Pasarkan Sampai Malang dan Mojokerto
|
DAUN PANDAN: Pengrajin anyaman membuat tas dari daun pandan. |
Bermodal
keterampilan, semua pun jadi lading usaha yang mampu menghasilkan uang. Motto
ini yang selalu tertanam dalam hati Suryani, seorang ibu rumah tangga yang
kreatif dalam mengayam daun pandan. Bagaimanakah peluang bisnisnya?
Usaha menganyam daun pandan telah menjadi
warisan leluhur bagi Suryani, warga Desa Sumberjo Kecamatan Widang.“YaMas, ini semua
bermula dari keluargaku dulu. Entah kapan mulainya. Aku tidak tahu,” katanya saat ditemui NUsa. Suryani mengaku
sejak dulu sudah terbiasa dengan tangan yang terampil, sehingga ide-idenya untuk
menciptakan karya dari hasil olah tangannya dalam menganyampan dan kian mudah dikeluarkan.Tak
pelak, anyaman yang terbuat dari daun sejenis pandan yang biasanya hanya bisa dirupakan
tikar, kini mampu beralih wajah menjadi tas cantik yang bernilai ekonomis. Apalagi,
tuturnya, daun panda khas desa asalnya, yakni Sumberjo, memiliki kualitas lebih
baik daripada daun pandan pada umumnya. Akhirnya, kini usahanya itu telah semakin
diminati oleh ibu-ibu Fatayat maupun Muslimat NU.
Usaha yang bermodal awal hanya 1 juta
rupiah itu dikenal dengan julukan Surya PW. Julukan itu bermula dari Ibu Suryani
(38) dan adiknya, Rina Niswatin (27). Untuk memperbaiki kualitas warisan leluhur,
Suryani dan Rina pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM di
desanya. Karena bahan yang dipakai dalam pelatihan itu relative lebih mahal,
maka Suryani mencoba mencari bahan yang terjangkau harganya, sesuaikan tong
orang yang tinggal di sekitar rumahnya. Akhirnya Suryani memutuskan memproduksi
tas cantik yang terbuat dari bahan sederhana, pandan. Meski demikian,
kolaborasi antara hasil pelatihan dari PNPM, kemampuan pribadinya yang telah terbentuk
daripara pendahulunya dan bahan pandan yang sederhana tapi berkualitas baik mampu
menghasilkan karya kerajinan yang menarik.
Al hasil, usaha yang hanya dianggap sampingan
itu ternyata berbuah manis. Ditangan terampil Suryani dan Rina, barang yang
pada umumnya terkesan biasa, kini telah mendapat perhatian khusus dari para konsumen.
Berbagai hasil karya mereka telah dibandrol dengan harga beragam. Seperti, tas dompet
harganya sekitar 35.000 rupiah, tas ABG model harganya 50.000 rupiah, tas Hello
Kitty harganya 60.000 rupiah dan tas belanja besar dihargai 70.000 rupiah. Bahkan
ada bentuk lain, jika konsumen menghendaki bentuk yang berbeda.“Harga yang
berbeda itu disebabkan oleh tingkat sesulitan dan bahan yang diperlukan waktu pembuatannya,”
kata Rinadi sela-sela kesibukannya.
|
Beberapa tas dari duan pandan. |
Konsumen Sampai Malang dan Mojokerto
Usaha anayaman daun pandan yang digeluti
Suryani dan Rina ini kini telah terpasarkan sampai Malang dan Mojokerto. Ceritanya,
pada awalnya system pemasaran produk kreasinya itu hanya melalui getok tular. Karena
getok tular itu akhirnya usahanya mampu dipasarkan sampai di Babad, Plumpang dan
Lamongan. Karena banyak yang minat, iseng-iseng, Juki seorang warga dari Desa Tunah
Kecamatan Widang meminta keluarganya yang ada di Malang dan Mojokerto untuk ikut
memasarkan hasil kreasi Suryani. Tak disangka, sambutan pasar di dua kota itu ternyata
baik. Sehingga produk hasil olahan Suryani ini telah menemukan pasarnya di
sana. “Karena banyaknya pesanan tapi tenaga kami minim, kami sampai menolak pesanan,”
kata Rina.
Namun, kini produk anyaman Suryani dan Rina
ini telah dipasarkan via online. Bahkan pengusaha wanita ini kini telah berani memamerkan
hasil karyanya di Rest Area Tuban sampai sekarang. Dikatakan, usaha kerajinan ini
harus ditopang oleh 3 hal, yaitu kemauan, modal dan yang terpenting pemasaran.
Rahasia dan Tantangan
Membuat kerajinan itu merupakan sebuah tantangan
tersendiri di benak para pengrajinnnya. Usaha ini murni membutuhkan tenaga ekstra
dari mulai pencari anbahan, membuat sampai cara agar produk diminati para konsumen.
Inilah letak diminati atau tidaknya usaha ini oleh para pemula usaha, sehingga banyak
sekali orang yang kurang minat dengan usaha ini.Namun, rina berbeda. Dia mengungkapkan
bahwa berkarya itu tidak sulit dan bahkan baginya mudah sekali. Hanya butuh keuletan
dan kesabaran saja.
Sebenarnya, kerajinan yang satu ini sama
seperti kerajinan pada umumnya, tapi yang menjadikan berbeda adalah bahannya
yang pilihan dan metode pembuatannya yang unik. Langkah pertama pembuatannya, yaitu
mempersiapkan bahannya yang meliputi lemkayu, gunting, palu, benang dan alat jahit.
Kedua, kayu yang sudah disiapkan dilem untuk menghilangkan jamur. Kemudian membuat
pola atau gambar, setelah itu barang setengah jadi itu dijahit sesuai pola yang
disiapkan. Setalah terbentuk, tas diberi milamin/diflitur agar terlihat halus. Kemudian
terakhir dijemur agar terlihat bagus dan mengkilat.
“Rahasianya agar produktas ini awet dan tetap
bagus warnanya, jangan sampai disimpan pada tempat yang kedap udara seperti lem
aria tertutup,” jelas Rina. (edy)