|
KERJA KERAS: H. Anwar (kanan) bersa-ma
dua orang dekatnya men-gawasi lahan pertanian yang dipenuhi dengan padi yang
siap dipanen.
|
Penulis: Wakhid Qomari-Tulisan 2012
Siapa
bilang berwirausaha membutuhkan modal yang besar? Siapa bilang kalau uang
adalah modal pokok untuk memulai sebuah usaha? Dan siapa bilang kalau tanpa
uang seseorang tidak mungkin bisa mengembangkan usaha?
Memang
kebanyakan orang mengatakan bahwa untuk memulai sebuah usaha uang menjadi modal
utama yang pertama kali harus dimiliki. Namun itu tidak berlaku bagi H. Anwar,
pengusaha kelahiran Gresik yang berhasil mengembangkan usahanya di Tuban. “Uang
hanyalah faktor pendukung dalam berwirausaha, bukan satu-satunya modal yang
wajib dimiliki untuk memulai sebuah usaha,” katanya.
Dikatakan,
hal yang paling utama untuk memulai sebuah usaha adalah kemauan dan kepercayaan,
dalam arti mampu mengemban amanat. Jika seseorang sudah memiliki dua hal tersebut maka segala hal yang
berhubungan dengan usaha akan berjalan dengan sendirinya, termasuk uang. “Uang
akan mengikuti alur pemikiran orang-orang yang memiliki kemauan tinggi dan
kepercayaan besar dalam mengembangkan usaha,” kata bapak beranak tiga ini.
Lebih
lanjut dikatan, seorang
yang tidak memiliki uang sekalipun bisa memulai usahanya hanya dengan
bermodalkan kemauan dan kepercayaan. Dengan memiliki kemauan, setiap orang akan senang
dengan pekerjaannya dan itu mempermudah untuk mengembangkannya. Sedangkan
dengan modal kepercayaan setiap orang akan mendapatkan kepercayaan timbal balik
dari orang lain, sehingga mempermudah segala hal yang dibutuhkan untuk membuka
usaha. Termasuk uang.
Bagi
Anwar sosok seorang pengusaha harus memiliki tiga hal penting jika menginginkan
uasahanya berkembang. Pertama seorang
pengusaha harus mampu menjadikan tugasnya sebagai berkah, bukan beban. Berkah
karena Tuhan
masih memberikan keluasan waktu dan tenaga untuk menjalani pekerjaan tersebut.
“Dengan mendapatkan tugas atau pekerjaan seseorang masih mendapatkan belas
kasih Allah, dan itu merupakan berkah yang sangat berharga,” tegasnya.
Kedua, seorang pengusaha tidak
pernah memiliki musuh, pesaing, atau lawan bisnis. Setiap orang yang dihadapi
oleh pengusaha adalah teman, kendati secara strategis merupakan pesaing. Orang
yang mengembangkan usaha yang sama dengan usahanya dan berpeluang untuk
menghancurkan masa depan usahanya pada hakekatnya bukan merupakan musuh, tapi
teman yang akan membantu membuka peluang lebih banyak belajar tentang
bisnisnya.
“Dengan demikian seorang pengusaha jangan
pernah takut dengan persaingan, karena mereka adalah teman-teman yang membantu
membesarkan usaha, kendati cara-cara yang ditempuh sama,”
katanya. Dalam mengembangkan masakan misalnya, orang boleh sama resepnya tapi
rasa pasti beda. Demikian Anwar memberikan perumpamaan tentang banyaknya
persaingan bisnis dengan kategori yang sama.
Ketiga, seorang pengusaha harus
membuka diri, dalam arti menerima masukan, kritik, saran, dan mau berintropeksi
diri dari semua kesalahan yang telah dilakukan. Dengan memberanikan diri untuk
berintropeksi diri seseorang akan mengetahui kelemahannya dan bisa memperbaiki sehingga menjadi lebih baik.
Dikatakannya, bahwa membuka diri akan memberikan peluang lebih banyak kepada
seseorang untuk mendapatkan rahasia-rahasia yang telah membuatnya gagal.
“Gagal
adalah pohon untuk belajar lebih banyak lagi peluang-peluang keberhasilan,
sedangkan membuka diri untuk menerima kritikan dan masukan adalah buahnya,”
demikian Anwar berfilsafat.
Ketiga
hal itulah yang diterapkan oleh Anwar untuk mengembangkan bisninya, kontraktor
dan pertanian.
Berangkat dari Nol
Anwar
pertama kali memulai usaha kontraktor tanpa ada modal sepeser pun. Ia mendirikan CV.
Noviana pada 1993. Pada tahun pertama kerja perusahaannya sudah memiliki banyak
keuntungan dan aset yang bernilai jutaan rupiah. Dan modalnya cukup sederhana,
keyakinan dan kepercayaan. “Kunci keberhasilan dalam berwirausaha bukan pada
berapa modal uang yang kita miliki, namun seberapa kuat kita ingin menjalani
usaha itu dan mengemban amanat sebagai tugas yang mulia,” katanya.
Perkembangan
itu dilanjutkan pada 1997 dengan merubah nama usahanya menjadi CV. Fimaco.
Hasilnya sama, menghasilkan keuntungan yang melimpah dan aset yang lebih banyak.
Kemudian
pada 2001,
ketika di kawasan
Tuban masih langkah pupuk orea petrokimia Gresik CV. Fimaco memanfaatkan
kesempatan itu. Ia menjadi satu-satunya penyedia pupuk orea di kabupaten tuban.
Tentu saja kondisi tersebut menjadikan usaha Anwar semakin berkembang pesat dan
tidak memiliki halangan yang potensial.
Sukses
sebagai penyedia pupuk orea memberikan ide bagi Anwar untuk mengembangkan
pertanian lebih jauh. Dia
membaca peluang yang tak terbaca oleh para petani tradisional. Sebuah metode
yang sebetulnya sudah banyak diajarkan di dalam agama. “Saya hanya melaksanakan
apa yang ada di dalam al-qur’an, bahwa usaha pertanian merupakan usaha yang
paling barokah,” jelasnya.
Kunci mengembangkan Pertanian
Menurut
ketua Pimpinan Cabang Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama Kabupaten
Tuban ini para petani tradisional, khususnya petani desa banyak melakukan
kesalahan dalam menjalani prosedur dalam bertani. Baginya masyarakat desa yang
mayoritas muslim tidak menjalani kewajibanya sebagai seorang petani. “Mereka sering lupa dengan kewajiban
membayar zakat dari hasil panennya. Padahal membayar zakat merupakan intruksi
Tuhan dan cara mudah untuk sukses sebagai petani,” jelasnya.
Mengenahi
zakat pertanian Anwar memberikan perbandingan, orang Bali yang notabenenya
Hindu memiliki kebiasaan yang unik setiap selesai panen. Pada saat masa panen
tiba mereka akan mengambil hasil tanamannya di sawah, lalu membiarkan 20 persen dari tanaman itu untuk
tidak dipanen. Orang-orang Bali menyebutnya itu sebagai persembahan terhadap
alam yang telah memberikan kesuburan pada tanahnya. Sebagian ada yang
mengatakan sebagai persembahan kepada para dewa kesuburan. 20 persen tanaman tersebut
dibiarkan saja, seolah mempersilahkan burung-burung dan serangga untuk
menikmatinya. Jika sampai pada masa panen berikutnya masih ada yang tersisa,
atau masih utuh semua maka akan menjadi haknya kembali dan boleh dipanen. Yang
penting pada masa pasca panen bagian 20 persen
sudah disisakan untuk alam.
Dalam
Islam persembahan itu tidak lain adalah zakat yang hanya 10 persen dari hasil panen. Dan
hal itu kurang dihayati oleh kebanyakan petani muslim. “Orang muslim jauh lebih
sedikit dalam membayar hasil panennya kepada (pencipta) alam, namun jarang
sekali hal itu menjadi renungan yang menyadarkan,” tegasnya. Karena
itu, jangan
salahkan jika kemudian terkadang musim panen tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
Satu
kesalahan lagi para petani tradisional, khususnya di Tuban adalah ketika
memperlakukan tanaman. Bagi Anwar petani Tuban lupa kalau tanaman juga mahluk
hidup, sama halnya dengan hewan dan manusia. Hanya saja tanaman gerakannya
tidak terlihat secara nyata layaknya hewan dan manusia.
Dikatakannya,
tanaman memerlukan perlakuan yang
lembut, ramah, manja, dan kasih sayang seperti dalam merawat hewan. Mereka
butuh diberi perawatan yang layak dan proporsional. Misalnya dalam memberi
pupuk harus tepat, tidak kurang tidak lebih. Begitu juga memberi air, harus pas
dan tidak berlebihan. Metode itu diterapkan olehnya dalam pengembangan
pertaniannya, dari jagung, padi, hingga melon.
“Hasilnya
cukup luar biasa, dalam satu tahun kami bisa mencapai penghasilan kurang lebih
8 miliar
untuk setiap 1 hektarnya,” ungkapnya bangga.
Dari
situlah, dia berprinsip, di
dunia ini tidak ada pekerjaan yang lebih menguntungkan dan memberikan
keberkahan hidup selain pertanian. Hal itu dibuktikan dengan beban zakat maal
yang dibebankan pada para pengelola pekerjaan pertanian lebih banyak
dibandingkan dengan pekerjaan yang lain, perdagangan dan peternakan, misalnya.
Lebih
lanjut,
Anwar mengatakan kesalahan para petani desa, meraka kurang bersyukur dengan apa
yang telah diberikan Allah kepadanya. Para petani melakukan kesalahan
fatal dan sangat beresiko, baik dalam segi syariah maupun ekonomis. Mereka
menjual hasil panennya dalam kondisi masih mentah. Atau dengan kata lain
“ditebaskan” kepada orang lain. Menebaskan
sawah yang masih belum jelas hasilnya dalam kacamata syariah sangat dilarang,
tapi selalu dilakukan oleh para petani. Apalagi dalam sisi ekonomis, jika dikalkulasi
dengan benar ternyata lebih banyak ruginya dari pada untungnya.
“Padahal
jika para petani mau serius menekuni pekerjaannya dan mengelola dengan baik
sawahnya mereka pasti mampu menghasilkan hasil yang cukup memuaskan,” kata Anwar.
Jiwa Kewirausahaan
Sebagai
seorang pengusaha Anwar memang memiliki insting bisnis yang luar biasa. Ia
tidak ragu dalam melangkah, tidak segan dalam mencoba, dan tidak takut ketika
bersalah. Bagi Anwar kesalahan merupakan langkah awal yang tepat untuk belajar
menjadi seorang pengusaha.
Dia
pun membedakan antara pengusaha dengan akademisi. Perbedaan seorang akademisi dan pengusaha sangat
besar. Akademisi
selalu melangkah dengan penuh perhitungan dan ragu-ragu, sedangkan pengusaha
selalu melangkah dengan berani dan tidak takut salah.
Kepada para karyawannya
Anwar mendorong untuk belajar menjadi wirausaha yang baik dan berharap sukses
dengan kemampuannya sendiri. “Saya
sangat senang dan bahagia ketika melihat anak buah saya menjadi seperti saya,
bahkan lebih baik. Dan saya berharap itu selalu terjadi,” tegas lulusan D3
Teknik sipil Universitas Brawijaya Malang ini.
Karena itulah sosok
pekerja keras ini lebih simpati terhadap para wirausahawan daripada PNS.
Baginya sekarang bekerja sebagai PNS banyak dilakukan dengan cara yang kurang
baik, terutama ketika melamar. “Tidak kurang dari 150 juta uang yang harus
dikeluarkan untuk menjadi PNS, dan itu cukup untuk digunakan berwirausaha,”
tegasnya. Karena
itulah Anwar lebih menyarankan untuk berwirausaha daripada berebut kursi
jabatan di PNS. (syihab)