Terpencil tak Halangi Kemajuan
Dulu bermula dari IPNU-IPPNU,
kemudian menjadi madrasah formal tradisional. Kini MI Salafiyah Mahbubiyah pelan-pelan
berubah menjadi “modern”. Penerimaan Siswa baru kini bisa online.
Sebelum
1962, belum ada madrasah di Desa Bandungrejo, Plumpang. Kehidupan masyarakat
desa masih belum tersentuh dengan pengajaran formal melalui madrasah. Saat itu,
pembelajaran yang terjadi baru sebatas anak-anak usia IPNU-IPPNU yang mengaji
kitab kepada Kiai setempat, KH. Rohmat. Dari ngaji kitab itu, akhirnya
dibentuklah pengurus IPNU-IPPNU.
“Ngaji itu seolah seperti madrasah, tapi
berbentuk diniyah,” ungkap Moh. Djaeri, komite madrasah yang sekaligus pelaku
sejarah beridirnya MI Slafiyah Mahbubiyah itu. Pelajaran yang diajarkan adalah
dari kitab Sulam Safinah, Bidayah dan Taqrib.
Kegiatan
mengaji itu sempat terhenti setahun, yakni pada 1965. Kemudian pada 1966, atas
tekat bersama para kiai, tokoh masyarakat dan desa didirikanlah madrasah dengan
gedung pertama berupa rumah bambu “bongkotan”. Dijelaskan Mbah Djaeri, letak
madrasah itu dulu di sebelah Masjid Al-Khosmani (kini nama Masjid itu adalah
Al-Muttaqin, Bandungrejo). Murid MI Salafiyah Mahbubiyah saat itu mencapai 90
anak dan gurunya berjumlah 5 orang: M. Djaeri, M. Sunoko, Rohman, Kaspu Kasan
dan Kiai Miftah Asrori (pengajar ngaji pengganti KH. Rohmat).
Namun,
madrasah yang masih seumur jagung itu harus berafiliasi dengan sekolah dasar
pada 1970-1971. Hal itu disebabkan faktor politis. Pemerintah, dengan
kekuasaannya, memaksa MI Salafiyah Mahbubiyah berubah nama menjadi Madrasah
GUPPI (Gabungan Usaha Pendidikan Islam). Namun, madrasah hasil intervensi
pemerintah saat itu hanya berjalan 3 bulan. “Saat itu, saya saja yang mengajar.
Guru yang lain berhenti dan akhirnya siswa-siswinya habis. Tidak bersisa,”
cerita Djaeri. Alhasil, MI Salafiyah Mahbubiyah dikembalikan lagi ke sebelah
masjid, dengan pertimbangan kemaslahatan.
Pada
1984 madrasah mendapat hibah tanah desa (yang kini ditempati MI S. Mahbubiyah).
Dengan tersedianya tanah itu, MI S. Mahbubiyah mendapat bantuan 3 gedung dari
pemerintah pada 1985. Selesai dibangun, siswa-siswi madrasah akhirnya diboyong
dari gedung bambu sebelah masjid menuju gedung baru hasil bantuan pemerintah.
Saat itu, mata pelajaran yang diajarkan MI S. Mahbubiyah di antaranya: Tauhid,
Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Ke-NU-an, Ilmu Shot, Nahwu-Shorof dan beberapa ilmu
umum. “2/3 ilmu agama dan 1/3 ilmu umum,” ungkap pendiri yang kini menjadi
Komite madrasah itu.
Setelah
ada kurikulum dari Departemen Agama (Depag) Kabupaten Tuban, akhirnya mata
pelajaran yang diajarkan di MI S. Mahbubiyah disesuaikan. Pada 2009 lalu, MI S.
Mahbubiyah kembali mendapat bantuan rehab gedung (Block Grant) dari Kemenag
Tuban.(wakhid)
Daftar
dan Lulus Via Online
Kini
MI Salafiyah Mahbubiyah telah hidup di zaman modernisasi-globalisasi, di mana
dunia IT telah merebak ke seluruh penjuru dunia. Internet telah mampu
menyambungkan hubungan-komunikasi masyarakat yang hidup di daerah manapun di
dunia ini. Nah, meski letaknya terpencil, jauh ada di pedalaman, MI S.
Mahbubiyah tidak mau ketinggalan dari madrasah-sekolah, yang berada di kota
sekalipun, dalam menerapkan aplikasi yang muncul dari dunia IT.
Achmad Suyuthi, S.Pd Kepala MI Salafiyah Mahbubiyah Bandugerejo Plumpang Tuban |
Meski
telah mengikuti kemajuan, MI S. Mahbubiyah tetap tidak meninggalkan
pembelajaran-pendidikan karakter keagamaan. Mata pelajaran agama tetap diberi
porsi lebih. Ditambah, pembiasaan siswa akan akhlak islamiyah setiap hari.
“Datang awal, salam dan cium tangan guru. Ketika bel pertama (06.30) anak-anak
membaca surat-surat pendek. Sebelum belajar, mereka menghafal Asmaul Husna. Dan
praktek ibadah juga kami biasakan, seperti: Sholat Dhuha dan Dhuhur dan pada
saat-saat tertentu kita tahlil, istighotsah, ziarah,” jelas kepala yang kini
hampir menyelesaikan S2-nya di Unisla itu.
Untuk
menunjang aspek religius itu, kegiatan ekstrapun digalakkan. Drum band, qosidah
al-banjari, qiro’ah, teater, pramuka dan istighotsah telah menjadi kegiatan
mingguan mereka.
Berbagai
prestasi di tingkat kecamatan telah mampu diraih oleh siswa-siswi MI S.
Mahbubiyah. Bahkan dalam ajang di tingkat propinsi pun siswa MI S. Mahbubiyah
pernah menempati posisi yang cukup membanggakan. Siswanya pernah mencapai
posisi 11 dalam Olimpiade MIPA-IPA tingkat propinsi pada 2011. Sedangkan pada
2012, siswanya mampu menempati posisi 9 dalam Olimpiade MIPA-MTK.
Kini
MI S. Mahbubiyah Bandungrejo, Plumpang memiliki siswa-siswi sejumlah 145 anak
dan guru yang mengajar, serta karyawan, sejumlah 11 orang. Bahkan di kompleks
MI S. Mahbubiyah telah berdiri RA dan PG. “Siswa RA mencapai 60 anak, terbagi 2
kelas. Dan siswa PG 23 anak,” tandas Suyuthi. (wakhid)
0 komentar:
Posting Komentar