masih banyak warga pemegang jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) maupun Jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) yang berobat langsung ke RSUD dr Koesma tanpa membawa rujukan dari Puskesmas. Padahal, seharusnya sebelum  berobat ke RSUD,  calon pasien seharusnya meminta rujukan lebih dulu ke Puskesmas setempat.
Dari pantauan di rumah Sakit Dr. Koesma Tuban, hingga pada bulan Pebruari masih terdapat masyarakat yang antre di loket Askes maupun Jamkesmas di rumah sakit milik pemerintah itu. Sehingga, petugas RSUD harus bekerja ekstra mengarahkan para pasien tersebut. Bahkan, ada juga pasien yang harus kembali ke Puskesma guna mendapat rujukan dari pusekesmas setempat.
Direktur RSUD Dr. Koesma Tuban, Zainul Arifin saat dikonfirmasi menyampaikan, banyaknya masyarakat yang belum tahu BPJS, karena BPJS kurang melakukan sosialisasi kepada masyarakat, baik secara langsung maupun melalui Puskesmas masing-masing. Hingga pada akhirnya banyak masyarakat yang mau berobat di rumah sakit kebingungan. “Memang masih banyak masyarakat yang belum paham dengan perubahan PT Askes menjadi BPJS ini. Sosialisasinya kurang,” katanya.
Zainul menjelaskan, setelah diterapkannya BPJS ini pasien harus membawa surat rujukan dari puskesmas sebelum periksa ke RSUD. Dengan diterapkannya BPJS tidak semua penyakit harus ditangani RSUD. ‘’Sehingga, dengan adanya BPJS tersebut, penyakit yang ringan cukup ditangani Puskesmas, namun apabila setelah Puskesmas tidak sanggup baru dirujuk ke RSUD,” tambahnya.
Namun di sisi lain, PLH kantor operasional BPJS Kabupaten Tuban, Dwi Riani membantah kalau pihaknya tidak berososialisasi. Sebab pihaknya mengaku dan mengklaim sudah sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Bahkan, sosialisasi sudah dilakuakan sejak wacana perubahan nama Askes menjadi BPJS setahun lalu.  
“Kami sudah lakukan sosialisasi semaksimal mungkin, tapi apabila ada yang masih belum tahu satu dua orang itu hal yang wajar. Kami akan terus melakukan sosialisasi hingga masyarakat mengerti dan tahu apa itu program JKN dan BPJS,” katanya.
Syaiful Hadi
Sementara itu, Kepela Dinas Kesehatan, dr. Syaiful Hadi saat ditanya hadirnya BPJS pihaknya mengaku kalau pasien yang masuk dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) belum bisa dilakukan secara maksimal di Kabupaten Tuban. Pasalnya, di Tuban masih terkendala dengan sumber daya manusia (SDM) tenaga kesehatan yang minim dan terbatas. Menurutnya, tenaga kesehatan di Kabupaten Tuban saat ini masih kurang. Padahal, dalam aturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk masyarakat yang akan dirawat di Rumah Sakit (RS) harus mendapatkan rujukan dari puskesmas setempat terlebih dahulu. Dan dalam aturannya terdapat 140 penyakit yang bisa ditangani di puskesmas.
Dijelaskannya, dari 140 penyakit tersebut ternyata di puskesmas masih terdapat beberapa kendala, di ataranya, minimnya perlengkapan, fasilitas dan tenaga medisnya. Saat ini tenaga medis di Kabupaten Tuban mulai dokter, perawat, bidan, dan pegawai lainnya se Kabupaten Tuban berjumlah 716 orang. Tenaga medis tersebut bertempat di empat RS dan 33 Puskesmas. Dari 33 puskesmas itu, 9 di antaranya sudah melakukan rawat inap. Namun di sisi lain, masih terdapat puskesmas yang belum  ditempati oleh dokter, di antaranya di Puskesmas Ponco dan Puskesmas Kenduruan. Padahal, menurtut aturan seharusnya setiap Puskesmas minimal harus ada satu orang dokter rawat jalan dan dua dokter rawat inap.

“Jelas kita saat ini kekurangan dokter, khususnya yang berada di puskesmas. Selain tenaga medis, sarana dan prasarana juga masih kurang. Baik sarana di rumah sakit maupun di setiap puskesmas. Sehingga minimnya tenaga medis dan fasilitas di Puskesmas tersebut, dapat dipastikan penanganan pasien tidak bisa berjalan maksimal. Sehingga, penerapan program BPJS juga tidak bisa maksimal,” kata pria yang akrab dipanggil Syaiful ini. (wandi)

Banyak Tenaga Medis tak Ramah
Meskipun kesehatan di Kabupaten Tuban pada 5 tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang bagus, namun realita di lapangan masih banyak masyarakat yang mengeluh. Keluhan tersebut di ataranya terkait pelayanan kesehatan yang kurang professional, fasilitas lab yang kurang lengkap, persedian obat yang tidak bermutu dan indikasi salah diagnosa pada pasien. Dari berbagai permasalahan tersebut, ternyata masih membuat trauma masyarakat.
Seprti halnya yang dikatakan oleh Hendy Listiyono, waga Desa Dahor, Kecamatan Grabagan. Pihaknya mengeluhkan atas pelayanan yang tidak profesional telah dilakukan oleh pihak rumah sakit berplat merah tersebut. Ia berani komentar seperti itu, pasalnya saat temannya sedang dirawat ternyata tak mendapatkan pelayanan yang sesuai standarnya. Banyak tenaga medisnya yang kurang ramah terhadap pasien.
“Contoh saja hal kecil masalah saat merawat sebuah pasien, seharusnya para medis tersebut memberikan kesan yang ramah terhadap pasien. Bisa senyum, meyapa atau yang lainnya yang terpenting pasien itu betah berada di rumah sakit. Langkah itukan termasuk salah satu proses penyembuhan,” ungkap pria yang menjabat sebagai staf PMI Kabupaten Tuban itu.
Syarofah
Hal senada disampaikan oleh Ketua PC Muslimat NU Tuban, Hj. Siti Sarofah Sumari. Pihaknya minta agar pihak rumah sakit yang ada di Tuban berhati-hati dalam menangani pasien terutama melayani pasien pada pemegang jamkesmas. Jangan sampai pasien pemegang jamkesmas ini diterlantarkan.
“Perbedaan pelayanan berdasarkan kelas antar-pasien yang bayar dengan yang menggunakan jamkesmas itu wajar. Akan tetapi jangan sampai seorang petugas kesehatan tersebut tidak profesioanl dalam melayani pasien. Seyoyanya tetap melayani secara professional. Namun failitas tempatnya yang membedakan,” ungkap Sarofah.
Ditambahkannya, ke depan rumah sakit yang berada di Tuban ini pelayanan dan kelengkapannya terus ditingkatkan. Dengan segera harus diupayakan karena untuk kepentingan masyarakat. “Menurut saya pelayanan rumah sakit yang ada di Tuban sudah lumayan, namun fasilitasnya perlu peningkatan. Tidak hanya gedungnya yang besar mas, tapi sarana untuk penunjang kesehatan juga harus dilengkapi,” imbuhnya. (wandi)

Jejak Kiai Ahmad Mutamakin Kajen, Pati di Desa Sugiharjo, Tuban

Ada Nampan Hingga Gentong di Masjid Karomah

BELUM DIPUGAR:Masjid Karomah Winong peninggalan Kiai Ahmad Mutakim.

KH Ahmad Mutamakin, Kajen Pati Jawa Tengah, diketahui memiliki hubungan kekerabatan dengan Sunan Bejagung, Semanding Tuban. Di Masjid Karomah, Winong, Sugiharto, Tuban, ada petilasan yang menunjukkan kalau Kiai Mutamakin juga pernah menyebarkan Islam di daerah ini.  

Di antara petilasan yang ada di Tuban adalah Masjid Karomah Winong. Masjid ini terletak di Dukuh Winong, Sugiharjo, Kecamatan Tuban Kota. Situs masjid yang berjarak sekitar 7 km dari pusat perkotaan kota itu, merupakan salah satu tempat semacam padepokan milik Kiai Mutamakin saat menyebarkan agama islam. Sebelum dipugar oleh warga menjadi masjid yang lumayan besar pada tahun 1977, dulu tempat itu hanyalah tempat kecil yang digunakan oleh Kiai Mutamaqin untuk berriyadhoh dan bermunajat kepada Allah SWT.
Di sekitar masjid juga terdapat satu pohon sawo kecik yang sangat besar, diperkirakan berumur ratusan tahun. Pohon itu diyakini oleh masyarakat sekitar, sudah ada sejak zamannya Kiai Mutamakin. Tidak hanya itu, sebuah gentong dan benda persegi terbuat dari kayu seperti nampan juga termasuk peninggalannya.
Konon, gentong tersebut merupakan tempat menyimpan air untuk kebutuhan Kiai Mutamakin sehari-hari. Selain gentong, juga terdapat sebuah benda seperti nampan. Benda tersebut diyakini masyarakat sebagai alat yang digunakan di saat menyuguhi para tamunya Kiai Mutamakin. Masuk lagi ke dalam masjid, di situ tersimpan kayu berbentuk lonjong agak bulat konon digunakan Kiai Mutamakin dalam menaruh peci atau baldu.
 Selain itu juga terdapat sebuah batu kecil dan tumpul yang perkiraan digunakan untuk menumbuk. Di sebelah barat masjid terdapat sebuah sungai. Menurut cerita masyarakat sekitar, sungai tersebut merupakan tempat berwudhunya Kiai Mutamakin.
Sebelum masuk kawasan masjid Karomah Winong, di situ akan melewati sebuah gapura. Di mana gapura tersebut merupakan pintu masuk ke arah kawasan tempat pasujudan Kiai Mutamakin. Menurut cerita masyarakata sekitar, dulu saat orang masuk tanpa niat yang baik dan tidak sopan, maka orang tersebut tiba-tiba tidak bisa melihat orang lain.
Ta’mir Masjid Karomah Winong, H.Warsilan saat ditemui mengatakan, Kiai Mutamakin ini merupakan asli penduduk Winong, Desa Sugiharjo. Masyarakat biasa memanggilnya dengan sebutan Mbah Mutamakin. Kata sebagian ulama yang pernah datang ke Masjid Karomah Winong, Mbah Mutamakin masih keturunan bangsawan Jawa yang masih punya garis keturunan dengan Raden Patah (Kesultanan Demak) yang berasal dari Kesultanan Trenggono.
Sultan Trenggono mengawinkan salah satu putrinya dengan Jaka Tingkir (Sultan Hadiningkrat) yang mempunyai putra bernama pangeran Sambo (Raden Sumohadinegoro) yang menurunkan putra Kiai Mutamakin. Sedangkan dari jalur ibu, Kiai Mutamakin masih keturunan dari Syaid Ali Akbar dari Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Tuban. Syaid Ali Akbar mempunyai seorang putra bernama Raden Tanu. Selanjutnya Raden Tanu mempunyai seorang putri. Putri tersebutlah yang menjadi ibunya Kiai Mutamakin.
Dijelaskannya oleh Ta’mir masjid Karomah Winong, bahwa semasa hidupnya Kiai Mutamakin sepenuhnya hanya mengabdikan diri untuk menyebarkan agama islam di daerahnya. Konon Kiai Mutamakin saat mudanya dulu pernah nyantri di di Sayyid Assyari sekarang Sunan Bejagung Lor. Hingga sampai dipinang menjadi menantunya. Selama menyebarkan agama Islam, Kiai Mutamakin selalu berpindah tempat. Kalau tempat tersebut dalam penyebarannya dianggap sudah berhasil, maka akan berpindah tempat. Seperti halnya sumur tua di Kuthi Desa Sumurgung, Tuban banyak yang meyakini bahwa sumur itu juga peninggalan Kiai Mutamakin.
”Kiai  Mutamakin katanya mbah buyut saya dulu, orangnya itu suka mengembara. Ke mana-mana selalu menyebarkan agama Islam. Dan selalu berpindah-pindah tempat yang bertujuan menyebarkan agama Islam,’’ kata Warsilan.
Menurut sebagian ulama, Kiai Mutamakin juga selalu berpegang teguh pada prinsip dan kepribadian tentang aqidah Islam. Sosoknya juga alim, terbuka dan berani. Tidak hanya itu, Kiai Mutamakin juga termasuk orang yang luwes dan kuat menahan hawa nafsu.
Selama perjalanan pengembaraannya dalam menyebarkan agama Islam, akhirnya Kiai Mutamakin menetap di Desa Cebolek, lalu di Kajen, Pati Jawa Tengah. Diceritakannya, saat berada di Kajen, Kiai Mutamakin bertemu dengan ulama lokal bernama Mbah Syamsudin. Dalam pertemuan tersebut terdapat dialog yang pada akhirnya berisi penyerahan wilayah Kajen dari Mbah Syamsudin untuk Kiai Mutamakin untuk merawat dan selalu mensyiarkan agama Islam dengan baik.
”Makam Kiai Mutamaqin tidak di Winong, namun berada di Kajen, Pati. Setiap tahunnya selalu diadakan acara haul untuk Kiai Mutamaqin. Tepatnya pada bulan suro, mulai tanggal 7 diadakan tahtimul Qur’an dan tanggal 10 acara puncaknya haul. Di sana makamnya Kiai Mutamakin juga bersandingan dengan Makam Mbah Syamsuddin,” tutur Warsilan, yang asli kelahiran Dukuh Winong ini.

Di Kajen tersebut kini bertebaran puluhan pondok pesantren yang pengasuhnya rata-rata keturunan Kiai Mutamakin. Di antara ulama yang mengasuh salah satu pondok di Kajen adalah KH M.A. Salah Mahfudz, mantan rais aam PB NU yang wafat pada 24 Januari 2014 lalu. (wandi)


GENTONG: gentong ini merupakan tempat menyimpan air untuk kebutuhan Kiai Mutamakin.


BATU TUMBUK: Batu kecil dan tumpul yang perkiraan digunakan untuk menumbuk

TARUH: Kayu ini konon digunakan Kiai Mutamakin dalam menaruh peci atau baldu.


MASIH HIDUP: Pohon sawo kini masih hidup sejak Kiai Mutamakin masih hidup.




Seni Ukir Tuban yang Kini Kian Diminati Pasar

Yakin Produk Lokal yang Terbaik

SENIMAN UKIR: Bapak Wait salah seorang yang menekuni ketrampilan ukir khas Tuban.

Tuban memang tidak memiliki predikat sebagai kota ukir seperti halnya Jepara atau Kudus. Namun, itu bukan berarti di Bumi Wali ini tidak memiliki pengrajin ukir. Sebut saja, Wait. Warga Widengan, Gedongombo, Semanding ini sejak lama menekuni ketrampilan ukir khas Tuban.

   Seni pahat atau seni ukir memang kurang begitu dikenal di Kabupaten Tuban. Namun hal itu tak lantas membuat Wait berkecil hati. Dia nekat mempelajari teknik ukir secara autodidak dengan mengasah kemampuan seni ukirnya. Upayanya kini berbuah hasil manis. Lelaki yang hanya bermodalkan lulusan kelas 5 SD ini memulai usahanya sejak tahun 1972.
“Saya pernah membaca, kalau ke depannya produk lokal itu jadi best (terbaik) di Indonesia. Makanya saya hadirkan produk asli dari Tuban (Jawa Timur),” ujar Pak Wait.                                  
Semula, Wait hanya iseng mengukir sembarang pohon kayu. Lambat laun, kayu jati menjadi sasarannya.“Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya. Kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap, meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan sehingga disukai para pengrajin ukiran,” ujarnya
Seni-seni yang diciptakannya sendiri yang direalisasikan menjadi sebuah karya seni ukir kayu adalah keunggulannya. Tak diduga, hasil karyanya mendapat perhatian warga sekitar. Beberapa orang langsung memesannya. Uang hasil penjualan karya seni ukirnya itu kemudian digunakan membeli tambahan modal kayu jati bahan ukiran. Sebab dia tak memiliki cukup modal sekedar membeli peralatan pahat maupun kayu bahan ukiran.
 Pria paruh baya ini mulai menggeluti usaha pembuatan kerajinan kayu ukir dengan bahan dasar kayu jati lokal asli Tuban dengan kreasi seni ukiran khas Tuban dengan modal awal Rp 1 juta. Kerajinan rumahan yang diberi nama Jati Seni ini,  memberinya penghasilan Rp 17 juta satu shet (meja dan 2 kursi) atau satu kali pesanan. Dia mengaku usaha kayu ukir yang dibuatnya memiliki variasi corak batik yang beragam seperti bunga, burung, macan, kaligrafi dan lain-lain. Dia juga menerima blubud kayu dan segala hal tentang kayu. Proses pembuatan kayu ukir ini memerlukan 15 hari untuk satu meja atau satu kursi.
Dalam alat kerjanya, Wait menggunakan 40 macam alat pahat yang dibelinya dari Jepara. ‘’Cara pembuatan kayu ukir dimulai dari mengukur kayu, menggambar dan mengukir kayu, menggosok dengan rempelas, menggunakan viler atau tiner, menggosok sampai halus setelah itu di finis atau di gilapkan,’’’ujarnya. Hanya saja, bagi masyarakat yang ingin memesannya harus sedikit bersabar karena proses pengerjaannya yang membutuhkan waktu agak lama. Apalagi dengan proses pembuatan yang masih mengandalkan keterampilan tangan (handmade), waktu pengerjaan ditentukan oleh ukuran dan tingkat kerumitannya.
 “Namun tidak perlu khawatir. Meski waktunya lama, dari sisi kualitas sangat terjaga. Kami sangat menjaga kualitas produk karena kami tidak ingin konsumen kecewa. Kerajinan ini butuh ketekunan dan ketelitian sehingga produk yang dihasilkan sempurna dan memuaskan konsumen,” jelasnya.
Soal keuntungan, Wait dengan rendah hati mengatakan, hasil yang didapat cukup untuk makan sehari-hari, menggaji karyawan yang sekaligus putra pertamanya, dan berbelanja bahan baku lagi. Namun dilihat dari harga per karyanya yang tidak murah, setidaknya Wait mengantongi keuntungan jutaan rupiah.”Memang harganya tidak murah karena sebanding dengan tingkat kesulitan dan daya kreativitasnya,”ujarnya
Layaknya pebisnis pada umumnya, Wait juga menemui sejumlah kendala dalam usahanya. ”Kendala yang dihadapi adalah dalam proses pesanan yang terlalu banyak keterbasan pegawai dan alat produksi,” ungkapnya.
Untuk menjalankan usaha yang didirikan selama dua puluh lima tahun ini, Wait tidak mengambil pegawai. Usaha ini hanya dijalankan oleh dua orang saja, yang dipekerjakan sebagai pengelolah kayu adalah Ruhanto putra pertamanya dan sebagai pengukir adalah bapak wait sendiri. Meskipun demikian ia tetap mengedepankan kemampuannya dalam bidang seni ukir demi melanjutkan usahanya. Wait menuturkan, meski usahanya mengalami kondisi pasang surut, dengan keyakinan yang kuat, dia mampu bertahan di tengah gelombang pengusaha furnitur yang berskala lebih besar. ‘’Asalkan kita punya niat besar, kemampuan kita bisa dikembangkan untuk tetap menghasilkan keuntungan,” tandasnya.
Wait yang membuka usaha di desanya, Widegan, Gedongombo, Semanding ini mengaku selama ini kapasitas produksinya terbatas karena dikerjakan secara manual. Dia berharap pemerintah dapat memperhatikan nasib para seniman kecil, seperti dirinya, agar lebih berkembang dan maju. Terutama berkaitan dengan modal usahanya. “Kalau karya seni kita terkenal, toh nama Tuban juga akan menjadi harum,” pungkasnya (hafydz)

Diskusi Terbatas Prof Dr H Nur Syam dan Pengurus LP Ma’arif Tuban

Madrasah Harus Punya Program Unggulan
DISKUSI: dari kiri Drs. Sujak (Kakanwil Kemenag Lamongan) , Prof. Dr. H. Nur Syam, M. Si (Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Pusat), Akhmad Zaini (Ketua PC. LP. Ma’arif NU Tuban) saat diskusi dengan pengurus harian LP. Ma’arif  NU Tuban.

TUBAN KOTA– Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Pusat Prof. Dr. H. Nur Syam, M. Si mengharapkan agar sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan LP Ma’arif segera berbenah diri demi meningkatkan kualitas pendidikannya. Sebab, hanya sekolah-sekolah yang berkualitaslah yang akan berkembang dan diminati masyarakat.
Nur Syam menyampaikan itu saat diskusi terbatas dengan pengurus harian L.P. Ma’arif Tuban, di gedung STITMA Tuban, Ahad (16/02). Nur Syam mampir ke kantor LP Ma’arif Tuban atas undangan Ketua L.P. Ma’arif Tuban Akhmad Zaini yang kebetulan memiliki hubungan dekat dengan tokoh asli Merakurak tersebut.
Sebelum ke kantor Ma’arif, Nur Syam menghadiri resepsi pernikahan anak KH Nasiruddin di Senori. Saat diskusi itu, Nur Syam didampingi Kakanwil Kemenag Jatim Drs. Sujak dan Kakemenang Lamongan Drs. Laksono. Dari jajaran pengurus Ma’arif, selain Zaini, hadir seluruh wakil ketua seperti Ainul Yakin, Muhlisin Mufa, Nur Khamid, Abdul Wahib, dan Komaruddin. Hadir pula Seketaris LP Ma’arif Tuban Sofyan Yunus.
Mantan Rektor IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya ini menuturkan, di Indonesia saat ini tumbuh kelas menengah muslim yang jumlahnya mencapai 100 juta orang lebih. Seiring dengan peningkatan ekonomi itu, tentu kebutuhan akan sekolah unggulan atau sekolah yang berkualitas akan terus meningkat. Karena itu, sekolah-sekolah di bawah Ma’arif harus berupaya meningkatkan kualitasnya.
‘’Saat ini, sekolah-sekolah yang dikelola oleh kelompok non NU terus bermunculan. Karena itu, kalau para pendidik NU tidak bangkit, jangan heran bila ke depan, para pemimpin di negeri ini bukan berasal dari kalangan nahdliyin,’’ ujar pejabat yang berlatar belakang NU ini. 
Dia lantas menuturkan, agar sekolah masuk katogori sekolah ungulan, maka setiap sekolah harus memiliki program unggulan atau program istimewa (excellency) yang bisa ditawarkan ke masyarakat. Program unggulan itu, bisa berupa kemampuan membaca kitab kuning, hafalan Al-quran, Bahasa Arab, Inggris, computer, IT dan ketrampilan lainnya.
Kalau sekolah atau madrasah dikelola seadanya dan asal-asalan, lanjut Nur Syam, maka tidak akan diminati masyarakat, apalagi bagi kalangan kelas menengah. ‘’Bagi kelas menengah, sekolah sedikit mahal tidak apa-apa, yang penting sekolah tersebut menawarkan keunggulan tertentu,’’ tandasnya. 
Selain itu, dalam diskusi yang dimoderatori Zaini ini, Nur Syam juga mengatakan kalau saat ini, merupakan momentum yang pas bagi madrasah untuk berkembang. “Sekarang respon masyarakat kepada madrasah sangat baik. Orang tua melihat anak yang sekolah di madrasah memiliki akhlak baik. Tidak ada anak madrasah yang tawuran. Karena itu, madrasah di mana-mana selalu kebanjiran siswa. Untuk itu, Ma’arif di berbagai daerah harus bisa melihat dan mengambil momentum kenaikan pamor madrasah ini,’’ ungkap bapak tiga putri ini.(amin)

Senori-Singgahan Antusias

PAPARAN: Zaini memberikan arahan kepada peserta Turba di Senori beberapa waktu yang lalu.

SENORI – Setelah melakukan kunjungan kerja di beberapa kecamatan lain, Ketua L.P. Ma’arif Tuban Akhmad Zaini mengadakan kunjungan atau Turba ke Senori  dan Singgahan (22/02). Dua kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang selama ini banyak melahirkan tokoh-tokoh NU di Tuban. Mereka menyambut kunjungan pengurus LP Ma’arif Tuban dengan penuh antusias. Pada kunjungan atau turba kali ini Zaini di dampingi H. Komaruddin (wakil ketua LP Ma’arif), juga sebagai koordinator wilayah Tuban bagian Selatan.
Dalam konsolidasinya, Zaini menceritakan arahan-arahan dari Dirjen Kemenag Pusat Prof Dr Nur Syam yang pada Ahad (16/02) berdiskusi dengan pengurus harian L.P. Ma’arif Tuban. Di mana, sekolah-sekolah di bawah LP Ma’arif diharapkan memiliki unggulan yang bisa ditawarkan ke masyarakat.
Para kepala sekolah yang mengikuti pertemuan, rata-rata memiliki keyakinan kalau kepengurusan baru di bawah kepemimpinan Zaini bisa membawa kemajuan bagi L.P. Ma’arif Tuban. “Walaupun sekolah kami sudah punya yayasan nasional, tapi kami akan tetap ikut Ma’arif,” kata salah satu kepala sekolah di Singgahan.

Baik ketika di Senori atau Singgahan, Zaini memaparkan keinginanya untuk  menyelenggarakan pawai akbar atau karnaval dan halal bihalal seluruh guru yang bernaung di bawah lembaga pendidikan Ma’arif  Tuban. (amin)

NU Rengel - Saatnya NU Tertib Organisasi


PIMPIN TURBA: K. Ahmad Damanhur, ketua MWC Ma’arif NU Rengel memimpin Turba Ma’arif di Rengel beberapa waktu yang lalu.

RENGEL-Kepengurusan baru MWC Ma’arif Rengel terbentuk pada 24 Februari lalu di kediaman Ketua MWC NU Rengel K. Ahmad Damanhuri. M. Mohtar, S.Pdi, guru MI Miftahul Ulum dan SMP Plus Al Hadi Banjararum, Rengel dikukuhkan untuk memimpin Ma’arif Rengel hingga 2018 nanti. Dengan kepengurusan baru tersebut, Ma’arif Rengel yang selama ini vakum, diharapkan bisa bangkit lagi.
Dalam sambutannya, Kiai Damanhuri berpesan agar kepengurusan Ma’arif yang baru tersebut, benar-benar bisa menjalankan roda organisasi dengan baik. ‘’Tanpa organisasi yang baik, kekuatan NU tidak akan terkelola dengan baik,’’ pesannya.
Dalam kesempatan itu, Kiai Damanhuri sangat menandaskan akan arti penting organisasi. Dia berharap. agar warga NU, khususnya para guru yang ada di bawah L.P Ma’arif bisa berorganisasi dengan baik. Yakni, dengan taat pada pimpinan dan mengikuti aturan main yang telah disepakati. ‘’Kita harus mulai belajar tertib organisasi,’’ tandasnya.
Selain pengukuhan kepengurusan baru, acara di rumah Kiai Damanhuri juga diisi dengan pengarahan dari Ketua LP. Ma’arif Tuban Akhmad Zaini. Dalam pengarahannya, Zaini mendaskan soal tantangan yang dihadapi warga NU di masa mendatang. ‘’Agar warga NU tidak tertinggal dan terpinggirkan, maka generasi muda NU harus disiapkan dengan matang. Sekolah-sekolah di lingkungan NU harus ditingkatkan kualitasnya.’’

Saat turba ke Rengel ini, Zaini didampingi oleh Wakil Ketua LP Ma’arif NU Tuban Nur Khamid. Kepala sekolah SMA 1 Rengel ini juga menandaskan soal pentingnya meningkatkan sekolah-sekolah di bawah Ma’arif. ‘’Harus ada program unggulan yang bisa ditawarkan ke masyarakat,’’ tandasnya. (arif)

IPNU-IPPNU Grabakan Dilantik


KHIDMAT: Pengurus PAC IPPNU saat mengikuti pelantikan.

GRABAGAN– Pimpinan Anak Cabang (PAC) Grabagan dilantik pada Ahad (09/02) yang lalu di Pendopo Kecamatan Grabagan. Nampak wajah-wajah baru mengisi posisi PAC periode 2014-2015 itu.
Arif dan Siti Kholisoh pada momen bersejarah itu didaulah sebagai pemegang pucuk pimpinan selama 2 tahun ke depan.
 “Dengan dukungan semua pihak, kami akan tetap berjuang untuk membawa organisasi muda NU ini tersebar di lapisan terbawah,” tegas Arif.
Perkembangan penyebaran NU sudah mulai menuai hasil. Hal itu ditunjukkan dengan menyebarnya  kader-kader baru di hampir seluruh desa di Grabagan. “Saya bangga pada para pejuang agama dan bangsa ini. Semoga ke depan lebih baik lagi,” tutur salah satu pengurus MWC NU Grabagan.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Imam Ghozali mengatakan bahwa dirinya optimis kepada para rekan/rekanita yang telah dilantik itu. “Ingat, kita jangan mengeluh karena setiap ujian dan cobaan di organisasi ini pasti ada,” pesannya saat menyampaikan sambutan. (edy)

YPM NU Tuban Gelar Pembinaan Guru

RATUSAN: Kepala dan Guru PG/RA/TK Muslimat NU sek-Kabupaten berkumpul mengikuti pembinaan guru.

JENU- Yayasan Pendiidkan Muslimat (YPM) PC Muslimat NU Tuban pada pertengahan Februari lalu kembali mengadakan acara Pembinaan Kepala dan Guru PG/RA/TK Muslimat NU se-Kabupaten Tuban di Hotel Mahkota Sugihwaras-Jenu.
Ketua YPM NU Bina Bakti Wanita Jawa Timur Hj. Dwi Astutik, S.Ag, M.Si datang langsung ke Tuban untuk memberikan pembinaan. Ny. Hj. Hanifah Muzadi (ketua YPM NU Tuban) mengatakan bahwa acara pembinaan itu diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di YPM Muslimat NU Tuban. “Pendidikan di bawah Muslimat bagaimana bisa baik kualitasnya, maju dan sangat dipercaya masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, Hj. Siti Syarofah Sumari (ketua PC Muslimat NU Tuban) sangat mendukung program seperti itu secara regular diadakan. “Semoga YPM NU Tuban tambah maju,” harapnya.

Sebanyak 500 peserta dari  240 lembaga (PG, RA dan TK) turut menyemarakkan acara tersebut.(wakhid)

Harlah NU, IPNU-IPPNU Gelar Parade Sholawat


PALANG BERPARADE: Peserta parade sholawat menyajikan gema sholawat Nabi untuk menyemarakkan maulid Nabi.

PALANG- Semarak maulid Nabi Muhmmad SAW sangat kental terasa dalam acara menyambut Harlah IPNU Ke-60 dan IPPNU Ke-59 yang diadakan PAC IPNU-IPPNU Palang di gedung serba guna MWC NU Palang pada Jum’at akhir Januari lalu.
Acara parade sholawat yang diikuti sekitar 21 grup sholawat dari PR dan PK IPNU-IPPNU se-Kecamatan Palang itu berlangsung meriah. Beberapa grup rebana dari PAC tetangga seperti Tuban Kota, Semanding dan Rengel  pun dihadirkan sebagai bintang tamu. “Ini kegiatan awal kami. Semoga menjadi modal awal yang baik. Insya Allah tahun depan kami ingin mengadakan festival sholawat yang lebih meriah dari ini,” ungkap sekretaris panitia Aris Airuddin.

Kegiatan yang dibuka langsung oleh Ketua MWC NU Palang M. Rofiuddin itu ditutup dengan acara nonton bareng film inspiratif  “Sang Kyai” sebuah film kisah Mbah Hasyim Asy’ari. (edy)

Warga NU Soko Harus Loncati Masa Lalu


Warga NU menyaksikan penampilan albanjari di lapangan Kecamatan Soko.

SOKO- Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Soko pada 28 Januari lalu menggelar agenda seremonial, Harlah NU ke-91, di lapangan Kecamatan Soko. Sekitar seribu warga nahdliyin yang meliputi NU, Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU, Pagar Nusa dan LP Ma’arif memadati lapangan demi menyemarakkan agenda tahunan itu. Tidak hanya warga biasa, Muspika Kecamatan Soko sampai perangkat desa juga nampak di deretan bangku undangan.
“Alhamdulilah, melihat antusiasme warga Soko di hari lahirnya NU ini kami senang sekali. Semoga tema yang kami usung ‘Melestarikan dan Meneladani Para Pendiri NU Melalui Aswaja Sebagai Pedoman Umat’ membekas di hati warga,” ungkap Ketua MWC NU Soko Syafaat.
Bupati Tuban H. Fathul Huda yang hadir dalam acara itu mengajak warga NU untuk meloncati masa lalu dan menatap masa depan. Dia mengatakan NU adalah jam’iyyah yang besar, sehingga menurutnya, saat ini adalah momen yang tepat bagi warga NU untuk bangkit dan berjuang demi kepentingan umat. “NU itu Organisasi besar sehingga harus dibumbuhi dengan keseimbangan kualitas dan kuantitasnya,” ungkapnya.
Rois Syuriyah PWNU Jawa Timur KH. Ali Masyhuri dari Tulangan, Sidoarjo didatangkan untuk menyampaikan mauidhoh hasanah. Kiai kharismatik yang terkenal dengan nama Gus Ali itu berpesan agar warga selalu mencintai dunia dan akhirat. “Meskipun hidup penuh cobaan dan ujian, tapi Allah maha adil. Di setiap masalah ada solusinya. Setiap penyakit ada obatnya,” tegasnya.

Ditandaskannya, sangat tidak pas bila warga NU yang berbasis pesantren ikut kecenderengan orang sekarang yang lebih mengutamakan kepentingan dunia. Warga NU tetap harus berpgang teguh pada agama dan menjaga agar masyarakat tidak terseret paham matrialisme. (edy)

NU Rengel Gemakan Persatuan



Pengurus MWC NU Rengel saat mengikuti pelantikan pengurus baru periode 2013-2018.

RENGEL – MWC NU Rengel pada Senin, 17 Februari 2014, lalu menggelar acara peringatan Harlah NU ke-91 dan pelantikan pengurus baru periode 2013-2018. Acara seremonial yang sempat vakum selama 3 periode kepemimpinan ini dikemas dalam dua acara, jalan sehat dan pelantikan yang dihadiri Dr. KH. Hasyim Muzadi, mustasyar PBNU.
Sebagai acara pembuka, jalan sehat mampu menyedot sekitar 5000 orang untuk turut berpartisipasi. Mereka terdiri dari siswa-siswi sekolah dan madrasah, serta masyarakat umum dari berbagai daerah se-Kecamatan Rengel. Sepeda motor Revo, sumbangan dari Bupati Tuban, menjadi doorprise dalam acara tersebut. Ananda, siswi SDN 2 Sumberejo, berhasil mendapatkan doorprise tersebut.
Dalam acara puncak, Bupati Tuban H. Fathul Huda, Wakil Bupati Tuban Ir. H. Noor Nahr Hussein, Sekretaris PCNU Tuban Eko Sumarno beserta rombongan, Banom MWC NU Rengel, serta Muspika Kecamatan Rengel nampak hadir di tengah-tengah ribuan undangan.
 “Inilah langkah awal kita membangun NU. Persatuan harus kita dengungkan. Semoga ke depan bisa lebih baik karena Allah,” ungkap Kiai Damanhuri  yang saat ini menjabat sebagai ketua MWC NU yang baru. Dalam kesempatan itu, kiai yang masih muda itu juga menyampikan keinginannya untuk mendirikan kantor MWC NU Rengel. Dia melihat eksistensi MWC NU yang lain sangat ditentukan dengan adanya kantor, sebagai tempat bermusyawarah.
Sementara itu, KH. Hasyim Muzadi dalam ceramahnya mengajak agar warga NU untuk menjaga organisasi yang dirikan oleh para ulama ini. “Membangn NU itu harus dari hati, bukan karena nafsu dan selalu berpegang teguh pada Khittah NU 1926. Ini pondasinya NU.” (edy)