RAPAT REDAKSI NUsa

Akhmad Zaini (Pimred Tabloid NUsa) memimpin rapat redaksi di halaman kampus STITMA Tuban.

DIKLAT JURNALISTIK

Peserta diklat jurnalistik dan crew Tabloid NUsa berpose bersama usai kegiatan diklat.

SILLATURRAHMI

Ketua LP. Ma'arif NU Kab. Tuban dan Pimred Tabloid NUsa berkunjung ke Rumah Gus Rozin (Putra KH. Sahal Mahfudz).

NUsa PEDULI SPESIAL

Mustain Syukur (Ketua PCNU Kab.Tuban) dan Fathul Huda (Penasehat LP. Ma'arif NU Tuban) berpose bersama siswa yang mendapatkan santunan NUsa Peduli.

STUDY BANDING LP. MA'ARIF NU KAB. TUBAN

Akhmad Zaini, ketua LP. Ma'arif NU Kabupatn Tuban saat menerima cinderamata dari LP. Ma'arif Kab. Pasuruan.

RAPAT BERSAMA

Pengurus PCNU, Pengurus LP. Ma'arif NU, PC.Muslimat Tuban, PC.Fatayat NU Tuban saat rapat bersama membahas pendidikan di Kabupaten Tuban.

GROUP SHOLAWAT SMK YPM 12 TUBAN

Group Sholawat Al-Banjari SMK YPM 12 Tuban melantunkan tembang sholawat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

TURBA MAARIF NU TUBAN KE RENGEL

Group Sholawat Al-Banjari SMK YPM 12 Tuban melantunkan tembang sholawat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

NUsa PEDULI EDISI 23

Tiga siswa berada di naungan LP. Ma’arif menerima santunan yang diberikan langsung oleh Dirjen Pendis (kanan) dan Kapala Kemenag Tuban.

PENGURUS PC. LP MA’ARIF NU

Beberapa Pengurus PC. LP Ma’arif NU Tuban siap bekerjasama demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Tuban.

AVANZA UNTUK OPERASIONAL MA’ARIF NU TUBAN

Zaini (Ketua PC. LP. Ma'arif) menerima hadiah mobil dari Bupati Tuban secara simbolis pada acara Rakor kepala sekolah dan pengurus yayaasan se-kabupaten Tuban.

PRESTASI FATAYAT

Fatayat NU Tuban Masuk 10 Besar Lomba Rias Provinsi.

JUARA MTK

Beberapa Crew Tabloid NUsa, mereka semua generasi dari NU berasal dari Tuban, Lamongan dan Bojonegoro.

TIM TABLOID NUsa

Beberapa Crew Tabloid NUsa, mereka semua generasi dari NU berasal dari Tuban, Lamongan dan Bojonegoro.

Minggu, 28 September 2014

TABLOID NUsa EDISI 28

Anda bisa membaca Tabloid NUsa EDISI 28 di Layar Komputer, Laptop, HP/I-Pad Anda dengan mudah.
Syaratnya antara lain:
1. Anda harus punya akun 4shared (www.4shared.com) 
2. Silahkan anda login atau masuk jika sudah punya akun 4shared, namun jika belum punya silahkan anda buat akun.
Catatan: Apabila ada kesulitan untuk download file kami, anda bisa menghubungi admin: kangaidi HP (0856-3301-799/0857-0628-2861) Fb: kangaidi


Contoh Halaman Tabloid NUsa EDISI 28













Untuk download Tabloid NUsa Format PDF,  silahkan Anda klik ikon download di bawah ini ...







Sabtu, 20 September 2014

PC IPNU-IPPNU Tuban Ganti Ketua

PEMBUKAAN: Anggota IPNU-IPPNU saat menghadiri konfercab PC IPNU-IPPNU di aula kantor PCNU Tuban lantai dua.

TUBAN KOTA-PC IPNU-IPPNU Tuban pada 20 September 2014 lalu menggelar Konferensi Cabang (Konfercab) ke-21 yang berada di aula kantor PCNU Jalan Diponegoro, Tuban. Sebelum kegiatan inti dimulai, Konfercab tersebut dibuka oleh Sekretaris PCNU Tuban Jamal Ghofir. Kemudian dilanjutkan seminar radikalisme aliran sempalan Islam. Dalam seminar, panitia mengahdirkan dua pemteri  yaitu Muhammad Mukhlisin Mufa dari Kasi Penma Kemenag Tuban sekaligus wakil ketua PC LP Maarif NU Tuban dan Ketua MUI Tuban, KH. Abdul Matin.
Kedua pemateri tersebut menjelaskan beberapa aliran radikal yang sudah tersebar di negara Indonesia. Tidak hanya itu,  di hadapan peserta, kedua pemateri juga menjelaskan tugas kementrian Agama (Kemenag) dan Majlis Ulama Indonesia (MUI) untuk meghadang aliran sesat yang tersebar di Tuban. Bahkan, dalam menanggapi aliran-aliaran tersebut, MUI telah menyampaikan 10 fatwanya. Jika aliran tersebut tidak sesuai dengan fatwa MUI, maka dianggap sesat.
Ketua PC IPNU Tuban Arif Hidayat, S.Pd.I berharap dengan seminar itu, maka kader IPNU-IPPNU mampu membaca perkembangan masyarakat yang ada. “Dengan harapan anggota mengetahui dan memahami tentang pergerakan aliran sempalan Islam. Setelah mengetahui maka sebagai kader bisa memilah bagaimana aliran yang tidak sesuai dengan aswaja NU,” ujarnya. 

Dari Konfercab ini terpilih IPNU-IPPNU. Untuk IPPNU, Ika terpilih sebagai ketua secara aklamasi untuk memimpin IPPNU selama 2 tahun mendatang. Sedangkan untuk IPNU, Falakhudin terpilih sebagai ketua setelah proses seleksi pemilihan bakal calon (Balon) dengan Shodikin. Ketika pemilihan balon dua kader tersebut meraup suara sama banyaknya yaitu 28 suara. Akan tetapi, karena Shodikin umurnya tidak sesuai dengan tata tertib pemilihan ketua. Sehingga, Shodikin harus merelakan Falakhudin sebagai ketua, meskipun kedua kader tersebut sama-sama berpotensi. (suwandi)

Sabtu, 13 September 2014

Seminar Aswaja jadi Puncak Harlah Fatayat

HARLAH FATAYAT KE-64: Anggota Fatayat NU Tuban saat menghadiri acara harlah fatayat NU ke-64 beberapa waktu yang lalu.

TUBAN KOTA-Dalam rangka memperingati hari lahir (Harlah) ke-64, PC Fatayat NU Tuban menggelar serangkaian agenda yaitu halal bihalal dan seminar aswaja. Kegiatan tersebut digelar di Gedung Asrama Haji Tuban pada Sabtu 13 September 2014 yang lalu.
Selain dihadiri seluruh anggota Fatayat se- Kabupaten Tuban dan sejumlah banom NU, acara tersebut dihadiri Bupati Tuban, H. Fathul Huda dan Wakil Bupati Tuban, Ir. Noor Nahar Husein. Selain dua pejabat tertinggi di Tuban yang hadir, Kapolres dan seluruh Dinas di Tuban juga turut menyemarakkan acara puncak itu.
Ketua PC Fatayat NU Tuban, H.Umi Kulsum mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan acara puncak harlah yang digelar oleh PC Fatayat NU Tuban. Sebelumnya, telah menggelar pra kegatan harlah seperti seminar pengetahuan dan pemahaman aliran sempalan Islam untuk anggota serta melakukan sosialisasi dan bimbingan tentang keluarga sakinah pada anggota dan masyarakat.
“Kegiatan saat ini adalah puncak kegiatan harlah," ujar Umi.
Dijelaskannya, meskipun perayaan kegiatan puncak harlah terhitung telat, akan tetapi kegiatannya berlangsung meriah. Anggota mulai ranting, PAC hingga Pengurus Cabang aktif dan antusias untuk menyemarakkan harlah fatayat NU yang ke-64 itu.
“Anggota saat ini banyak yang hadir, itu membuktikan bahwa anggota Fatayat NU di Tuban sangat solid dan ingin memeriahan acara harlah ke-64 ini,” imbuhnya.
Sementara itu, pada acara puncak harlah tersebut panitia menggelar seminar aswaja center yang mengundang KH Abdurrahman NavisLC, selaku direktur aswaja center PWNU Jawa Timur.
KH Navis meminta pada warga nahdliyin untuk waspada terhadap aliran sempalan Islam yang sudah tersebar di Indonesia, khususnya yang ada di Tuban.

“Marilah kita ciptakan Tuban menjadi Bumi Wali yang kuat aswajanya. Jangan sampai aliran sempalan Islam berkembang di lingkungan kita. Seperti ISIS, Hisbut Tahrir maupun yang sempalan Islam lainnya,” katanya. (wandi)

Jumat, 12 September 2014

Menyelamatkan Aset-Aset NU

Penulis: Syihab-Tulisan 2012
SELAMAT DAN LEPAS: Akbid NU Tuban di Jalan Diponogoro

Gedung MI ini dulu berada di bawah naungan ma'arif.


Sejumlah aset NU beralih tangan ke pihak lain. Mengapa hal itu bisa terjadi? Apa yang musti dilakukan warga NU untuk mencegahnya? Apa dampak yang bakal terjadi bila pengambilalihan itu masih terus berlanjut?

Pernahkah Anda berjalan di jalur pantura, tepatnya di Desa Panyuran, Kecamatan Palang? Jika belum pernah coba sekali-kali Anda lakukan dan tengoklah ke sebelah utara jalan. Di jantung Desa Panyuran itu berdiri dengan kokoh sebuah lembaga pendidikan, mulai dari TK Aisyiyah Bustanul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah dan juga Balai Kesehatannya. Namun siapa sangkah kalau itu dulunya merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU.
Dan di kota, telusurilah Jalan Sunan Kalijaga dan coba cari Yayasan Al-Fajri. Dulu itu merupakan sebuah yayasan yang dikelolah oleh warga NU. Pengurus NU Kota dan Banomnya; Muslimat, Fatayat, dan Ansor pada saat peletakkan batu pertama hadir turut merayakannya. Beberapa kegiatan besar tahunan selalu melibatkan peran serta Muslimat dan Fatayat. Tapi sekarang siapakah yang mengelolah dan memegang semua lembaga yang ada di bawah yayasan tersebut? Mereka bukanlah bagian dari warga NU, dan jelas-jelas berbeda ideologi.
Setelah itu, sedikit lebih jauh, pergilah ke Kecamatan Widang, tepatnya di Desa Kedungharjo. Di sana ada lembaga pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah yang menaungi PAUD, TK Muslimat, MI Salafiyah, MTs Salafiyah, dan SMKN 2 Tuban kelas jauh. Awalnya semua lembaga itu dikelolah oleh warga NU dan juga MWC NU Widang. Namun sekarang terjadi konflik perebutan dengan pihak lain. Terjadilah konflik berkepanjangan yang sampai hari ini belum terselesaikan. Masing-masing pihak bersikeras untuk memiliki dan mengelola lembaga-lembaga tersebut.
Itulah contoh nyata bagaimana rawannya aset-aset yang dimiliki oleh warga NU sewaktu-waktu bisa hilang ditelan arus merebaknya golongan lain mencari kelengahan warga NU. “Tidak sedikit yang sudah beralih nama dan bersertifikat atas nama mereka, dan bukan lagi miliki warga NU,” kata Nur Chamid, ketua LWPNU PCNU Tuban resah.
Mereka tidak segan-segan masuk menyusup secara ke dalam lembaga milik warga NU. Lalu kemudian berpura-pura mengabdi secara ikhlas dan penuh tanggung jawab. Namun ketika masanya sudah tiba, ia diberi wewenang penuh untuk mengelola lembaga tersebut, maka kesempatan itu pun dimanfaatkan sebaik-baiknya. Berlahan namun pasti legalitas kepemilikan tanah atau bangunan diubah nama, atau jika belum disertifikatkan akan diatasnamakan dirinya tanpa mengadakan diskusi dengan pihak terkait. Jika sudah dalam posisi tersebut mereka pun siap “perang gerilya” dengan bantuan dari rekan-rekannya di daerah lain, bahkan dari pusat. Dan ketika sudah dalam posisi berhadap-hadapan face to face kebanyakan warga NU kalah, gigit jari penuh penyesalan meratapi sebuah kekalahan yang tragis.
“Kebanyakan kasus-kasus yang ada di Tuban seperti itu, dan itu juga berlaku di semua tingkatan dan lapisan masyarakat,” kata Ketua PCNU Tuban KH Ahmad Mundzir, saat sharring tentang aset-aset NU di PW NU Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Contoh pertempuran sengit memperebutkan aset-aset NU dengan pihak garis keras yang paling spektakuler dan aktual adalah kasus Widang. Sampai hari ini “pertempuran” belum usai. Kedua pihak masih siaga satu untuk melanjutkan pertempuran yang lebih sengit. “Kami pun berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan bahwa warga NU siap untuk menang, tidak boleh kalah,” tegas Suwandi, salah satu staf edukatif Salafiyah Widang yang juga anggota PAC Ansor Widang.
Yang menjadi kekhawatiran Suwandi bukan karena aset itu sendiri yang harus diselamatkan, yang bangunannya sudah berdiri kokoh dan memiliki banyak anak didik, namun lebih pada harga diri dan martabat warga NU secara umum dan pengurus NU secara khusus. Jika dalam kasus tersebut pihak garis keras memenangkan perebutan maka hancurlah kekuatan NU dan hancur pula harga dirinya. Sehingga  akan menjadi bukti bahwa warga NU adalah warga yang kurang cerdas dan selalu ketinggalan zaman. “Padahal mereka hanya bertiga, dan warga NU banyak. Bahkan semua warga desa Kedungharjo berharap kepemilikan aset tersebut tetap menjadi milik NU,” tambah Suwandi.
Namun, setelah ditelusuri ternyata aset-aset tersebut belum memiliki legalitas resmi atas nama NU dan itu dimanfaatkan oleh mereka. 
Hal yang sama juga terjadi pada kasus Kerek, ada perebutan aset tanah antara nadhir (penerima wakaf) dan ahli waris. Awalnya tidak terjadi apa-apa dengan aset tersebut, semua berjalan dengan lancar dan seolah tidak akan pernah mencuat ke permukaan. Tanah dan bangunan tersebut diwakafkan atas nama NU. Tapi lagi-lagi tanpa legalitas yang jelas. Namun saat sang wakif sakit keras ahli waris menuntut balik dan minta semua aset tersebut dikembalikan kepada mereka. Seperti puncak gunung es yang mencair secara berlahan permasalah tersebut menjadi rumit. Perang pun terjadi, antara Nadhir dengan ahli waris.
Pengurus NU pun tidak tinggal diam, mereka siaga menghadapi para “perebut” itu secara jantan. Melibatkan berbagai pihak, dari kepolisian sampai ke pengacara. “Dan setelah menghabiskan dana sekitar tujuh juta kemenangan pun ada di pihak NU,” kata Nur Chamid.
Begitulah warga NU. Tidak akan tersentak untuk memperbaiki apa yang perlu ditata secara profesional sebelum terjadi benturan yang sangat keras menusuk harga diri organisasi dan masyarakat nahdliyin. Dikatannya, harus diakui bahwa secara administratif warga NU kalah dengan yang lainnya, yang notabenenya bertujuan menghabisi peran-peran penganut aliran ahlussunnah wal jamaah untuk mengajarkan faham tersebut. Dan sasarannya adalah tanah dan bangunan.
Sebagai pengurus NU yang bertugas untuk mengamankan tanah-tanah dan perwakafan di lingkungan warga NU LWPNU sudah melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menyelamatakan aset-aset tersebut. Selama dua periode kepemimpinan PCNU Tuban LWPNU melakukan sosialisasi ke seluruh kecamatan. Mengimbau semua MWC NU agar membentuk nadhir, pihak yang menerima wakaf dari wakif (orang yang mewakafkan tanah atau bangunan).
“Sosialisasi kami tentang pentingnya legalitas kepemilikan tanah maupun bangunan atas nama lembaga agar tidak terjadi cekcok dikemudian hari, seperti kasus-kasus yang sudah terjadi,” tambah Nur Chamid.
Namun selama dua periode itu mayoritas warga NU belum tersetak untuk memperbaiki aset-aset tersebut menjadi miliki NU, dalam arti memiliki legalitas secara formal atas nama Nahdlatul Ulama. Hanya sedikit saja mereka yang sadar akan pentingnya legalitas tanah dan bangunan. Misalnya MWC NU Tuban kota yang sudah mewakafkan atas nama NU kurang lebih 25 bangunan berupa masjid dan musholla. Disusul dengan Grabagan sekitar ada 5 bangunan dan tanah.
Kami salut dengan Grabagan, sebagai MWC NU yang paling muda mereka sudah memahami pentingnya penyelamatan aset-aset NU sejak dini,” puji Nur Chamid.
Dari semua kasus yang terjadi, di mana berdampak pada hilangnya aset-aset NU dan beralih tangan ke “orang lain”, siapakah yang patut disalahkan? Tentu tidak perlu ada yang disalahkan. Namun harus ada tindakan nyata dari warga NU yang bersinergi dengan pengurus NU di semua tingkatan. Jangan sampai ada lagi kasus “pencurian” aset warga NU di kabupaten Tuban.

Hari ini mungkin warga NU masih bisa bangga dengan jumlah musholla dan masjid-masjid desa yang sebagian besar menyatakan dirinya milik NU (tentu saja tanpa legalitas). Akan tetapi di 20 tahun yang akan datang, jika mental, kinerja dan cara berpikir warga NU masih seperti ini jangan berharap ke depan NU masih bisa mengklaim sebagai warga terbesar di Indonesia. (syihab)

Selasa, 09 September 2014

INFO DIKLAT JURNALISTIK TABLOID NUsa MA'ARIF NU TUBAN

INFO DIKLAT JURNALISTIK


berikut ini salah satu kegiatan diklat Jurnalistik, ini simulasi berita...silahkan anda menontonnya atau download dengan cara klik gambar di bawah ini...










INFO REDAKSI TABLOID NUsa

INFO TABLOID NUsa

Kami redaksi Tabloid NUsa menerima sumbangan tulisan dalam bentuk artikel, esai, opini, features, reportase, budaya, dan foto peristiwa sesuai dengan misi Tabloid NUsa. Naskah maksimal 800 kata (1.05 halaman spasi 1.15 font 12 ) bisa dikirim via email atau langsung datang ke kantor redaksi. Redaksi berhak mengedit kiriman tulisan selama tidak mengubah isi.

Silahkan kirim ke email kami tabloidnusa@yahoo.co.id
Alamat Redaksi : Kompleks Kantor LP. Ma’arif NU Tuban Jl. Manunggal 10-12 Telp. 081 216 994 822




INFO PC LP MA'ARIF NU TUBAN SEPTEMBER 2014


INFO MA'ARIF
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MANAJEMEN MUTU SEKOLAH
BAGI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH
LP MAARIF NU CABANG TUBAN


Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.
Kami Pengurus Cabang LP. Ma'arif NU Kabupaten Tuban akan mengadakan "PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MANAJEMEN MUTU SEKOLAH BAGI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH LP MAARIF NU CABANG TUBAN"

A. PESERTA
Peserta kegiatan tersebut adalah Kepala dan Waka dari sekolah yang direkomendasikan oleh Pengurus Maarif  Kecamatan . Jumlah peserta sekitar 40 orang dari 20 Kecamatan  / Lembaga.
B. WAKTU DAN TEMPAT
-          Waktu        : Tanggal 27-28 September 2014
-          Tempat      : Aula BLK  Kab. Tuban, Jl. DR. Wahidin SH. (selatan Patung)
C. INSTRUKTUR
-          M. Anang Prasetyo, M.Pd (Tulung Agung) Trainer, Motivator dan Praktisi Pendidikan
-          Tim Litbang LP Ma’arif  Wilayah Jawa Timur
D. PERSYARATAN PESERTA
1. Setiap peserta melakukan registrasi sebesar Rp 150.000,00
2. Peserta menyiapkan berikut ini:
1.       Profil Lembaga (softcopy dan hardcopy atau file asli dan sudah dicetak/diprint)
2.       Visi, Misi, Tujuan dan Jaminan Kualitas (softcopy dan hardcopy atau file asli dan sudah      dicetak/diprint)
3.       Laptop
4.       Fas Photo ukuran 4x6 = 2 lembar (warna)
5.       Niat Ihlas

Demikian Info kami. Atas perhatian dan kehadiran Bapak/Ibu kami sampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hal-hal yang kurang jelas bisa langsung menghubungi Ketua Panitia atau Ketua PC. LP. Ma'arif NU Kabupaten Tuban.

Mengetahui
Ketua LP Maarif  NU Cab. Tuban

ttd


Akhmad Zaini, S.Ag, M.Si

Ketua Panitia


ttd


Syamsul Arifin, S.Pd.I



Memotret Geliat Kebangkitan Kembali L.P. Ma’arif NU Tuban

Menjahit Kembali Kain Robek
Akhmad Zaini saat memimpin rapat pleno Raker L.P. Ma'arif NU Tuban.

Semangat untuk bangkit dari ‘’mati suri” sangat terasa pada Rapat Kerja (Raker) L.P. Ma’arif NU Tuban pada awal Februari lalu. Berbagai program diagendakan untuk menghidupkan kembali lembaga yang mengurusi pendidikan ini. Apa saja keputusan-keputusan raker yang diharapkan bisa menggairahkan Ma’arif Tuban?
 PC LP Ma’arif NU Tuban dalam 3 periode kepemimpinannya selalu dipimpin oleh pegawai negeri. Sebenarnya, sah-sah saja Ma’arif dipimpin oleh siapa pun dan dengan latar belakang apa pun. Pengusaha, pedagang, PNS, pegawai bank, bahkan politisi sekalipun. Secara aturan, tidak ada yang melarang. Asal dia beragama Islam yang berhaluan ahlussunnah wal jama’ah, berkelakuan baik dan sehat jasmani dan rohaninya, orang itu bisa memimpin Ma’arif.
Namun, saat diduduki PNS-lah Ma’arif terbengkelai. Banyak lembaga-lembaga yang ada di berbagai kecamatan “mutung” dengan Ma’arif. Bentuk kemutungannya itu bermacam-macam. Ada yang tetap meminta SK kepala, tenaga pendidik dan kependidikan lembaga, tapi selalu mengeluhkan kepasifan Ma’arif. Rata-rata yang seperti ini beralasan masih tetap masih ingin “ngurip-urip Ma’arif”. Di lain pihak, ada yang secara frontal tidak mau menginduk ke Ma’arif dan tidak pernah mengikuti kegiatan Ma’arif dengan alasan tidak-adanya kemaslahatan menginduk ke Ma’arif. Kondisi yang demikian mengakibatkan beberapa MWC Ma’arif NU tidak hidup. Di Merakurak Ma’arif tidak jalan, di Kerek Ma’arif hanya memunculkan nama, di Plumpang Ma’arif dikelola KKM yang secara fitrahnya merupakan tangan panjang Kemenag Tuban.
Tidak hanya lembaga yang ada di daerah, para pemangku jabatan tinggi di PCNU Tuban pun mencium dan menilai hal yang serupa. Di Konferensi PCNU Tuban (pertengahan 2013), Ma’arif mendapat kritikan bertubi-tubi dari pengurus daerah. Ketika PCNU Tuban Turba ke seluruh kecamatan pun Ma’arif selalu mendapat sorotan tajam. Nama Ma’arif, dalam kondisi itu, seolah tidak memiliki celah untuk menjelaskan semua usaha yang telah dijalankannya. Drs. Mahfud, M.Pd (ketua PC LP Ma’arif NU Tuban periode sebelumnya) dalam beberapa kesempatan menjelaskan berbagai usaha yang telah dilakukannya. Bahwa adanya kekurangan dalam pengelolaan Ma’arif tetap diakuinya, tapi usaha untuk menata manajerial perkantoran pun telah dilakukannya juga. Tidak hanya itu, pelayanan yang diberikannya untuk mengurusi nasib guru sertifikasi pun telah dilakukannya. Namun, usaha yang dilakukannya itu, menurut sebagian besar orang masih terlalu kecil. Sesuai dengan apa yang diungkapkan KH. Cholilurrohman (rois syuriah PCNU Tuban) bahwa Ma’arif itu besar dan memiliki kekuatan yang sangat besar, asal diurus dengan serius.
Ketua L.P. Ma’arif yang baru, Akhmad Zaini mengaku paham dengan persoalan yang ada di Ma’arif. Dia melihat memang ada seabrek masalah yang melilit-lilit Ma’arif dan membutuhkan penanganan serius. Karena itu, dia menyadari, tidak mudah mengurusi Ma’arif sambil menjadi guru PNS. Untuk itu, dia sangat menghargai usaha yang telah dilakukan para pendahulunya.
“Memang tidak mudah mengurusi Ma’arif sambil menjadi guru PNS. Kalau menjadi Kepala Sekolah negeri, agak mending. Tidak dikejar banyak waktu untuk mengajar. Tapi, coba bayangkan ketika menjadi guru PNS. Setiap hari diabsen kehadirannya. Kalau sekali ijin untuk Turba tidak apa-apa. Masak mau absen terus setiap pekan untuk Turba. Karena itu saya melihat Pak Mahfud sudah melakukan usaha keras untuk tetap menghidupkan Ma’arif, sembari menjadi guru PNS,” terang Zaini dalam perjalanan ke Kajen-Pati untuk takziah ke rumah Rais Aam PB NU KH M.A. Sahal Mahfudz.
Seolah tidak ingin berlarut dalam zona kelam yang berisi ungkapan-ungkapan saling menyalahkan, kepasifan ide dan tindakan, serta kemuraman masa depan; Zaini bertekat merekonstruksi bentuk PC LP Ma’arif NU Tuban dengan wajah yang baru. Dalam sambutan yang disampaikannya ketika acara pembukaan Raker PC LP Ma’arif NU Tuban (Sabtu, 01 Februari 2014) dia menyatakan aka nada 3 katagori program yang akan dia lakukan untuk kembali mengangkat harkat derajat Ma’arif dari keterpurukan.
“Secara umum, dalam periode ini saya akan membuat program yang mengandung 3 unsur. Yakni, pertama, program yang bermakna konsolidatif, idiologis dan ketiga program yang bernuansa motivatif,” ungkap Zaini.
Pertama, dengan program konsolidatif, dia ingin merekatkan kembali ketercerai-beraian antar-lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh warga nahdliyin dan LP Ma’arif, baik PC maupun MWC. “Saya ingin menjahit kembali kain yang sudah sobek,” harapnya.
Kedua, dengan program ideologis. Dia meyakini bahwa ikatan ukhuwah antara PC LP Ma’arif NU Tuban dengan seluruh MWC LP Ma’arif se-Kabupaten Tuban, antara PC LP Ma’arif NU Tuban dengan seluruh lembaga yang bernaung di payung LP Ma’arif NU Tuban dan antara MWC LP Ma’arif NU dan lembaga pendidikan di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tuban bukanlah direkatkan oleh “dana”.
“Kalau dana yang dipakai untuk merekatkan kembali ukhuwah seluruh elemen di dalam LP Ma’arif, saya kira Ma’arif tidak mampu, karena Ma’arif tidak memiliki apa-apa. Tapi ukhuwah ini akan menjadi besar dan kuat ketika ikatan yang merekatkan adalah ikatan idiologis, yakni ahlussunah wal jamaah. Kita bersatu karena ingin menjaga dan membesarkan jam’iyah Nahdlatul Ulama. Saya kira dengan cara itu Ma’arif akan kembali besar,” tegas Zaini. Dia bertekat ingin kembali membangkitkat ghirah ahlussunnah wal jama’ah di dalam lembaga yang bernaung di bawah payung PC LP Ma’arif NU Tuban.

Ketiga, dengan program motivatif. Yakni dengan akan mengadakan Ma’arif Awards. Dengan program ini, Zaini ingin menumbuhkan semangat berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di antara lembaga yang menginduk kepada PC LP Ma’arif NU Tuban. Bagi Zaini, program ini adalah program strategis untuk menciptakan suasana kompetitif di anatara lembaga untuk menjadi yang terbaik, sehingga ketika integrasi sosial antar-lembaga terjadi, maka itu akan berjalan bersamaan dengan persaingan sehat yang mengarah kepada kemajuan PC LP Ma’arif NU Tuban. (wakhid)

Umroh Machfudzoh, Srikandi Pejuang NU

PENDIRI: Umroh, Kader NU salah satu pendiri organisasi IPPNU.


      Di dunia pewayangan, dikenal seorang wanita tangguh yang bernama Srikandi. Bersama sang suami, Arjuna, keduanya berjuang bersama membela panji Pandawa. Sosok Srikandi itu, rasanya patut kita sematkan pada diri Umroh Machfudzoh, ketua Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) yang pertama.
     Jalan cerita Umroh bersama sang suami, KH Tolchah Mansoer, sekilas mirip kisah Arjuna-Srikandi. Hanya saja pada waktu itu, keduanya bukan membela panji Pandawa, melainkan panji pelajar putra-putri NU (IPNU-IPPNU). Di organisasi itulah mereka bertemu, berjuang bersama, dan akhirnya meneruskan menuju ke jenjang pelaminan.
     Umroh lahir di Gresik 4 Februari 1936 M dari pasangan KH Wahib Wahab (Menteri Agama ke 7 yaitu  1958 - 1962) dan Hj Siti Channah. Beliau adalah cucu dari KH Abdul Wahab Hasbullah (pendiri NU dan Rais Aam PBNU 1946 - 1971). Sebagai cucu pendiri NU, masa kecil Umroh banyak dilalui di lingkungan pesantren, khususnya pada masa liburan yang banyak dihabiskan di Tambak Beras, Jombang, tempat kelahiran ayahnya.
     Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, sejak kecil Umroh dididik untuk bisa hidup mandiri. Umroh mengawali pendidikan dasar di kota kelahirannya. Sempat berhenti sekolah hingga tahun 1946 karena clash II, Umroh kemudian melanjutkan ke MI NU di Boto Putih, Surabaya. Hasrat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah sekaligus mewujudkan impian merantaunya terpenuhi ketika diterima sebagai siswa SGA (Sekolah Guru Agama) Surakarta.
      Ketika partai-partai politik meluaskan sayapnya pada pertengahan 50-an, Umroh mulai menerjunkan diri sebagai Seksi Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII) -organisasi pelajar afiliasi partai Masyumi- ranting SGA Surakarta. Namun, sejak berdirinya NU sebagai partai politik sendiri tahun 1952, Umroh mulai berkenalan dengan organisasi-organisasi di lingkungan NU.
     Sembari mengajar di Perguruan Tinggi Islam Cokro, Surakarta, Umroh yang nyantri di tempat Nyai Masyhud (Keprabon Solo) mulai menerjunkan diri sebagai wakil ketua Fatayat NU Cabang Surakarta. Semangat Umroh yang menyala-nyala membawa pada kesadaran akan perlunya sebuah organisasi pelajar yang khusus menghimpun putra-putri NU.


Membidani Lahirnya IPPNU
       Di mata kader IPPNU saat ini, Umroh merupakan sosok wanita inspiratif . “Beliau adalah inspirator bagi kami. Beliau adalah kebanggan kami,” kata Margaret Aliyatul, ketua IPPNU periode lalu, saat wafatnya Umroh tahun 2009 lalu.
“Ini adalah hal yang luar biasa karena kondisi pada saat itu pasti lebih sulit dibandingkan saat ini, dan beliau bisa merealisasikan pendirian organisasi pelajar putri dan kemudian berkembang menjadi organisasi nasional. Beliau adalah perintis dan kami tinggal melanjutkan saja,” lanjutnya.
      Berdirinya IPNU yang khusus menghimpun pelajar-pelajar putra pada awal tahun 1954, memang tak lepas dari perjuangan Umroh dan kawan-kawan untuk membuat organisasi serupa khusus untuk para pelajar putri. Gagasannya dituangkan lewat diskusi intensif dengan para pelajar putri NU di Muallimat NU dan SGA Surakarta yang sama-sama nyantri di tempat Nyai Masyhud. Kegigihan Umroh memperjuangkan pendirian IPNU-Putri (kelak berubah menjadi IPPNU) membawanya duduk sebagai Ketua Dewan Harian (DH) IPPNU. DH IPPNU adalah organ yang bertindak sebagai inkubator pendirian sekaligus pelaksana harian organisasi IPPNU.
      Aktivitas di IPPNU yang tidak begitu lama diisi dengan sosialisasi dan pembentukan cabang-cabang IPPNU, khususnya di Jawa. Umroh juga tampil sebagai juru kampanye partai NU pada pemilu 1955. Tidak genap setahun menjabat Ketua Dewan Harian, Umroh meninggalkan Surakarta untuk menikah dengan M. Tolchah Mansoer, Ketua Umum PP IPNU pertama.
      Meskipun menetap di Jogjakarta, Umroh tidak pernah melepaskan perhatiannya terhadap organisasi yang ikut dia lahirkan. Kedudukan Dewan Penasehat PP IPPNU yang dipegang hingga saat ini, membuatnya tidak pernah absen dalam setiap perhelatan nasional yang diselenggarakan IPPNU. Riwayat organisasi Umroh berlanjut pada 1962 sebagai seksi Sosial PW Muslimat NU DIY. Kedudukan ini mengantarkan Umroh sebagai Ketua I Badan Musyawarah Wanita Islam Jogjakarta hingga 1987.
       Kesibukan keluarga tidak mengendurkan hasratnya untuk melanjutkan ke Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pendidikan S-1 diselesaikan dalam waktu enam tahun sembari aktif sebagai wakil ketua Pengurus Poliklinik PW Muslimat NU DIY. Sementara itu, perhatian di bidang sosial disalurkan dengan menjabat sebagai ketua Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang membidangi kegiatan-kegiatan di bidang peningkatan kesejahteraan sosial di wilayah Jogjakarta.

Berjuang Lewat Parpol
       Jabatan ketua PW Muslimat NU DIY diemban selama dua periode berturut-turut sejak tahun 1975. Kesibukan ini tidak menghalangi aktivitas sebagai Seksi Pendidikan Persahi (Pendidikan Wanita Persatuan Sarjana Hukum Indonesia) dan Gabungan Organisasi Wanita wilayah Jogjakarta. Naluri politik yang tersimpan selama belasan tahun ternyata tidak bisa dipendam Umroh begitu saja. Aktivitas sebagai bendahara DPW PPP mengantarkannya terpilih sebagai anggota DPRD DIY periode 1982-1987.
        Karir politiknya terus meningkat dari wakil ketua menjadi Pjs. ketua DPW PPP DIY. Jabatan terakhir ini membawa Umroh ke Jakarta sebagai anggota DPR RI dari FPP selama dua periode. Umroh pernah menjabat sebagai ketua Wanita Persatuan Pusat, organisasi wanita yang bernaung di bawah PPP. Sebagai anggota dewan, Umroh tercatat beberapa kali mengadakan kegiatan internasional di antaranya muhibah ke India, Hongaria, Perancis, Belanda, dan Jerman.
      Domisili di Jakarta memudahkan Umroh melanjutkan aktivitas ke-NU-an sebagai ketua Departemen Organisasi PP Muslimat NU, berlanjut sebagai ketua III sampai sekarang. Sempat menikmati pensiun pasca pemilu 1997, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan oleh Pengurus Besar NU mendorong Umroh terjun kembali ke dunia politik sebagai salah satu anggota DPR RI hasil pemilu 1999.
       Sesepuh pendiri Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Hj Umroh Machfudzoh meninggal dunia pada Jumat (6/11/2009) pagi sekitar pukul 06.45 WIB di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Almarhumah meninggal pada usia 73 tahun dan dimakamkan sekitar pukul 15.30 WIB di pemakaman dekat kediaman Komplek Pondok Pesantren Sunni Darussalam, Tempelsari, Manguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.(disarikan dari
www.NU Online oleh Mega IPPNU Rengel)

Senin, 08 September 2014

Bangga NU Grabakan Guyup


GRABAGAN– Pengurus MWC NU Grabagan menyelenggarakan acara Halal bi Halal pada Senin (08/09) lalu di halaman Kantor MWC NU. Acara tersebut diikuti oleh para pengurus NU dan Banomnya.
Tidak hanya para pengurus NU dan Banom, para perangkat pemerintahan dari desa hingga kecamatan pun turut serta memeriahkan acara tersebut. Camat Grabagan Suwito, SH beserta istri nampak hadir di tengah-tengah acara itu. Panitia mengatakan seluruh kepala desa se-Kecamatan Grabagan pun diundang.
“Kebahagiaan sangat kami rasakan. Kami dari jajaran NU baru kali ini menyatukan seluruh warga NU dan seluruh Banom di Grabagan ini. Tahun lalu saja cuma Banom per Banom. Sekarang terasa gema kesatuan dan persatuan NU Grabagan,” ungkap Ketua Tanfidziyah Kiai Mashudi  dalam sambutannya.
Acara yang dimulai pukul 14.30 itu berhasil menghadirkan 2 ribu lebih tamu undangan. Mereka membanjiri halaman Kantor MWC NU yang terletak tidak jauh dari Kantor Camat Grabagan itu. “Saya ikut senang. Ternyata masyarakat Grabagan lebih guyup dan rukun. Semoga tetap lestari kota Grabagan  kita,“ kata Camat asal Banjaragung Rengel itu.

Di akhir acara, Nyai Afidah dari Surabaya mengisi mauidhoh hasanah. Dia menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga ukhuwah keislaman dan ukhuwah nahdliyyah. (edy)

Minggu, 07 September 2014

Wahyudi-Nahriya Pimpin IPNU-IPPNU Bancar

SERAH TERIMA JABATAN: Wahyudi (kiri) dan Nahriya menerima SK ketua dari PC. IPNU-IPPNU Tuban.

BANCAR-Konferensi anak cabang (konfercab) dan Pergantian ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU-IPPPNU Kecamatan Bancar dilakukan
pada 7 September 2014 lalu. Acara tersebut dilaksanakan di MI Roudhotut Tholabah, Desa Banjarjo, Bancar. Dalam konferensi tersebut terpilih ketua baru, yakni Wahyudi sebagai ketua PAC IPNU dan Nahriyah sebgaia ketua IPPNU.
Nahriya terpilih secara aklamasi, sedangka Wahyudi terpilih setelah dilakukan dua tahap pemilihan. Mereka resmi memimpin IPNU-IPPNU Bancar setelah ditetapkan oleh pengurus PC IPNU-IPPNU Tuban sebagai pengganti ketua sebelumnya; Hadi Susanto dan Hirzi.
 “Kami yakin, duet Wahyudi dan Nahriya akan membawa IPNU-IPPNU Bancar menjadi kader yang bermental tangguh, ulet, cerdas dan bermartabat,” kata Hadi.
Menurutnya, mereka berdua itu layak memimpin PAC IPNU-IPPNU Bancar selama dua tahun mendatang. Dengan pengalamannya yang sudah mengenal dan menjadi pengurus selama bertahun-tahun akan membawa IPNU-IPPNU Bancar semakin maju dan besar.

Ketua IPNU terpilih Wahyudi dalam sambutannya mengatakan, akan berusaha sekuat tenaga untuk membesarkan oraganisasi IPNU dan IPPNU di Bancar. Selain itu, berupaya memaksimalkan kinerjanya dalam organisasi. Sehingga ke depan IPNU-IPPNU semakin maju dan besar. (wandi)

Kamis, 04 September 2014

IPNU-IPPNU Semanding Lantik Pengurus



BERITA NUsa EDISI 10//01 Maret 2013 Tulisan:Suwandi

SEMANDING- Pengurus PAC IPNU-IPPNU Semading periode 2012-2014 secara resmi telah dilantik pada akhir Februari lalu di Ponpes Al Mubarok Penambangan. Meskipun suasananya agak sepi, para pengurus tetap bersemangat dalam mengagendakan kegiatan sakral 2 tahunan tersebut. Bahkan, beberapa tokoh NU dan Banomnya, serta Muspika Kecamatan Semanding hadir dalam acara itu, di antaranya: ketua MWC NU Semanding, PAC Muslimat Semanding, Pengasuh Ponpes Al Mubarok, PAC Ansor Semanding, Kapolsek Semanding dan Muspika kecamatan Semanding. PC IPNU-IPPNU Kabupaten Tuban pun hadir.
Pengurus mengharapkan ke depan para kader muda NU yang saat ini menjadi pengurus IPNU-IPPNU menjadi kader yang bisa menghadapi berbagai tantangan global yang bersifat negatif. Selain itu, mereka juga mengharapkan pengurus IPNU-IPPNU Semanding mampu  mengembangkan amanah, yakni tugasnya sebagai kader militan NU Semanding.
“Kami sangat senang dengan adanya acara pelantikan ini, karena acaranya berjalan dengan lancar. Meski tergolong agak sepi, alhamdulillah prosesi pelantikaan berjalan cukup meriah,” ungkap Lilik, salah seorang panitia.

Posisi ketua IPNU dipegang oleh Muhammad Arizha Sulton dan Zuli Kusniawati sebagai ketua IPPNU. “Mudah-mudahan saya dan pengurus IPNU maupun IPPNU yang lainnya bisa mengemban tugas secara maksimal dan bersungguh-sungguh. Dan kami juga mohon dukungannya dari semua pihak, khususnya pada warga NU yang ada di Kecamatan Semanding, agar mendukung kegiatan-kegiatan yang diagendakan oleh pengurus IPNU-IPPNU Kecamatan Semanding,” ungkap Arizha. (suwandi)

ASWAJA NUsa 4 - Tantangan Global Ahlussunnah wan Jamaah




Akhir Juni lalu, Aswaja PWNU Center menyelenggarakan seminar internasional dengan menghadirkan dua narasumber, Syeikh Salim Alwan al-Husaini, sekjen Darul Fatwa Australia dan Prof. Dr. H. Mohammad Baharun, ketua komisi MUI Pusat dan rektor Unas Bandung. Berikut laporan wartawan NUsa Syihabuddin yang hadir dalam seminar tersebut, dan berikut laporannya.

Ahlussunnah wal jamaah sebagai firqoh memang berangkat dari gejolak yang ditimbulkan oleh kerancuan gagasan tentang model-model keyakinan politik yang berimbas pada doktrinasi akidah. Benturan antara syi’ah dengan khawarij, muktazilah dengan jabariyah dan qadariyah, serta sekte-sekte ekstrim lainnya, termasuk musyabihah dan qaramithah telah mengantarkan pada kondisi umat Islam penuh gejolak. Sekte-sekte tersebut lahir karena adanya usaha untuk mencampuradukan gagasan-gagasan agama lain ke dalam agama Islam, misalnya gagasan-gagasan zoroaster, paganisme, helenisme, israiliyat, dan nasrani nestorian. Gejolak-gejolak tersebut menjadikan ajaran Islam yang murni, yang diwariskan dari para generasi sahabat,tabi’in, dan tabi’it tabi’in ke generasi selanjutnya menjadi terancam orisinalitasnya.
Beruntung seorang ulama mantan pengikuti madzhab muktazilah, Abu Hasan al-Asy’ari menyadari akan kelemahan dan ancaman tersebut. Ia pun membangun konsep doktrinasi Islam yang murni langsung dari Rasulullah, para sahabat dan ulama melalui kajian dari berbagai nash al-Qur’an dan sunnah. Alih-alih menganggap doktrinasi al-Asy’ari baru, namun lebih pada meneruskan tradisi berfikir secara orisinil terhadap syari’at dan aqidah Islam. Disebutlah ahlussunnah wal jama’ah, golongan yang berpegang teguh dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah, serta para sahabat yang telah mengikutinya.
Mengutip pernyataan Syeikh Abu Ishaq as-Syirazi, Syeckh Salim mengatakan “al-Asya’ariyyah adalah ahlussunnah wal jama’ah itu sendiri dan penegak syari’ah. Mereka bangkit untuk membantah para penyebar bid’ah seperti sekte Qadariyah dan lain-lain. Maka siapapun yang mencela mereka, berarti telah mencela ahlussunnah. Dan jika diajukan perkara dia itu kepada pemimpin yang mengurus perkara umat Islam, maka wajib untuk diberi pelajaran dengan hukuman yang membuat setiap oran jera.”
Selang beberapa tahun setelah konsep al-Asy’ariyah diakui sebagai jalan terbaik menyelamatkan aqidah Islam, muncul ulama di belahan wilayah Khurasan yang menguatkan pendapat tersebut dan mengokohkan kebenaran doktrinasi al-Asy’ari, yakni, Abu Mansur al-Maturidzi. Ia memberikan tambahan dan ulasan lebih panjang tentang kebenaran ahlussunnah dan memberikan petunjuk tentang kesalahan para sekte lainnya.
“Jika disebut ahlussunnah wal jama’ah maka yang dimaksud adalah Asy’ariyah dan Maturidziyah,” jelas Syeikh Salim mengutip pernyataan al-Hafidz Murtadla az-Zabidi yang  ditertulis dalam syarah kitab Ihya’ulumuddin.    
Kebenaran doktrinasi kedua madzhab tersebut dibuktikan dengan adanya pengikut terbesar dalam umat Islam. Mayoritas umat Islam dunia telah mengakui dan mengikuti ajaran yang diajarkan oleh al-Asy’ari dan al-Maturidzi. Hal tersebut didukung oleh hadits riwayat ibnu majah “Idza ro’aitum ikhtilafan fa’alaikum  bi al-sawadu al-‘adzam—Kalau kalian melihat adanya perselisihan, maka berpegang teguhlah pada ajaran mayoritas umat (Islam)”.
“Maka jelaslah bahwa aqidah yang benar yang dianut oleh generasi ulama salafus shalihin adalah ajaran yang dianut oleh Asy’ariyah dan Maturidziyah. Jumlah mereka mencapai ratusan juta umat Islam, mereka adalah kelompok mayoritas dalam umat ini,” lanjut Syeihk Salim.
Lebih tegas dikatakannya, bahwa golongan ahlussunnah wal jama’ah adalah penganut madzhab Hanafi,  Maliki, Syafi’i dan pemuka madzhab Hambali yang lurus. Rasulullah telah mengabarkan bahwa mayoritas umatnya tidak akan tersesat, maka sungguh beruntung orang-orang yang berpegang teguh dengan ajaran ini.

Tantangan dari Wahabi
  Walaupun menjadi aqidah mayoritas umat Islam di dunia dengan pengikut  ratusan juta orang tidak membuat ahlussunnah wal jama’ah aman dari tantangan dan perlawanan dari pemikiran yang ingin menyesatkan. Sejak kemunculannya sebagai firqoh ahlussunnah wal jama’ah sudah menuai tantangan yang keras dari golongan-golongan ekstrim.  Terutama dari kelompok-keompok yang berafiliasi kepada imam Ahmad bin Hambal, yang menyesatkan pemikiran dan apa yang diajarkan oleh Imam Hambali. Mereka menamakan dirinya sebagai ahlussunnah wal jama’ah dan pengikut salafus shalihin, mengaku-ngaku mengikuti jalan mereka dan menggunakan cara-cara ekstrim dalam menyampaikan ajarannya. “Akan tetapi mayoritas umat pengikut madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali yang lurus tidak menyetujui mereka dan bahkan menentangnya,” jelas Syeikh Salim.
Di era sekarang, golongan ekstrim penganut imam Hambali tidak lain adalah kelompok wahabiyah yang sekarang mendapatkan dukungan penuh dari negara Arab Saudi. Mereka dengan segala cara menyebarkan doktrin-doktrin ekstrim wahabi, melalui penyebaran kitab-kitab, buletin, beasiswa, dan pembangunan Universitas yang beraliran wahabi. Di Indonesia ada LIPIA yang mengkader agen-agen Wahabi secara intensif untuk menghanguskan faham ahlussunnah wal jama’ah di Indonesia.
“Kami harapkan kepada warga nahdliyin untuk waspada terhadap kitab-kitab yang tersebar di beberapa toko buku, tawaran beasiswa ke LIPIA, dan iming-iming hadiah untuk menjadi agen-agen wahabi,” pesan Kiai Hasan Mutawakil, ketua PWNU Jatim dalam sambutannya.
Untuk memudahkan tujuannya mereka menggunakan berbagai cara.Mereka menyebarkan fitnah, mengkafirkan dan membunuh dengan sesuka hatinya, dan membuat tindakan yang meresahkan dan menjengkelkan umat Islam,” tambah Syeikh Salim. Dan yang paling kentara kelompok wahabi mengamalkan sikap Ghuluw, yakni sikap berlebihan dalam beragama. Imbasnya mereka dengan sesuka hati menggunakan cara kekerasan dengan alasan “demi tegaknya ajaran islam” yang tentu saja menurut versi mereka sendiri, bukan mayoritas umat islam.

Tantangan dari Syi’ah Modern
Kendati tantangan dari sekte wahabi membahayakan penganut faham ahlussunnah wal jama’ah, namun ada tantangan lagi yang lebih berbahaya dan cukup mengkhawatirkan keberlangsungan Islam moderat di Indonesia, yaitu syi’ah. Mereka tidak kurang canggihnya dengan wahabi dalam memerangi doktrin Islam ahlussunnah wal jama’ah di Indonesia. Lebih-lebih ketika kran reformasi tahun 1998 telah dibuka dan isu HAM semakin dikuatkan.
Jika pada masa orde baru faham keagamaan ahlussunnah wal jama’ah mendapatkan perlindungan dari negara, dan demi ketertiban beragama negara menggerakkan Kopkamtib dan Laksusda (di daerah) menghentikan gerak laju aliran-aliran sesat yang berusaha masuk. Namun sekarang berbeda, semua aliran sesat berkembang biak dengan cepat, mulai dari nabi palsu hingga masuknya syi’ah secara bebas ke Indonesia. ‘’Ini sangat berbahaya bagi keberlangsungan Islam Indoensia.” tegas Prof. Dr. H. Mohammad Baharun, ketua komisi MUI Pusat dan rektor Unas Bandung..
Dikatakanya, kendati bermusuhan, Wahabi sedikit memiliki kesamaan dengan ahlussunnah wal jama’ah. Mereka memiliki aqidah yang sama, syahadat yang sama, cara shalat yang sama, adzan yang sama, nabi yang sama, dan rukun Islam dan rukun Imam yang sama. Namun berbeda dengan Syi’ah, mereka memiliki syahadat yang berbeda, adzan yang berbeda, cara shalat yang berbeda, dan doktrin tauhid yang berbeda. Dengan demikian, kesimpulan Baharun, Syi’ah jauh lebih berbahaya dan harus diwaspadai melebihi kewaspadaan terhadap wahabi.
Kaderisasi Syi’ah terhadap anak-anak Indonesia cukup sistematis, mereka menawarkan beasiswa ke Qum, Iran. Lulus kuliah mereka akan mendanai untuk membentuk sebuah yayasan dan membangun lembaga pendidikan. Setelah itu proses pemantapan dan pembinaan diteruskan di YAPI Bangil Pasuruan. Jaringan tersebut menjadi semacam bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak dan menghancurkan keyakinan Islam ahlussunnah wal jama’ah.
Kader-kader syi’ah selalu mencela faham ahlussunnah wal jama’ah di beberapa tempat, mencela istri-istri Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, para sahabat, dan madzhab empat. Kasus Sampang, Bondowoso, Pekalongan, dan NTB mungkin menjadi contoh betapa berbahayanya mereka terhadap ketentraman umat Islam. “Sebelum membesar kasus penyebaran syi’ah ini perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tidak hanya mengancam moderatisme ahlussunnah wal jama’ah namun juga keamanan masyarakat secara umum,” tambah ketua komisi MUI pusat ini.
Di belahan dunia lainnya Syi’ah sudah banyak menimbulkan masalah sendiri. Karena itu di Malaysia tidak mengizinkan praktik syi’ah dilaksanakan, di Brunei Syi’ah jelas-jelas diharamkan, di Irak dan Pakistan konflik sunni-syi’ah terus berlangsung, di Bahrain syi’ah melakukan pemberontakan, di Suriah penganut sunni dibantai oleh pemerintah, dan di Yordan, Maroko dan Aljazair syi’ah menuai larangan. Begitu juga di Yaman, ponpes sunni di Bom oleh Syi’ah.
Indonesia yang merupakan basis terbesar penganut ajaran ahlussunnah wal jama’ah menghadapi dua ancaman dari kepentingan dua kutub kekuatan global yang berkembang saat ini. Jika pada masa perang dunia II faham yang turut andil dalam benturan peradaban adalah faham sekulerisme, yaitu Kapitalis-liberalis vis a vis komunis-sosialis. Tapi kedua isu tersebut saat ini kurang menarik menjadi isu-isu kontemporer, maka dimunculkanlah isu-isu wahabisme dan syi’ah sebagai pengganti propaganda untuk memulai benturan peradaban, meminjam istilah Samuel Hutington.
Wahabisme yang dimotori oleh Arab Saudi mendapatkan dukungan penuh dari negara-negara kapitalis, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, dan Australia. Sedangkan Syi’ah yang dimotori oleh Iran mendapatkan dukungan penuh dari Rusia, Tiongkok, dan Korea utara. Masing-masing dari Arab Saudi dan Iran mengembangkan doktrinasinya di negara-negara Timur Tengah, keduanya saling berebut kekuatan politik untuk mengokohkan dominasi kekuatannya. Tidak hanya di Timur Tengah, tapi juga di semua negara mayoritas penduduk Islam, termasuk di Indonesia.
Sebagai penganut  Islam ahlussunnah wal jama’ah yang berada diposisi tengah dalam beragama dan bernegara bangsa Indonesia mendapatkan dua serangan sekaligus dari wahabi dan syi’ah. Mungkin Amerika Serikat menyadari kalau serangan kapitalis neoliberalis belum cukup untuk meruntuhkan Islam moderat bangsa Indonesia, maka dijadikanlah serangan terhadap aqidah keyakinan tersebut sebagai subyek.  

Disinilah peran ahlussunnah wal jama’ah harus tetap gagah mempertahankan ajaranya dan menghentikan terjadinya perang dunia III, antara kepentingan wahabisme Arab Saudi-Amerika Serikat dengan syi’ah Iran-Rusia-Tiongkok. (*)