Selasa, 04 September 2012

Bermodal Kemauan dan Kepercayaan

KERJA KERAS: H. Anwar (kanan) bersa-ma dua orang dekatnya men-gawasi lahan pertanian yang dipenuhi dengan padi yang siap dipanen.
Penulis: Wakhid Qomari-Tulisan 2012

Siapa bilang berwirausaha membutuhkan modal yang besar? Siapa bilang kalau uang adalah modal pokok untuk memulai sebuah usaha? Dan siapa bilang kalau tanpa uang seseorang tidak mungkin bisa mengembangkan usaha?

Memang kebanyakan orang mengatakan bahwa untuk memulai sebuah usaha uang menjadi modal utama yang pertama kali harus dimiliki. Namun itu tidak berlaku bagi H. Anwar, pengusaha kelahiran Gresik yang berhasil mengembangkan usahanya di Tuban. “Uang hanyalah faktor pendukung dalam berwirausaha, bukan satu-satunya modal yang wajib dimiliki untuk memulai sebuah usaha,” katanya.
Dikatakan, hal yang paling utama untuk memulai sebuah usaha adalah kemauan dan kepercayaan, dalam arti mampu mengemban amanat. Jika seseorang sudah memiliki  dua hal tersebut maka segala hal yang berhubungan dengan usaha akan berjalan dengan sendirinya, termasuk uang. “Uang akan mengikuti alur pemikiran orang-orang yang memiliki kemauan tinggi dan kepercayaan besar dalam mengembangkan usaha,” kata bapak beranak tiga ini.
Lebih lanjut dikatan, seorang yang tidak memiliki uang sekalipun bisa memulai usahanya hanya dengan bermodalkan kemauan dan kepercayaan. Dengan memiliki kemauan, setiap orang akan senang dengan pekerjaannya dan itu mempermudah untuk mengembangkannya. Sedangkan dengan modal kepercayaan setiap orang akan mendapatkan kepercayaan timbal balik dari orang lain, sehingga mempermudah segala hal yang dibutuhkan untuk membuka usaha. Termasuk uang.
Bagi Anwar sosok seorang pengusaha harus memiliki tiga hal penting jika menginginkan uasahanya berkembang. Pertama seorang pengusaha harus mampu menjadikan tugasnya sebagai berkah, bukan beban. Berkah karena Tuhan masih memberikan keluasan waktu dan tenaga untuk menjalani pekerjaan tersebut. “Dengan mendapatkan tugas atau pekerjaan seseorang masih mendapatkan belas kasih Allah, dan itu merupakan berkah yang sangat berharga,” tegasnya.
Kedua, seorang pengusaha tidak pernah memiliki musuh, pesaing, atau lawan bisnis. Setiap orang yang dihadapi oleh pengusaha adalah teman, kendati secara strategis merupakan pesaing. Orang yang mengembangkan usaha yang sama dengan usahanya dan berpeluang untuk menghancurkan masa depan usahanya pada hakekatnya bukan merupakan musuh, tapi teman yang akan membantu membuka peluang lebih banyak belajar tentang bisnisnya.
 “Dengan demikian seorang pengusaha jangan pernah takut dengan persaingan, karena mereka adalah teman-teman yang membantu membesarkan usaha, kendati cara-cara yang ditempuh  sama,” katanya. Dalam mengembangkan masakan misalnya, orang boleh sama resepnya tapi rasa pasti beda. Demikian Anwar memberikan perumpamaan tentang banyaknya persaingan bisnis dengan kategori yang sama.
Ketiga, seorang pengusaha harus membuka diri, dalam arti menerima masukan, kritik, saran, dan mau berintropeksi diri dari semua kesalahan yang telah dilakukan. Dengan memberanikan diri untuk berintropeksi diri seseorang akan mengetahui kelemahannya dan bisa memperbaiki sehingga menjadi lebih baik. Dikatakannya, bahwa membuka diri akan memberikan peluang lebih banyak kepada seseorang untuk mendapatkan rahasia-rahasia yang telah membuatnya gagal.
“Gagal adalah pohon untuk belajar lebih banyak lagi peluang-peluang keberhasilan, sedangkan membuka diri untuk menerima kritikan dan masukan adalah buahnya,” demikian Anwar berfilsafat.
Ketiga hal itulah yang diterapkan oleh Anwar untuk mengembangkan bisninya, kontraktor dan pertanian.

Berangkat dari Nol
Anwar pertama kali memulai usaha kontraktor tanpa ada modal sepeser pun. Ia mendirikan CV. Noviana pada 1993. Pada tahun pertama kerja perusahaannya sudah memiliki banyak keuntungan dan aset yang bernilai jutaan rupiah. Dan modalnya cukup sederhana, keyakinan dan kepercayaan. “Kunci keberhasilan dalam berwirausaha bukan pada berapa modal uang yang kita miliki, namun seberapa kuat kita ingin menjalani usaha itu dan mengemban amanat sebagai tugas yang mulia,” katanya.
Perkembangan itu dilanjutkan pada 1997 dengan merubah nama usahanya menjadi CV. Fimaco. Hasilnya sama, menghasilkan keuntungan yang melimpah dan aset yang lebih banyak.
Kemudian pada 2001, ketika di kawasan Tuban masih langkah pupuk orea petrokimia Gresik CV. Fimaco memanfaatkan kesempatan itu. Ia menjadi satu-satunya penyedia pupuk orea di kabupaten tuban. Tentu saja kondisi tersebut menjadikan usaha Anwar semakin berkembang pesat dan tidak memiliki halangan yang potensial.
Sukses sebagai penyedia pupuk orea memberikan ide bagi Anwar untuk mengembangkan pertanian lebih jauh. Dia membaca peluang yang tak terbaca oleh para petani tradisional. Sebuah metode yang sebetulnya sudah banyak diajarkan di dalam agama. “Saya hanya melaksanakan apa yang ada di dalam al-qur’an, bahwa usaha pertanian merupakan usaha yang paling barokah,” jelasnya.

Kunci mengembangkan Pertanian
Menurut ketua Pimpinan Cabang Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama Kabupaten Tuban ini para petani tradisional, khususnya petani desa banyak melakukan kesalahan dalam menjalani prosedur dalam bertani. Baginya masyarakat desa yang mayoritas muslim tidak menjalani kewajibanya sebagai seorang petani. “Mereka sering lupa dengan kewajiban membayar zakat dari hasil panennya. Padahal membayar zakat merupakan intruksi Tuhan dan cara mudah untuk sukses sebagai petani,” jelasnya.
Mengenahi zakat pertanian Anwar memberikan perbandingan, orang Bali yang notabenenya Hindu memiliki kebiasaan yang unik setiap selesai panen. Pada saat masa panen tiba mereka akan mengambil hasil tanamannya di sawah, lalu membiarkan 20 persen dari tanaman itu untuk tidak dipanen. Orang-orang Bali menyebutnya itu sebagai persembahan terhadap alam yang telah memberikan kesuburan pada tanahnya. Sebagian ada yang mengatakan sebagai persembahan kepada para dewa kesuburan. 20 persen tanaman tersebut dibiarkan saja, seolah mempersilahkan burung-burung dan serangga untuk menikmatinya. Jika sampai pada masa panen berikutnya masih ada yang tersisa, atau masih utuh semua maka akan menjadi haknya kembali dan boleh dipanen. Yang penting pada masa pasca panen bagian 20 persen sudah disisakan untuk alam.
Dalam Islam persembahan itu tidak lain adalah zakat yang hanya 10 persen dari hasil panen. Dan hal itu kurang dihayati oleh kebanyakan petani muslim. “Orang muslim jauh lebih sedikit dalam membayar hasil panennya kepada (pencipta) alam, namun jarang sekali hal itu menjadi renungan yang menyadarkan,” tegasnya. Karena itu, jangan salahkan jika kemudian terkadang musim panen tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Satu kesalahan lagi para petani tradisional, khususnya di Tuban adalah ketika memperlakukan tanaman. Bagi Anwar petani Tuban lupa kalau tanaman juga mahluk hidup, sama halnya dengan hewan dan manusia. Hanya saja tanaman gerakannya tidak terlihat secara nyata layaknya hewan dan manusia.  
Dikatakannya,  tanaman memerlukan perlakuan yang lembut, ramah, manja, dan kasih sayang seperti dalam merawat hewan. Mereka butuh diberi perawatan yang layak dan proporsional. Misalnya dalam memberi pupuk harus tepat, tidak kurang tidak lebih. Begitu juga memberi air, harus pas dan tidak berlebihan. Metode itu diterapkan olehnya dalam pengembangan pertaniannya, dari jagung, padi, hingga melon.
“Hasilnya cukup luar biasa, dalam satu tahun kami bisa mencapai penghasilan kurang lebih 8 miliar untuk setiap 1 hektarnya,” ungkapnya bangga.
  Dari situlah, dia berprinsip, di dunia ini tidak ada pekerjaan yang lebih menguntungkan dan memberikan keberkahan hidup selain pertanian. Hal itu dibuktikan dengan beban zakat maal yang dibebankan pada para pengelola pekerjaan pertanian lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan yang lain, perdagangan dan peternakan, misalnya.
Lebih lanjut, Anwar mengatakan kesalahan para petani desa, meraka kurang bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Para petani melakukan kesalahan fatal dan sangat beresiko, baik dalam segi syariah maupun ekonomis. Mereka menjual hasil panennya dalam kondisi masih mentah. Atau dengan kata lain “ditebaskan” kepada orang lain. Menebaskan sawah yang masih belum jelas hasilnya dalam kacamata syariah sangat dilarang, tapi selalu dilakukan oleh para petani.  Apalagi dalam sisi ekonomis, jika dikalkulasi dengan benar ternyata lebih banyak ruginya dari pada untungnya.
“Padahal jika para petani mau serius menekuni pekerjaannya dan mengelola dengan baik sawahnya mereka pasti mampu menghasilkan hasil yang cukup memuaskan,” kata Anwar.

Jiwa Kewirausahaan
Sebagai seorang pengusaha Anwar memang memiliki insting bisnis yang luar biasa. Ia tidak ragu dalam melangkah, tidak segan dalam mencoba, dan tidak takut ketika bersalah. Bagi Anwar kesalahan merupakan langkah awal yang tepat untuk belajar menjadi seorang pengusaha.
Dia pun membedakan antara pengusaha dengan akademisi. Perbedaan seorang akademisi dan pengusaha sangat besar. Akademisi selalu melangkah dengan penuh perhitungan dan ragu-ragu, sedangkan pengusaha selalu melangkah dengan berani dan tidak takut salah.
Kepada para karyawannya Anwar mendorong untuk belajar menjadi wirausaha yang baik dan berharap sukses dengan kemampuannya sendiri. “Saya sangat senang dan bahagia ketika melihat anak buah saya menjadi seperti saya, bahkan lebih baik. Dan saya berharap itu selalu terjadi,” tegas lulusan D3 Teknik sipil Universitas Brawijaya Malang ini.

Karena itulah sosok pekerja keras ini lebih simpati terhadap para wirausahawan daripada PNS. Baginya sekarang bekerja sebagai PNS banyak dilakukan dengan cara yang kurang baik, terutama ketika melamar. “Tidak kurang dari 150 juta uang yang harus dikeluarkan untuk menjadi PNS, dan itu cukup untuk digunakan berwirausaha,” tegasnya. Karena itulah Anwar lebih menyarankan untuk berwirausaha daripada berebut kursi jabatan di PNS. (syihab)

0 komentar:

Posting Komentar