Adalah
rasa syukur yang layak kami ucapkan di awal tulisan ini. Ini bukan ungkapan
''basa-basi'' sebagai penanda bahwa awak kru NUsa adalah para santri NU yang
tahu dalil soal bersykur. Namun, terbitnya tabloid ini memang sebuah
''keajaiban'' yang luar biasa yang sepatutnyalah disyukuri.
Seharusnya tabloid ini sudah terbit dan bisa
dinikmati pembaca pada tiga bulan lalu. Namun, begitu tim dibentuk dan
perencanaan penerbitan perdana dilakukan, cobaan besar menimpa. Bambang
Widjanarko yang merupakan salah satu kru inti tabloid NUsa, dipanggil
keharibaan Allah SWT secara mendadak (semoga Allah mengampuni segala
kesalahannya dan menerima amal baiknya). Kepergian Mas Wid (panggilan akrab
Bambang Widjanarko) tentu menjadi pukulan berat bagi kru NUsa. Mengingat, Mas
Wid yang sudah bertahun-tahun menjadi wartawan diharapkan bisa menjadi salah
satu penyangga terbitnya NUsa.
Lebih tragisnya lagi, bersamaan dengan kepergian Mas
Wid, beberapa awak redaksi yang semula berjumlah sekitar 15 orang, satu persatu
juga berguguran. Seiring dengan perjalanan waktu, tim yang bertahan dan ''lolos
seleksi alam'' tidak lebih dari jumlah jari tangan manusia.. Dan mereka itu
bukanlah wartawan-wartawan yang sudah berpengalaman dan mahir merangkai kata,
melainkan calon-calon wartawan yang masih awam tentang jagad kejurnalistikan.
Karena itu, kondisi terasa kiat berat. Gambaran untuk menerbitkan sebuah
tabloid, juga terasa semakin buram.
Namun, di tengah-tengah ''keputusasaan'' tersebut
sejumlah dorongan dan harapan terus berdatangan. Sehingga, dengan sisa-sisa
tenaga yang ada, akhirnya rencana penerbitan kembali dikobarkan. Pelan tapi
pasti, langkah terus diayunkan. Beberapa awak redaksi terpaksa harus melakukan
kerja ekstra untuk membuat laporan-laporan yang akan disajikan di edisi pertama
ini.
Selain keterbatasan SDM, juga ada persoalan lain
yang juga mengganggu. Yakni, keterbatasan (untuk tidak mengatakan tidak ada)
peralatan yang diperlukan untuk menunjang penerbitan. Namun, untuk hambatan
yang kedua ini kami mencoba mengabaikannya. Kami berprinsip: keterbatasan
fasilitas tidak boleh membelenggu kami untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat.
Karena itu, kami terus mencoba mengatasi sejumlah keterbatasan tersebut.
Dan alhamdulillah, semua akhirnya bisa dilalui. Tabloid NUsa yang kita
proyeksikan untuk media komunikasi warga NU di Tuban ini akhirnya bisa
diterbitkan.
Pada edisi pertama ini, kami dengan sepenuh hati menyadari
akan banyaknya kekurangan yang masih terjadi. Namun, kami telah mencoba
melakukan yang terbaik. Kami telah berikhtiar menyajikan laporan-laporan yang
diharapkan tidak hanya sekedar menarik untuk dibaca, namun juga memberikan
manfaat bagi mereka yang membaca. Kami berharap, laporan-laporan tersebut bisa
menjadi media informasi, edukasi, dan juga inspirasi.
Secara garis besar, kehadiran Tabloid NUsa ini membawa tiga misi
penting yang hendak kami sampaikan kepada warga NU di Tuban. Pertama, misi
ke-NU-an. Kami berharap kehadiran tabloid ini bisa memberikan pemahaman dan
informasi yang banyak mengenai dinamika yang terjadi di lingkungan NU. Kedua,
misi pendidikan. Kami berharap, persoalan-persoalan pendidikan, baik yang
terjadi di lingkup nasional atau lingkup NU (ma'arif) bisa terinformasikan ke
warga NU secara lebih luas.
Berikutnya (ketiga) adalah misi kewirausahaan. Misi ini
dimaksudkan untuk memompa munculnya semangat kewirausahaan di lingkungan
warga NU. Hal ini dilandasai kesadaran bahwa semangat kewirausahaan di
lingkungan NU masih relatif rendah. Jauh tertinggal dengan semangat berpolitik
yang begitu berkobar dan mendapatkan perhatian warga NU begitu besar.
Untuk melaksanakan misi ketiga ini, di tabloid ini kami hadirkan rubrik
Tokoh Inspiratif dan Kewirausahaan yang berupa kisah seseorang yang merintis
dan membangun usaha hingga beerhasil. Kami berharap, dari laporan tersebut,
pembaca bisa mendapatkan inspirasi untuk memulai dan menggeluti dunia
kewirausahaan.
Ke depan, kendati tetap berada di bawah koridor tiga misi
tersebut, kami berharap ada penyempurnaan dan penambahan-penambahan laporan
atau tulisan yang bisa disajikan. Bahkan, kami juga berharap bisa menampilkan
rubrik budaya atau sastra yang bisa menjadi media hiburan dan penghalus
perasaan.
Kami sadar, semua itu bukanlah pekerjaan mudah. Karena itu, sumbahsih
pembaca sangat kami butuhkan. Kritik dan saran senantiasa kami harapkan. Rasa
memiliki, baik dalam bentuk kesediaan untuk menjadi pembaca dan penyumbang
tulisan untuk NUsa kami harapkan bisa tumbuh di kalangan warga NU di Tuban.
Percayalah NUsa yang merupakan kependekan dari NU untuk bangsa benar-benar
diterbitkan untuk kepentingan bangsa pada umumnya dan warga NU pada khususnya.
Insya Allah…..
Wassalam
0 komentar:
Posting Komentar