Memotret
Geliat Kebangkitan Kembali L.P. Ma’arif NU Tuban
Menjahit
Kembali Kain Robek
Suasana Rapat Kerja Di STITMA Tuban |
Semangat untuk bangkit
dari ‘’mati suri” sangat terasa pada Rapat Kerja (Raker) L.P. Ma’arif NU Tuban
pada awal Februari lalu. Berbagai program diagendakan untuk menghidupkan
kembali lembaga yang mengurusi pendidikan ini. Apa saja keputusan-keputusan
raker yang diharapkan bisa menggairahkan Ma’arif Tuban?
PC LP Ma’arif NU Tuban
dalam 3 periode kepemimpinannya selalu dipimpin oleh pegawai negeri.
Sebenarnya, sah-sah saja Ma’arif dipimpin oleh siapa pun dan dengan latar
belakang apa pun. Pengusaha, pedagang, PNS, pegawai bank, bahkan politisi
sekalipun. Secara aturan, tidak ada yang melarang. Asal dia beragama Islam yang
berhaluan ahlussunnah wal jama’ah,
berkelakuan baik dan sehat jasmani dan rohaninya, orang itu bisa memimpin
Ma’arif.
Namun, saat diduduki
PNS-lah Ma’arif terbengkelai. Banyak lembaga-lembaga yang ada di berbagai
kecamatan “mutung” dengan Ma’arif. Bentuk kemutungannya itu bermacam-macam. Ada
yang tetap meminta SK kepala, tenaga pendidik dan kependidikan lembaga, tapi
selalu mengeluhkan kepasifan Ma’arif. Rata-rata yang seperti ini beralasan masih
tetap masih ingin “ngurip-urip Ma’arif”.
Di lain pihak, ada yang secara frontal tidak mau menginduk ke Ma’arif dan tidak
pernah mengikuti kegiatan Ma’arif dengan alasan tidak-adanya kemaslahatan
menginduk ke Ma’arif. Kondisi yang demikian mengakibatkan beberapa MWC Ma’arif
NU tidak hidup. Di Merakurak Ma’arif tidak jalan, di Kerek Ma’arif hanya
memunculkan nama, di Plumpang Ma’arif dikelola KKM yang secara fitrahnya
merupakan tangan panjang Kemenag Tuban.
Tidak hanya lembaga
yang ada di daerah, para pemangku jabatan tinggi di PCNU Tuban pun mencium dan
menilai hal yang serupa. Di Konferensi PCNU Tuban (pertengahan 2013), Ma’arif
mendapat kritikan bertubi-tubi dari pengurus daerah. Ketika PCNU Tuban Turba ke
seluruh kecamatan pun Ma’arif selalu mendapat sorotan tajam. Nama Ma’arif,
dalam kondisi itu, seolah tidak memiliki celah untuk menjelaskan semua usaha
yang telah dijalankannya. Drs. Mahfud, M.Pd (ketua PC LP Ma’arif NU Tuban
periode sebelumnya) dalam beberapa kesempatan menjelaskan berbagai usaha yang
telah dilakukannya. Bahwa adanya kekurangan dalam pengelolaan Ma’arif tetap
diakuinya, tapi usaha untuk menata manajerial perkantoran pun telah
dilakukannya juga. Tidak hanya itu, pelayanan yang diberikannya untuk mengurusi
nasib guru sertifikasi pun telah dilakukannya. Namun, usaha yang dilakukannya
itu, menurut sebagian besar orang masih terlalu kecil. Sesuai dengan apa yang
diungkapkan KH. Cholilurrohman (rois syuriah PCNU Tuban) bahwa Ma’arif itu
besar dan memiliki kekuatan yang sangat besar, asal diurus dengan serius.
Ketua L.P. Ma’arif yang
baru, Akhmad Zaini mengaku paham dengan persoalan yang ada di Ma’arif. Dia melihat
memang ada seabrek masalah yang melilit-lilit Ma’arif dan membutuhkan
penanganan serius. Karena itu, dia menyadari, tidak mudah mengurusi Ma’arif
sambil menjadi guru PNS. Untuk itu, dia sangat menghargai usaha yang telah dilakukan
para pendahulunya.
“Memang tidak mudah
mengurusi Ma’arif sambil menjadi guru PNS. Kalau menjadi Kepala Sekolah negeri,
agak mending. Tidak dikejar banyak waktu untuk mengajar. Tapi, coba bayangkan
ketika menjadi guru PNS. Setiap hari diabsen kehadirannya. Kalau sekali ijin
untuk Turba tidak apa-apa. Masak mau absen terus setiap pekan untuk Turba. Karena
itu saya melihat Pak Mahfud sudah melakukan usaha keras untuk tetap
menghidupkan Ma’arif, sembari menjadi guru PNS,” terang Zaini dalam perjalanan
ke Kajen-Pati untuk takziah ke rumah Rais Aam PB NU KH M.A. Sahal Mahfudz.
Seolah tidak ingin
berlarut dalam zona kelam yang berisi ungkapan-ungkapan saling menyalahkan,
kepasifan ide dan tindakan, serta kemuraman masa depan; Zaini bertekat
merekonstruksi bentuk PC LP Ma’arif NU Tuban dengan wajah yang baru. Dalam
sambutan yang disampaikannya ketika acara pembukaan Raker PC LP Ma’arif NU
Tuban (Sabtu, 01 Februari 2014) dia menyatakan aka nada 3 katagori program yang
akan dia lakukan untuk kembali mengangkat harkat derajat Ma’arif dari
keterpurukan.
“Secara umum, dalam
periode ini saya akan membuat program yang mengandung 3 unsur. Yakni, pertama,
program yang bermakna konsolidatif, idiologis dan ketiga program yang bernuansa
motivatif,” ungkap Zaini.
Pertama, dengan program
konsolidatif, dia ingin merekatkan kembali ketercerai-beraian antar-lembaga-lembaga
pendidikan yang dikelola oleh warga nahdliyin dan LP Ma’arif, baik PC maupun
MWC. “Saya ingin menjahit kembali kain yang sudah sobek,” harapnya.
Kedua, dengan program
ideologis. Dia meyakini bahwa ikatan ukhuwah
antara PC LP Ma’arif NU Tuban dengan seluruh MWC LP Ma’arif se-Kabupaten Tuban,
antara PC LP Ma’arif NU Tuban dengan seluruh lembaga yang bernaung di payung LP
Ma’arif NU Tuban dan antara MWC LP Ma’arif NU dan lembaga pendidikan di seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Tuban bukanlah direkatkan oleh “dana”.
“Kalau dana yang
dipakai untuk merekatkan kembali ukhuwah
seluruh elemen di dalam LP Ma’arif, saya kira Ma’arif tidak mampu, karena
Ma’arif tidak memiliki apa-apa. Tapi ukhuwah
ini akan menjadi besar dan kuat ketika ikatan yang merekatkan adalah ikatan idiologis,
yakni ahlussunah wal jamaah. Kita
bersatu karena ingin menjaga dan membesarkan jam’iyah Nahdlatul Ulama. Saya
kira dengan cara itu Ma’arif akan kembali besar,” tegas Zaini. Dia bertekat ingin
kembali membangkitkat ghirah ahlussunnah
wal jama’ah di dalam lembaga yang bernaung di bawah payung PC LP Ma’arif NU
Tuban.
Ketiga, dengan program
motivatif. Yakni dengan akan mengadakan Ma’arif Awards. Dengan program ini,
Zaini ingin menumbuhkan semangat berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di
antara lembaga yang menginduk kepada PC LP Ma’arif NU Tuban. Bagi Zaini,
program ini adalah program strategis untuk menciptakan suasana kompetitif di
anatara lembaga untuk menjadi yang terbaik, sehingga ketika integrasi sosial
antar-lembaga terjadi, maka itu akan berjalan bersamaan dengan persaingan sehat
yang mengarah kepada kemajuan PC LP Ma’arif NU Tuban. (wakhid)
0 komentar:
Posting Komentar