Kamis, 01 Oktober 2015

DARI KAMI TABLOID NUsa EDISI 41//Belajar dari Pola Ciptaan Allah



Pada suatu ketika, kami mendengar sebuah ceramah yang segar dari MH Ainun Najib, atau yang sering disapa Cak Nun. Ceramah itu sejatinya membicarakan tentang membaca Al-Qur’an dengan langgam jawa. Meski banyak pendirian para alim-ulama dalam menanggapi hukumnya, Cak Nun nampaknya mengambil sisi kebolehannya. Namun, harus tetap memperhatikan sisi makhorijul huruf, tajwid dan maknanya. Dan yang paling penting adalah langgam itu tidak dibuat-buat sendiri, semau hati sendiri, sehingga merusak ketiga elemen tersebut.
Namun, di sini kami tidak mau mendalilkan tentang siapa yang benar dalam permasalahan itu. Hanya saja, ada hal baru yang mampu dipetik dari diskusi Cak Nun, Sujiwo Tedjo dan para jamaah Maiyah itu. Hal baru tersebut adalah pola yang selalu Allah tampilkan dalam semua ciptaannya ini. Alam jagad raya ini terdiri dari planet-planet yang bergerak membentuk pola. Dalam kehidupan sehari-hari pun, kita sering menyaksikan pola-pola yang ada di hadapan mata kita. Mungkin pola perilaku yang ditunjukkan teman-teman kita, pola system tempat kita bekerja, bahkan apa yang terjadi pada diri kita sendiri, kita akan menemukan pola. Dan pola itu, diyakini, selalu dibentuk dari titik-titik yang tidak terhingga, namun mengikuti ritme tertentu. Dan diyakini pula, ritme tersebut pada ujungnya membentuk pola gambar lingkaran.
Di dalam NUsa, kami pun merasakan hal itu. Ada pola-pola yang sampai sekarang ini terbentuk sejalan dengan berjalannya NUsa. Mulai dari pola keredaksian, pemasaran, iklan, keuangan, kemanusiaan, dan masih banyak pola yang lainnya. Semua masih berjalan dan masih menentukan titik-titik yang belum selesai.
Dalam kasus manajemen perguruan tinggi di Tuban yang hari-hari ini mengguncang jagad Tuban pun demikian. Ada pola yang berjalan. Entah kini sudah dalam bentuk apa pola itu. Namun, bila dicermati ada pola yang terbentuk. Misalnya, manajemen lembaga yang mengikuti aturan, pasti akan terasa polanya. Kemudian, ada penyimpangan-penyimpangan. Penyimpangan itu kian hari kian tambah. Dan pada akhirnya akan ketemu polanya. Jika kita merenung dengan pola-pola ini, maka kita akan menjadi orang yang bijak.

Lalu, bagaimana dengan LAZISNU Tuban? Digadang PCNU Tuban untuk menjadi sumber keuangan dakwah, bagaimana pola yang akan dibentuk ke depan? Kami menunggu. (*)

0 komentar:

Posting Komentar