Lima Persen
untuk Anak Yatim
SIAPA DAPAT? Dengan dibantu peserta panitia mengedarkan kaleng yang berisi nomor undian arisan di kantor PCNU Tuban. |
Budaya arisan baru dilakukan ibu-ibu NU di
Tuban. Mereka mengadakan arisan sekaligus beramal. Hasil uang arisan, dipotong
5 persen untuk disalurkan kepada anak-anak yatim di kabupaten ini. Bagaimana
budaya arisan itu muncul?
Umumnya arisan yang dilakukan di masyarakat adalah
mengumpulkan uang arisan dari anggota.
Kemdian setelah terkumpul semua uang arisan itu, panitia mengocok botol yang
berisi gulungan kertas bertuliskan nama-nama anggota arisan. Dan setelah ke luar
satu kertas akan dibacakan namanya. Setelah tahu siapa nama yang tertera di
kertas, seluruh uang akan diberikan kepada yang tersebut namanya tadi.
Namun, tidak sama dengan yang umum, arisan
yang diikti ibu-ibu tokoh NU Tuban ini mempunyai sedikit perbedaan yang
menyebabkan perubahan mendasar. Mereka mebuat budaya arisan baru, yakni, arisan
sekaligus beramal. Hasil uang arisan yang terkumpul, tidak semuanya diberikan
kepada pihak yang menerima. Melainkan dipotong lima persen untuk dana sosial.
Dana sosial itu secara rutin disalurkan kepada anak yatim yang berada di
berbagai wilayah Tuban.
Setidaknya ada 2 kelompok arisan di Tuban yang
anggotanya di dominasi ibu-ibu NU kelas atas. Keduanya mempunyai pola yang sama
seperti yang telah tersebut di atas. Mereka adalah kelompok arisan PC Mslimat NU
Tuban dan kelompok arisan persahabatan PPKB Tuban.
Masunah Fardiyati Fauzan, merupakan salah satu
tokoh di balik munculnya dua arisan tersebut. Dia sebagai penasihat dalam struktur
kepengursan PC Muslimat NU Tuban dan sebagai Koordinator dalam kelompok Arisan
Persahabatan PPKB Tuban. Di rumahnya, yang ada di Jl. Pramuka, Bu Fauzan
(panggilan akrab Masunah Fardiyati Fauzan) menceritakan kronologis kemunculan 2
kelompok arisan yang memunculkan budaya berarisan yang “berbeda” itu.
Dia menceritakan awalnya tidak ada arisan
semacam itu. Yang ada hanya kegiatan rutin penyaluran zakat secara rutin yang
dilakukan suaminya H. Fauzan, karena Fauzan sendiri memiliki sebuah Panti Ashan
Anak Yatim.
Kebiasaan membagikan santunan kepada anak
yatim juga sudah biasa dilakukan oleh PC Muslimat NU Tuban. “Sudah lama sekali
kegiatan membagi santunan kepada anak yatim dilakkan Muslimat,” ungkap Bu Fauzan. Namun, dana yang diperoleh
saat itu dengan cara membuat proposal dan turun ke jalan mengumplkan uang
dengan proposal.
“Saya masuk ke rumah-rumah dengan membawa map
(proposal, red). Itu saya lakukan dengan rasa malu karena setiap tahun harus
meminta-minta uang kepada donator,” tuturnya mengisahkan. Ironisnya, usaha yang
sedemikian berat itu, tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. “Usaha besar
tapi tidak mendapat hasil yang sesuai dengan yang diharapkan,” ungkapnya.
Setiap kali mau santunan dia keliling kota Tuban membawa map untuk minta dana
sumbangan.
Oleh karena itu, sekitar 1998 dia berinisiatif
membuat arisan satu juta-an di kepengurusan Muslimat Tuban. Nama-nama yang
langsung segera tertarik ikut termasuk Bu Huda (istri Bupati Tuban H. Fathul
Huda), Bu Noor Nahar (istri wabup) dan yang lain. “Waktu dulu uang satu juta
masih sangat besar,” ungkap Bu Fauzan. Sehingga, yang mengikuti arisan baru
sedikit. Ada 20 orang. Maskipun mahal, arisan itu tetap berjalan karena
dilandasi niat yang sama, yakni ingin beramal. Lima persen dari dana arisan
yang didapat akan dipakai sebagai dana sosial, sebagai pengganti budaya lama:
yakni budaya meminta.
Karena konsistensi para anggota arisan dengan
visi yang telah disepakati bersama, budaya arisan “mahal” itu masih berjalan
sampai sekarang dan bahkan berkembang. Bu Fauzan mengatakan bahwa terakhir ini
anggotanya berjmlah 100 orang dan akan bertambah lagi setelah periode arisan
tahun ini selesai. Nama-nama baru akan muncul termasuk nama Siti Hanifah
Muzadi, yang sebelumnya belum ikut.
Karena jumlah anggotanya telah mencapai 100
orang, maka setiap undian arisan diambil 2 nama, sehingga uang yang terkumpul
dibagi menjadi 2. Sebelum diberikan kepada yang menerima undian, uang diambil
lima persen untuk dana sosial.
Setelah 1 tahun, biasanya bulan Muharrom, uang
akan diambil dari bank dan diberikan kepada 400 anak yatim yang tersebar di
berbagai daerah Tuban pada acara santunan anak yatim Muslimat Tuban. Setiap
anak yatim mendapat 150 ribu. Ini berarti setiap kali santunan anak yatim, PC Muslimat
NU Tuban mengelarkan uang sebesar Rp. 60 juta rupiah. Itu hanya uang yang
dibagikan kepada anak yatim, belum biaya untuk konsumsi, dekorasi dan yang
lainnya. “Biaya lain-lain tidak diambil dari uang anak yatim, tapi dari anggota
pribadi,” ungkap Bu Fauzan.
Tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh
kelompok arisan Muslimat Tuban, Kelompok Arisan Persahabatan PPKB Tuban juga
muncul pada 2000 dengan memakai pola yang sama. Arisan 1 juta-an dengan
pemotongan 5 persen sebagai dana sosial. Secara garis besar antara Kelompok
Arisan PC Muslimat NU Tuban dan Kelompok Arisan Persahabat PPKB Tuban adalah
mirip (similar). Hanya ada beberapa hal yang tidak begitu mendasar yang
berbeda satu sama lain.
“Kalau di Muslimat, penyalurannya itu
anak-anak yatim dari berbagai daerah itu yang diundang datang ke Tuban. Tapi
kalau di PPKB, anggota arisan yang datang ke daerah untuk menyalurkan,” ungkap
Bu Fauzan. (wakhid)
0 komentar:
Posting Komentar